Sukses

Ada Pesan Rahasia di Puisi untuk Kematian Ratu Elizabeth II

Penyair kerajaan telah merilis puisi untuk mengenang Ratu Elizabeth II. Ada pesan tersembunyi di puisi tersebut.

Liputan6.com, London - Penyair resmi dari Kerajaan Inggris merilis puisi yang dipersembahkan untuk Ratu Elizabeth II. Judul puisi dua bait itu adalah Floral Tribute. Menyiratkan banyak hal dari sang ratu Inggris, ada pesan di balik bait-baitnya.

Bagian awal puisi berfokus pada tugas Ratu Elizabeth II, sementara bait kedua fokus pada keindahan bunga favorit Ratu Elizabeth II: lily of the valley.

Ratu Elizabeth II merupakan penguasa monarki Inggris dengan masa jabatan terlama. Puisi itu pun dibuka dengan penggambaran siang yang panjang, namun tetap akan berakhir. 

"Evening will come, however determined the late afternoon," demikian awal puisi tersebut.

Bait pertama puisi ditutup dengan berakhirnya tugas kenegaraan Ratu Elizabeth II, dan kedua tangan sang Ratu kini bisa beristirahat. 

"The country loaded its whole self into your slender hands,

Hands that can rest, now, relieved of a century's weight."

Pesan Rahasia

Penyair dari puisi itu adalah Simon Armitage. Ia merupakan poet laureate dari kerajaan Inggris. 

Poet laureate adalah penyair resmi yang ditunjuk pemerintah atau kerajaan untuk membuat puisi dalam momen-momen nasional. 

Ada pesan rahasia pada puisi yang memiliki dua bait tersebut.

Satu bait dari puisi itu terdiri atas sembilan baris, dan apabila huruf depan dari tiap barisnya disusun, makan akan terjalin nama ELIZABETH.

Total puisi itu ada 18 baris. Bait kedua juga memiliki sembilan baris yang huruf depannya bisa dijalin menjadi ELIZABETH. Alhasil, ada dua Elizabeth, dan itu merupakan gelar sang ratu Inggris: Elizabeth II. 

Trik seperti ini bukan hal yang sepenuhnya baru. Novelis Lewis Carroll pernah menggunakan trik sama di puisinya pada penutup novel Through the Looking-Glass.

2 dari 4 halaman

Puisi Floral Tribute

Floral Tribute karya Simon Armitage

 

Evening will come, however determined the late afternoon,

Limes and oaks in their last green flush, pearled in September mist.

I have conjured a lily to light these hours, a token of thanks,

Zones and auras of soft glare framing the brilliant globes.

A promise made and kept for life - that was your gift -

Because of which, here is a gift in return, glovewort to some,

Each shining bonnet guarded by stern lance-like leaves.

The country loaded its whole self into your slender hands,

Hands that can rest, now, relieved of a century's weight.

 

Evening has come. Rain on the black lochs and dark Munros.

Lily of the Valley, a namesake almost, a favourite flower

Interlaced with your famous bouquets, the restrained

Zeal and forceful grace of its lanterns, each inflorescence

A silent bell disguising a singular voice. A blurred new day

Breaks uncrowned on remote peaks and public parks, and

Everything turns on these luminous petals and deep roots,

This lily that thrives between spire and tree, whose brightness

Holds and glows beyond the life and border of its bloom.

3 dari 4 halaman

Dubes Inggris: Ratu Elizabeth II Sentuh Banyak Orang di Penjuru Dunia Termasuk Indonesia

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins menyampaikan apresiasi terhadap warga Indonesia, atas perhatian dan simpati setelah Ratu Elizabeth II meninggal. Ia juga menyempatkan diri melihat-lihat karangan bunga yang dikirimkan.

"Sebagaimana kami berduka, ada sebuah rasa nyaman yang nyata saat menerima banyak pesan-pesan dari para sahabat dan mitra dari penjuru Indonesia," ujar Dubes Inggris Owen Jenkins kepada media di luar kantor Kedubes Inggris, Senin (12/9).  

Lebih lanjut, Dubes Owen juga mengapresiasi ucapan dukacita yang berasal dari Presiden Joko Widodo. Ia pun menyorot bahwa Menteri Luar Negeri Inggris Retno Marsudi telah mengunjunginya pada pekan lalu. 

"Tidak hanya pemerintah Indonesia yang tersentuh oleh Yang Mulia, bunga-bunga di belakang saya dan sepanjang tembok kedutaan besar menunjukkan betapa dalam 70 tahun berkuasa, ia menyentuh orang-orang biasa di penjuru dunia dan penjuru kepulauan Indonesia," ujar Dubes Inggris Owen Jenkins.

Sebelumnya dilaporkan, ada karangan bunga dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo. Terlihat pula karangan bunga dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan sebuah karangan bunga yang bertuliskan dari rakyat Indonesia.

4 dari 4 halaman

Ratu Elizabeth II Meninggal, Selandia Baru Tak Akan Gelar Referendum

Pemerintah Selandia Baru menepis isu referendum negaranya untuk menjadi republik pasca-meninggalnya Ratu Elizabeth II. Saat ini, Selandia Baru masih bagian dari Persemakmuran.

Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (13/9) PM Jacinda Ardern mengatakan pemerintahnya tidak akan melakukan langkah apa pun untuk mengubah Selandia Baru menjadi sebuah republik setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II.

Ardern mengatakan ia pernah berpikir Selandia Baru pada akhirnya akan menjadi republik, dan mungkin ini akan terjadi semasa hidupnya, tetapi ternyata ada masalah-masalah lebih mendesak yang harus dilakukan pemerintahnya.

Pernyataan Ardern ini merupakan pertama kalinya ia berbicara mengenai perdebatan republik Selandia Baru setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II, dan mencerminkan pernyataan-pernyataan terdahulunya mengenai masalah ini. Ardern juga sebelumnya menyatakan dukungan bagi negara itu untuk akhirnya menjadi sebuah republik.

Berdasarkan sistem yang berlaku sekarang ini, raja Inggris tetap menjadi kepala negara Selandia Baru, yang diwakili di negara itu oleh seorang gubernur jenderal. Peran gubernur jenderal sekarang ini dianggap lebih bersifat seremonial.

Namun, masih banyak orang yang berpendapat bahwa Selandia Baru tidak akan dapat sepenuhnya keluar dari bayang-bayang masa lalu kolonialisnya dan menjadi negara yang benar-benar merdeka sebelum menjadi republik.

“Ada perdebatan, mungkin selama beberapa tahun,” kata Jacinda Ardern. “Ini hanya soal laju perdebatan, dan seberapa luas perdebatan itu terjadi. Saya telah berkali-kali menjelaskan pandangan saya. Saya benar-benar percaya itulah arah yang akan dituju Selandia Baru, pada waktunya. Saya percaya ini kemungkinan besar akan terjadi dalam hidup saya. Tetapi saya tidak melihatnya sebagai suatu langkah jangka pendek atau sesuatu yang ada di agenda dalam waktu dekat,” kata Ardern.