Sukses

Warga China Dilarang Sentuh Warga Asing Akibat Cacar Monyet, Balik Rasis?

Seorang pejabat China mengimbau warganya untuk tidak melakukan kontak fisik dengan warga asing.

Liputan6.com, Beijing - Seorang pejabat tinggi kesehatan China telah memperingatkan penduduk setempat agar tidak menyentuh orang asing, sehari setelah China mencatat infeksi cacar monyet pertamanya.

Dilansir BBC, Selasa (20/9/2022), dalam sebuah posting di Weibo, kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC) Wu Zunyou menyarankan agar tidak melakukan "kontak kulit ke kulit dengan orang asing".

Postingan tersebut menuai kontroversi, dengan beberapa label berbunyi rasis.

Komentar pada postingan asli telah dinonaktifkan dari platform.

"Untuk mencegah kemungkinan infeksi cacar monyet dan sebagai bagian dari gaya hidup sehat kita, disarankan agar 1) Anda tidak melakukan kontak kulit langsung dengan orang asing," kata Wu di halaman Weibo-nya pada hari Sabtu.

Selain itu, Wu juga meminta penduduk setempat untuk menghindari kontak kulit dengan wisatawan yang baru saja kembali dari luar negeri dalam tiga minggu terakhir, dan dengan orang asing.

Dia memposting komentar itu sehari setelah kota barat daya Chongqing melaporkan kasus pertama cacar monyet pada seseorang yang datang dari luar negeri. Tidak jelas apakah orang tersebut adalah warga negara China atau orang asing.

Postingan itu, yang dibagikan secara luas di media sosial selama akhir pekan, menarik sebagian besar komentar kritis di Weibo.

"Ini sangat tidak pantas [untuk dikatakan]. Pada awal pandemi, beberapa orang asing berdiri dan [membela kami] dengan mengatakan bahwa orang China bukan virus," tulis seorang komentator.

"Seberapa rasis ini? Bagaimana dengan orang-orang seperti saya yang telah tinggal di China selama hampir sepuluh tahun? Kami belum melihat keluarga kami selama 3-4 tahun karena perbatasan ditutup," tulis pengguna lain di Weibo, yang ternyata orang asing.

2 dari 4 halaman

Penyebaran Virus Cacar Monyet

China telah memberlakukan beberapa tindakan Covid terberat di dunia sejak awal pandemi, yang mencakup lockdown cepat, penutupan perbatasan, pengujian wajib, dan pembatasan perjalanan.

Virus cacar monyet, yang ditularkan melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, hewan atau bahan yang terkontaminasi, biasanya menyebabkan gejala seperti demam, sakit kepala, dan ruam.

Sekitar 90 negara di mana cacar monyet tidak dianggap endemik telah melaporkan wabah penyakit virus, yang telah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai darurat kesehatan global.

Ada lebih dari 60.000 kasus yang dikonfirmasi dan beberapa negara non-endemik telah melaporkan kematian terkait pertama mereka.

3 dari 4 halaman

5 Miskonsepsi Soal Cacar Monyet

1. Cacar monyet adalah penyakit baru

Meskipun begitu banyak orang baru mendengar soal cacar monyet baru-baru ini. Namun, cacar monyet sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala, tepatnya sejak akhir tahun 1950an.

"Kami sudah mengetahuinya sejak akhir 1950-an," kata profesor kedokteran epidemiologi di Columbia Mailman School of Public Health, New York City, Jessica Justman.

Virus cacar monyet pertama kali terdeteksi di Afrika, tempat dimana cacar monyet dijadikan tujuan penelitian. Namun, cacar monyet yang muncul saat ini dan yang dahulu kala memang memiliki perbedaan.

2. Cacar monyet menular lewat jabat tangan

Pasien cacar monyet akan mengalami ruam yang dapat menyebarkan virus saat disentuh. Namun, berjabat tangan tidak menimbulkan risiko besar untuk penularan cacar monyet.

"Jabat tangan hanya berlangsung dalam hitungan detik, dan dalam wabah ini, penularan biasanya melibatkan kontak kulit ke kulit yang intim dan berkepanjangan," ujar sarjana senior di Johns Hopkins Center for Health Security in Baltimore, Amesh A Adalja.

4 dari 4 halaman

Miskonsepsi Lainnya

3. Cacar Monyet Sama Menularnya dengan COVID-19

Faktanya, cacar monyet tidak memiliki proses penularan yang sama seperti COVID-19. Sehingga kedua penyakit ini tidak setara bila dibandingkan lewat cara penularannya.

"COVID sangat menular dengan cara yang tidak bisa dilakukan cacar monyet," kata profesor kedokteran dan spesialis penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, dr Shireesha Dhanireddy.

COVID-19 menyebar melalui tetesan pernapasan seperti air liur dan partikel yang sangat kecil, yang disebut aerosol, yang melayang di udara.

“Untuk COVID-19, Anda pergi ke acara publik, mengobrol di restoran, makan di restoran. Itu adalah paparan. Itu bukan jenis paparan yang kita bicarakan dengan cacar monyet," kata Shireesha.

Peter menambahkan, meskipun penyebaran cacar monyet mungkin terjadi, itu sama sekali tidak mudah. Setidaknya, seseorang harus menghabiskan tiga hingga enam jam secara tatap muka untuk virus cacar monyet dapat menyebar lewat pernapasan.

"Meskipun ada kemungkinan untuk tertular cacar monyet dari benda yang terkontaminasi. Tapi sangat tidak mungkin tertular cacar monyet dari sesuatu seperti pegangan pintu atau peralatan olahraga," kata Amesh.

4. Berpelukan dengan Pasien Cacar Monyet Aman

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine (NEJM) menemukan bahwa 95 persen kasus cacar monyet kemungkinan besar tertular virus melalui kontak seksual.

"Namun, kontak seksual tidak harus terjadi agar penyakit dapat ditularkan dari orang ke orang. Bahkan sesi ciuman atau pelukan yang lama dapat menyebabkan penularan virus," kata Amesh.

Sehingga menurutnya, keliru apabila orang berpikir cacar monyet hanya dapat menular lewat kontak seksual saja. Mengingat cacar monyet dapat menular lewat kontak kulit ke kulit dalam waktu cukup lama.

"Jika seseorang dengan cacar monyet memiliki luka di kulitnya dan kulitnya bergesekan dengan kulit orang lain, itu bisa menularkan penyakitnya. Semakin dekat kontak dan semakin lama durasi kontak, semakin besar kemungkinan penularan terjadi," kata Amesh.

5. Cacar Monyet Jadi Ancaman bagi Anak

Kesalahpahaman selanjutnya soal cacar monyet adalah potensi penularannya pada anak-anak, termasuk di sekolah. Banyak orangtua merasa khawatir bahwa anaknya akan tertular cacar monyet di sekolah atau tempat penitipan anak.

Hal tersebut lantaran NBC melaporkan pada 5 Agustus bahwa seorang pria Illinois dengan cacar monyet mungkin telah mengekspos anak-anak di pusat penitipan anak tempat dia bekerja.

Dalam pengecualian aturan kelayakan, pejabat federal akhirnya memberi anak-anak itu akses ke vaksin cacar monyet.

Padahal menurut American Academy of Pediatrics (AAP), sangat sedikit anak yang telah dikonfirmasi kasus cacar monyet, dan risiko infeksi mereka rendah.

"Namun jika seorang anak memiliki ruam yang mencurigakan dan memiliki riwayat dekat, kontak pribadi dengan seseorang yang memiliki kasus monkeypox yang dikonfirmasi atau kemungkinan, atau riwayat perjalanan yang membuat mereka berisiko, mereka harus diuji untuk monkeypox," tulis AAP.