Liputan6.com, Jakarta- Tidak seperti ukurannya, menurut penelitian terbaru, ternyata jumlah semut yang ada di Bumi diperkirakan mencapai 20 kuadriliun atau sama dengan 20.000 triliun semut.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin (19/9), seperti dikutip dari laman CNN World, Minggu (24/9/2022).
“Kami sangat terkejut dengan banyaknya jumlah semut yang kami temukan,” kata Sabine S. Nooten, seorang insect ecologist and temporary principal investigator di the University of Würzburg di Jerman, kepada CNN. Nooten juga merupakan salah satu penulis utama dalam penelitian terbaru ini.
Advertisement
“Kami tidak berekspektasi apapun sebelumnya, karena angka-angka yang muncul dalam literatur ilmuah sebelumnya adalah tebakan yang berdasar, dan mereka memiliki sedikit data empiris,” tambah Nooten.
“Jadi, inilah yang terbaru dari penelitian kami, karena kami mensintetis data dari banyak studi empiris,” imbuhnya lagi.
Menurut penelitian tersebut, sebelumnya, ahli biologi terkenal Bert Hölldobler dan Edward O. Wilson berasumsi semut-semut tersebut membentuk sekitar 1% dari perkiraan populasi serangga di dunia yang berjumlah 1 kuintiliun.
Namun, tim peneliti dari studi terbaru terkait semut ini perkirannya didasarkan pada bukti pengamatan dari kumpulan data ekstensif sampel semut yang terdistribusi secaa global. Para penulis mengidentifikasi dan mengkaji 465 studi yang sesuai yang mencakup 1.306 lokasi pengambilan sampel dari sema benua dan bioma utama tempat semut hidup.
Perkiraan Populasi Semut
Menurut Nooten, para ilmuwan menggunakan kumpulan data komperhensif selama 80 tahun untuk memperkirakan seperti apa kira-kira populasi dan kondisi lingkungan di masa depan. Sebagai contoh, tim memperkirakan jumlah semut penghuni tanah, yang menghuni daerah tropis dan subtropis, seperti Amerika Selatan yang jumlahnya sekitar 3 kuadriliun.
“Kami mungkin dapat melihat perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu melalui kkumpulan data kami,” kaya Patrick Schultheiss, salah satu peneliti di studi tentang semt sekaligus peneliti di di Universitas Würzburg, kepada CNN.
Schultheiss juga menggarisbawahi perubahan dalam pertanian atau cara penebangan hutan dapat berdampak pada jumlah semut.
“Belum ada yang pernah mencoba mengumpulkan data tentang semut dalam skala global,” kata Schultheiss. Ia juga menambahkan, meskipun mereka mengetahui hal tersebut lewat penelitian bahwa jumlah semut sangat tinggi di hutan tropis Afrika Barat dibandingkan dengan di daerah Kutub Utara, ia tidak mengetahui persis berapa banyak jumlahnya.
Penelitian tersebut juga memperkirakan bahwa jumlah semut global melebihi biomassa gabungan dari burung liar dan mamalia dan setara dengan sekitar 20 persen biomassa manusia.
Advertisement
Data Penelitian
"Pertanyaan yang sangat umum yang kerap saya tanyakan adalah ‘Berapa banyak semut yang ada di bumi?’ dan meskipun ada beberapa perkiraan, tidak ada satupun angka-angka yang pasti," kata Adam Hart, profesro science communication di University of Gloucestershire, Inggris, kepada CNN. Hart jug amerupakan wakil presiden dari Royal Entomological Society di Inggris, namun tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Studi baru ini, didasarkan dari hampir 500 penelitian dari seluruh dunia dan memberi kita jawaban terbaik bagi pertanyaan yang rumit ini. Hal yang cukup mengejutkan bukanlah jumlah keseluruhan, tetapi proporsi biomassa yang diwakili semut ternyata seperlima dari biomasa semua manusia. Ini bernar-benar menegaskan betapa pentingnya keberadaan semut,” tambah Hart.
Angka yang tak terbayangkan besarnya itu, menurut para peneliti sekaligus penulis penelitan terbaru tentang semut mengatakan angka tersebut “konservatif”. Hal tersebut karena mereka tidak dapat mengumpulkan semua data yang ingin mereka sertakan.
Seperti contoh, banyak semut yang hidup di bawah tanah yang penelitiannya ternyata tidak tersedia dan tidak dapat memberikan angka, kata Schultheiss. Ada juga semut-semut di bagian utara dan selatan yang sangat jauh, seperti di wilayah subantartik, tetapi tidak ada penelitian tentang semut di daerah tersebut. Maka dari itu, sulit untuk membuat perkiraan matematisnya.
Schultheiss juga menambahkan bahwa non-ilmuwan juga dapat berkontribusi pada kumpulan data dengan cara mengumpulkan daun, mengeluarkan semua semut lalu menghitung berapa banyak smeut yang ada di daun tersebut,
“kami berharap kami dapat menginspirasi orang lain, untuk menghormati alam, dan menikmati alam. Karena, apa yang dilakukan semut sungguh menajkubkan. Tetapi, jika mereka dapat berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dengan cara yang sangat sederhana, data yang sangat sederhana pun dapat memiliki nilai yang sangat besar,” tambah Schultheiss.
Pentingnya Semut
Mengutip Live Science, penelitian tersebut juga menemukan, ternyata semut tidak terdistribusi dengan merata di Bumi. Perbedaan antara habitat umumnya dan yang lainnya mencapai enam kali lipat, dan habitat umumnya adalah di daerah tropis.
Semut juga jumlahnya sangat banyak di hutan dan di daerah kering. Tetapi, jumlahnya sedikit di habitat buatan manusia.
Semut ternyata menyediakan “ecosystem services” yang vital bagi manusia. Sebagai contoh, sebuah studi baru-baru ini menemukan semut bisa lebih efektif daripada pestisida dalam membantu petani panen.
Semut juga memiliki interaksi yang erat dengan organisme lain, dan ada beberapa spesies yang tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya semut.
Sebagai contoh, ada beberapa burung yang bergantung pada smeut untuk mengusir mangsanya. Ada juga ribuan spesies dalam tanaman yang memberi makan atau menampung semut sebagai imbalan atas perlindungan semut kepada mereka atau penyebaran benih perkembangbiakan mereka.
Banyak semut juga yang merupakan redator dan membantu menjaga populasi serangga lain agar tetap terkendali.
Hal yang menghawatirkan saat ini adalah, jumlah semut total secara global menurun karena adanya ancaman perusakan habitat, penggunaan bahan kimia, serta perubahan iklim.
Advertisement