Liputan6.com, Karachi - Serangan bom bunuh diri di sebuah gereja menewaskan sedikitnya 75 orang saat jemaat meninggalkan gedung itu. Kata para pejabat, ini adalah serangan terbesar terhadap komunitas Kristen Pakistan dalam beberapa tahun terakhir.
Banyak ditemukan perempuan dan anak-anak termasuk di antara para korban serangan itu, yang terjadi saat kebaktian pagi hampir berakhir.
Baca Juga
Jumlah korban tewas yang meningkat pesat mencapai saat proses identifikasi. Setidaknya 75 orang dalam beberapa jam setelah ledakan, kata komisaris polisi Peshawar, Sahibzada Anees mengutip laman NBC News, Minggu (22/9/2013).
Advertisement
"Seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya setelah masuk ke Aula gereja," kata wakil komisaris polisi Zahir ul Islam kepada NBC News.
"Ada antara 500 hingga 600 orang yang hadir di gereja pada saat serangan," tambahnya.
Dikutuk Keras PM Pakistan
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Muhammad Nawaz Sharif mengutuk keras ledakan bom tersebut, dan menyatakan solidaritas dengan komunitas Kristen.
Ledakan tersebut telah merugikan secara material dan membuat ketakukan pada masyarakat setempat.
Dia mengatakan teroris tidak memiliki agama dan bahwa penargetan orang yang tidak bersalah bertentangan dengan ajaran Islam.
Advertisement
Umat Kristen Memprotes Pengeboman Gereja Pakistan
Umat Kristen yang marah memblokir jalan pada Senin -- keesokan setelah ledakan -- sebagai protes atas serangan bom bunuh diri hari Minggu di sebuah gereja yang menewaskan lebih dari 75 orang dan dianggap sebagai serangan paling mematikan di Pakistan terhadap anggota agama tersebut.
Mereka membawa tongkat dan membarikade jalan dengan ban yang dibakar, para demonstran menuntut perlindungan pemerintah yang lebih baik bagi umat Kristen yang merupakan sekitar empat persen dari 180 juta penduduk Pakistan.
Mereka membuat sejumlah arteri utama terhenti di kota-kota termasuk jalan-jalan di ibukota negara Islam itu, Islamabad, dan di Karachi di mana protes berubah menjadi kekerasan dan polisi terpaksa melancarkan serangan dengan tongkat.
"Teroris tidak pernah membiarkan masjid, gereja, atau kuil di negara ini dari serangan," kata pengunjuk rasa, Adil Kayani, kepada NBC News, saat ia memblokir jalan di Islamabad.
Meminta Keadilan
Paul Bhatti, kepala Aliansi Minoritas Seluruh Pakistan mempertanyakan kebijakan pemerintahnya yang mencoba mencapai kesepakatan damai dengan para militan yang telah membunuh ribuan orang selama pemberontakan selama satu dekade.
"Dialog apa yang sedang kita bicarakan? Perdamaian dengan mereka yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah," katanya kepada Reuters.
"Mereka tidak menginginkan dialog," tambah Bhatti yang saudaranya, seorang menteri federal, ditembak mati oleh seorang ekstremis Islam pada tahun 2011.
"Mereka tidak menginginkan perdamaian. Negara kita dan badan intelijen kita sangat lemah sehingga siapa pun bisa membunuh siapa saja dan kapan saja. Ini memalukan."
Advertisement