, Australia Barat - Para pencari konten di ladang membuat petani resah. Ini terjadi di Australia ketika warga berfoto di ladang Kanola yang indah.Â
Dilaporkan ABC Australia, Rabu (14/9), menjelang musim semi di Australia, platform media sosial seperti Instagram mulai dipenuhi dengan foto dan video warna kuning terang perkebunan canola di daerah Wheatbelt dan Great Southern, wilayah Australia Barat.
Advertisement
Baca Juga
Menurut data Departemen Industri Primer dan Pembangunan Regional, negara bagian tersebut memproduksi setidaknya 40 persen tanaman kanola di Australia. Jumlahnya hampir 3 juta ton per tahun.
Petugas biosekuriti departemen tersebut, Jeff Russell mengatakan tanaman yang mempesona ini memang selalu menarik wisawatan untuk mencari konten foto.
Meski berjalan menerobos ladang tersebut tidaklah berbahaya bagi manusia, Jeff mengingatkan bahwa kegiatan yang terlihat sederhana ini berpotensi menyebarkan hama dan penyakit bagi tumbuhan kanola.
"Kanola yang ditanam tahun ini di Wheatbelt dan Great Southern jumlahnya banyak," katanya.
"Tanaman ini memang berwarna kuning cerah dan indah, tapi risiko wisatawan menyebarkan hama dan penyakit dari mobil ke ladang tetap ada."
Menurut Jeff, selama empat hingga lima tahun terakhir, jumlah pengunjung yang nekad menyusuri ladang telah meningkat.
Beberapa bahkan menerobos masuk dengan kendaraannya.
"Pernah ada insiden pengunjung yang menyusuri jalan dengan kendaraan, sampai ke daerah yang menyerupai rawa dan tidak bisa mundur, sehingga ia harus berputar balik di ladang dan menimbulkan kerusakan pada hasil panen," katanya.
Kendaraan dan Sepatu Berpotensi Mencari Hama
Jeff mengatakan penularan dari kendaraan bisa terjadi karena rodanya mungkin mengumpulkan lumpur dengan patogen atau gulma tanah dari pertanian lain.
"Kalau mereka pergi ke satu tempat untuk mengambil foto lalu ke tempat lain di jalan, mereka sedang memindahkan masalah dari satu padang ke padang lainnya dengan kendaraan," ujarnya.
"Petani sudah bekerja keras untuk menjauhkan hama dan penyakit dari tanaman mereka. Kami hanya ingin orang-orang menghormati usaha melindungi tanaman kami."Ia mendesak wisatawan untuk mengambil foto dari pagar saja.
"Ibaratnya di kota, Anda tidak akan suka kan ada orang mengemudi di halaman belakang rumah Anda? Nah, ini sama saja. Ini adalah tanah pertanian dan Anda mengemudi ke halaman belakang petani," katanya.
Advertisement
Australia Tambah Izin Tinggal Permanen Akibat Kekurangan Pekerja
Sebelumnya dilaporkan, Australia akan menambah 35.000 izin tinggal permanen dalam tahun fiskal berjalan menjadi 195.000 ketika negara itu beralih pada pekerja migran jangka panjang untuk membantu sektor bisnis yang kekurangan staf.
Negara Kanguru itu menutup perbatasan selama dua tahun selama pandemi COVID-19.Â
Aturan ketat serta eksodus pekerja musiman dan mahasiswa asing membuat pengusaha kesulitan merekrut staf agar bisnis mereka tetap berjalan, demikian seperti dikutip dari Antara, Minggu (4/9/2022).
"Tanpa diminta, COVID memberi kita kesempatan untuk mereformasi sistem imigrasi kita yang tak akan pernah kembali normal. Saya ingin kita mengambil kesempatan itu," kata Menteri Dalam Negeri Clare O'Neil dalam konferensi pemerintah tentang lowongan kerja, Jumat.
"Berdasarkan proyeksi, (reformasi) ini akan menarik ribuan perawat baru ke negara ini tahun ini, ribuan teknisi baru," katanya, menambahkan.
Tingkat pengangguran di Australia kini mendekati angka terendah dalam 50 tahun, yaitu 3,4 persen, tetapi lonjakan inflasi menurunkan upah riil.
Desakan Sektor Bisnis
Sektor bisnis telah mendesak pemerintah untuk menaikkan batas jumlah migran tahunan yang saat ini hanya 160.000 dan meminta perubahan kebijakan untuk sementara agar kebutuhan pekerja terpenuhi.
Pemerintah partai Buruh yang baru terpilih menggelar konferensi dua hari itu di ibu kota Canberra dengan mengundang berbagai kelompok bisnis dan serikat pekerja untuk membantu mencari solusi atas masalah-masalah ketenagakerjaan yang penting.
Australia bersaing dengan kawasan ekonomi maju lainnya untuk menarik minat pekerja asing terampil ketika banyak negara melonggarkan aturan imigrasi.
Namun, waktu pengurusan visa yang lama di negara itu telah membuat jutaan calon pekerja menghadapi ketidakpastian sehingga memperburuk krisis tenaga kerja.
"Kami mengerti bahwa ketika orang menunggu dan menunggu, ketidakpastian bisa menjadi tak terkendali," kata Menteri Imigrasi Andrew Giles dalam konferensi itu.
"Ini tidak cukup baik, dan menunjukkan bahwa sistem visa telah mengalami krisis," kata dia.
Untuk mempercepat proses pemberian visa, Giles mengatakan pemerintah akan menyediakan dana 36,1 juta dolar Australia (Rp365,76 miliar) untuk meningkatkan kapasitas staf sebanyak 500 pegawai selama sembilan bulan ke depan.
Advertisement