Liputan6.com, Karachi - Aktris Hollywood dan Utusan Khusus PBB untuk Urusan Kemanusiaan Angelina Jolie, pada Selasa (20/9), melakukan kunjungan khusus yang tak terjadwal ke salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir di selatan Pakistan. Lebih dari 1.559 orang meninggal dalam banjir yang sudah berlangsung selama satu bulan itu.
Video yang dirilis oleh pemerintah Pakistan menunjukkan Jolie melangsungkan pertemuan dengan beberapa pejabat di Islamabad, dan membahas perlunya masyarakat internasional melakukan lebih banyak hal.
Baca Juga
Penampilan Langka Knox Jolie-Pitt di Karpet Merah: Lebih Mirip Angelina Jolie atau Brad Pitt?
Angelina Jolie Tampil Beda dengan Rambut Keriting di Pemutaran Perdana Film Maria, Dijagokan Masuk Nominasi Oscar
Angelina Jolie Akhiri Perseteruan dengan Brad Pitt, Cabut Laporan Penyelidikan Insiden di Pesawat
Menurut media lokal, Angelina Jolie juga mengunjungi beberapa daerah yang terdampak banjir, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (22/9/2022).
Advertisement
Menurut IRC, kelompok bantuan internasional terkemuka, Jolie mengunjungi Pakistan untuk membantu komunitas yang terdampak oleh banjir dahsyat itu.
Belum ada pernyataan dari pemerintah Pakistan tentang lawatan Jolie ke Dadu, salah satu distrik yang paling parah dilanda penyakit yang ditularkan oleh air. Penyakit tersebut dilaporkan telah membunuh hampir 300 orang sejak Juli lalu.
Saat ini dokter-dokter sedang berupaya keras mengatasi wabah penyakit yang ditularkan melalui air di kalangan para pengungsi banjir.
Lawatan itu berlangsung ketika Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif berada di New York untuk menyampaikan padangannya dalam sidang Majelis Umum PBB. Dalam pidatonya, Shahbaz menyoroti kerusakan akibat perubahan iklim yang memicu banjir di negara yang miskin itu.
Pakistan mengatakan banjir itu telah menimbulkan kerugian ekonomi hingga $30 miliar.
Â
Pasca-Banjir Pakistan, 9 Orang Meninggal Akibat Penyakit Malaria
Sedikitnya sembilan orang meninggal pada Senin (19 September) karena penyakit menular dan penyakit yang ditularkan melalui air yang telah menyerang puluhan ribu orang di Pakistan yang dilanda banjir. Angka tersebut menjadikan korban dari penyebab serupa menjadi 318.
Dilansir Channel News Asia, Rabu (21/9/2022), korban tewas akibat banjir itu sendiri telah menyentuh 1.559, termasuk 551 anak-anak dan 318 wanita, yang tidak termasuk kematian akibat penyakit, kata badan penanggulangan bencana negara itu.
Ketika air banjir mulai surut, yang menurut para pejabat mungkin memakan waktu dua sampai enam bulan di daerah yang berbeda, genangan air telah menyebabkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, diare dan masalah kulit, terutama di provinsi Sindh selatan.
Pemerintah provinsi mengatakan dalam sebuah laporan yang dikeluarkan pada hari Selasa bahwa sembilan orang meninggal karena gastroenteritis, diare akut dan diduga malaria pada hari Senin. Ini telah melaporkan total 318 kematian akibat penyakit sejak 1 Juli.
Laporan itu mengatakan lebih dari 72.000 pasien dirawat pada hari Senin di rumah sakit darurat atau rumah sakit bergerak yang didirikan di daerah yang dilanda banjir.
Lebih dari 2,7 juta orang telah dirawat di fasilitas ini sejak 1 Juli, kata laporan itu.
Advertisement
Sistem Kesehatan Rusak
Jumlah korban banjir telah membanjiri sistem kesehatan negara yang sudah lemah. Pemerintah provinsi mengatakan bahwa sekitar 1.200 fasilitas medis masih terdampar.
"Kami kewalahan," kata Moinuddin Siddique, direktur Institut Ilmu Kesehatan Abdullah Shah di kota Sehwan, yang dikelilingi oleh air banjir, kepada Reuters.
Malaria dan diare tidak terkendali, katanya.
Rekor hujan monsun dan pencairan gletser di Pakistan utara memicu banjir yang telah berdampak pada hampir 33 juta orang di negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta jiwa, menyapu rumah, tanaman, jembatan, jalan, dan ternak dengan kerugian yang diperkirakan mencapai US$30 miliar.
Situasi Pengungsi Buruk
Ratusan ribu orang yang terlantar tinggal di tempat terbuka, memaparkan mereka pada penyakit yang menyebar di perairan yang tergenang. Mereka sangat membutuhkan makanan, tempat tinggal, air minum bersih, toilet dan obat-obatan, kata pihak berwenang.
UNICEF menyebut situasi mereka "sangat suram".
Dikatakan sekitar 16 juta anak telah terkena dampak, dan setidaknya 3,4 juta anak perempuan dan laki-laki masih membutuhkan bantuan segera dan menyelamatkan nyawa.
Negara ini menerima curah hujan 391mm, atau sekitar 190 persen lebih banyak dari rata-rata 30 tahun hingga Juli dan Agustus, mantra monsun yang dimulai lebih awal dan membentang di luar garis waktu yang biasa. Curah hujan di provinsi selatan Sindh melonjak hingga 466 persen dari rata-rata.
Advertisement