Sukses

Rusia Mainkan Retorika Nuklir, Kemlu RI: Jangan Ulangi Perang Dunia II

Kemlu RI menyorot dampak nuklir Perang Dunia II di tengah retorika ganas Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI merespons retorika Rusia yang semakin eksplisit ingin menggunakan nuklir. Retorika itu digunakan Presiden Rusia Vladimir Putin saat memberikan pesan kepada rakyatnya. 

"Ketika integritas wilayah negara kita diancam, untuk melindugi Rusia dan rakyat kita, tentunya kita akan menggunakan segala cara yang bisa kita gunakan," ujar Presiden Rusia Vladimir Putin, dilansir AP News.

Saat ini, Rusia masih melanggar integritas wilayah Ukraina dengan cara invasi. Akan tetapi, Ukraina mulai melancarkan serangan balik yang kuat, dan Amerika Serikat berjanji akan terus memberi bantuan ke Ukraina. 

Ucapan Presiden Vladimir Putin untuk menggunakan segala cara berarti tak terlepas dari kekuatan nuklir yang Rusia miliki. Presiden AS Joe Biden pun mengkritik ancaman nuklir tersebut saat pidato di Sidang Umum PBB 2022. 

Kementerian Luar Negeri RI lantas mengingatkan bahaya dari nuklir seperti yang sudah disaksikan sejarah ketika Perang Dunia II.

"Saya rasa Indonesia dan negara-negara dunia pada umumnya sangat-sangat berharap bahwa konflik Rusia bisa mencapia suatu solusi dan dijauhkan dari penggunaan yang destructive dari senjata nuklir. Oleh karena itu kita semuanya berharap tidak ada pengambilan keputusan yang menciptakan kehancuran karena penggunaan senjata nuklir dalam konflik yang terjadi saat sekarang," ujar juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah dalam press briefing virtual, Kamis (22/9/2022).

Ia pun menegaskan bahwa dunia tidak ingin lagi menyaksikan kehancuran di masa lalu. 

"Sudah ada pengalaman di masa lalu," ucapnya. "Kita tidak ingin terjadi kehancuran serupa seperti yang pernah dialami masyarakat dunia di masa lalu."

Pada Perang Dunia II, AS menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima-Nagasaki. Jepang pun menyerah, namun korban jiwa sangat tinggi. 

Situs History.com menyebut korban tewas di Hiroshima ada 70 ribu hingga 135 ribu orang. Sementara 60-80 ribu orang tewas di Nagasaki. Mereka tewas karena ledakan bom atom serta efek jangka panjang radiasi.

2 dari 4 halaman

Joe Biden di Sidang Umum PBB ke-77, Tuding Rusia Langgar Piagam PBB

Presiden AS Joe Biden tampil dalam pidato di depan Majelis Umum PBB pada Rabu 21 September 2022. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan keinginannya untuk menggalang dukungan bagi Ukraina.

Joe Biden mengatakan bahwa perang di Ukraina itu merupakan penghinaan terhadap inti perjuangan PBB. 

"Laporan penganiayaan Rusia terhadap warga sipil di Ukraina sepatutnya membuat Anda merasa sangat takut," ucap Joe Biden dalam kecaman keras atas invasi Rusia ke Ukraina selama tujuh bulan terakhir, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (22/9).

Ia juga mengatakan, ancaman nuklir baru yang disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Eropa menunjukkan "ketidakpedulian yang gegabah" atas tanggung jawab Moskow sebagai penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir.

Joe Biden lantas mengkritik Rusia karena menjadwalkan "referendum palsu" pekan ini di wilayah Ukraina yang telah direbut secara paksa.

"Salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB menginvasi negara tetangganya sendiri dan berusaha menghapus negara berdaulat itu dari peta. Rusia telah tanpa malu-malu melanggar prinsip utama Piagam PBB," kata Biden di hadapan hadirin Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-77.

Biden lantas menyerukan seluruh negara, baik negara demokrasi maupun otokrasi, agar menentang invasi Rusia dan mendukung upaya Ukraina untuk mempertahankan diri.

"Kita akan berdiri bersama dalam solidaritas untuk menentang agresi Rusia, titik," ujarnya.

Pidato itu disampaikan ketika wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki Rusia di sisi timur dan selatan mengumumkan rencana untuk menggelar referendum, yang didukung Kremlin, dalam beberapa hari ke depan untuk menentukan apakah akan menjadi bagian dari Rusia, seiring kemunduran yang dialami Moskow dalam invasinya.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Rabu mengumumkan langkah mobilisasi sebagian untuk menerjunkan 300.000 pasukan cadangan dan menuduh negara-negara Barat terlibat dalam aksi "pemerasan nuklir."

3 dari 4 halaman

UEFA Resmi Coret Rusia dari Kualifikasi Piala Eropa 2024

Sementara, Rusia semakin dikucilkan dari pentas olahraga dunia. Invasi militer yang dilancarkan ke Ukraina membuat Negeri Beruang Merah dilarang tampil di sejumlah kejuaraan internasional, termasuk Piala Eropa 2024.

Dilansir The National, UEFA kembali melarang Rusia untuk ambil mulai dari babak kualifikasi.  Turnamen ini rencananya akan berlangsung di Jerman dan drawing digelar di Frankfurt, 9 Oktober 2022. 

Berbagai induk olahraga dunia telah menjatuhkan sanski terhadap Rusia sejak melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari lalu. Rusia juga dikucilkan dari seluruh kompetisi di bawah UEFA dan FIFA. Akibatnya, Rusia terpaksa absen pada Piala Dunia 2022 Qatar pada November hingga Desember 2022. 

Rusia telah mengajukan banding ke pengadilan arbitrase dunia. Namun permintaan itu ditolak, Juli lalu. Invasi Rusia ke Ukraina sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir hingga hari ini. 

Sementara itu, sebanyak 53 negara Eropa akan bersaing memperebutkan 23 tempat di putaran final Piala Eropa 2022. Pemenang dan runner up dari 10 grup babak kualifikasi bakal lolos ke Jerman. Sementara tiga tempat lainnya bakal ditentukan lewah babak play off yang berlangsung Maret 2024 mendatang.

Babak play off sendiri bakal diikuti 12 tim terbaik dari UEFA Nations League 2022/2023 yang tidak lolos dari jalur kualifikasi. Menurut UEFA, nantinya bakal ada 7 grup yang dihuni 5 tim dan 3 grup berisi 6 tim. 

 

4 dari 4 halaman

Zelensky Ngotot Tak Mau Kalah Rebut Wilayah Ukraina dari Pasukan Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Minggu (18/9) mengatakan upaya militer negaranya untuk merebut kembali wilayah dari pasukan Rusia tidak akan berhenti.

Pernyataan Zelensky yang dikemukakan dalam pidato malam harinya itu menyusul kemajuan yang dicapai pasukan Ukraina dari daerah Kharkiv, Ukraina Timur Laut, dalam serangan balasan bulan ini, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (20/9/2022).  

“Mungkin yang sekarang ini tampak bagi sebagian Anda setelah serangkaian kemenangan adalah kita mengalami semacam ketenangan,” kata Zelensky. “Tetapi ini bukan ketenangan. Ini persiapan untuk rangkaian berikutnya … karena Ukraina harus bebas – semuanya.”

Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam wawancaranya dengan badan penyiaran CBS News pada Minggu malam bahwa Ukraina, dengan bantuan AS dan sekutu-sekutu lainnya, serta “keberanian dan tekad luar biasa rakyat Ukraina” tidak kalah perang.

Biden mengatakan bahwa memenangi peperangan artinya membuat Rusia “keluar Ukraina sepenuhnya” dan mengakui kedaulatan Ukraina.

Ketika ditanya mengenai komitmen bantuan militer dan kemanusiaan AS untuk Ukraina, Biden mengatakan AS akan terus mendukung Ukraina “selama diperlukan.”