Liputan6.com, Izhevsk - Seorang pria bersenjata dengan simbol Nazi, swastika di kaosnya telah menewaskan 17 orang, termasuk 11 anak-anak dan melukai 24 orang di suatu sekolah di Rusia, kata para penyelidik.
Pelaku penembakan itu diduga berusia sekitar tiga puluhan yang diidentifikasi oleh pihak berwenang sebagai Artem Kazantsev. Ia membunuh dua penjaga keamanan kemudian menembaki para siswa dan guru di School Number 88 di Izhevsk.
Baca Juga
Pria tersebut kemudian bunuh diri, usai melakukan teror yang menggemparkan.
Advertisement
Mengutip dari laman The Guardian, Selasa (27/9/2022), Komite investigasi Rusia yang menangani kejahatan besar, menyatakan sedang menyelidiki dugaan keterkaitan pelaku dengan neo Nazi.
"Saat ini para penyelidik sedang melakukan penggeledahan di tempat tinggalnya dan sedang menyelidiki kepribadian penyerang, pandangan dan lingkungan sekitarnya," kata komite tersebut dalam sebuah pernyataan. "Pemeriksaan sedang dilakukan terhadap kepatuhannya pada pandangan neo-fasis dan ideologi Nazi."
Para penyelidik merilis video yang menunjukkan tubuh pria itu tergeletak di ruang kelas dengan perabotan yang terbalik dan kertas-kertas berserakan di lantai yang berlumuran darah. Dia berpakaian serba hitam dengan swastika merah dalam lingkaran yang digambar di kausnya.
Gubernur Udmurtia, Alexander Brechalov mengatakan pria bersenjata itu, terdaftar sebagai pasien di sebuah fasilitas psikiatri.
Dia kemudian diidentifikasi sebagai pria lokal kelahiran 1988, yang ternyata juga alumni dari sekolah tersebut.
24 Orang Terluka
Pihak berwenang yang telah melakukan investigasi pada lokasi kejadian bahwa 24 orang mengalami luka, namun terdapat dua anak-anak yang tidak mengalami luka.
Identitas 17 korban tewas belum dirilis oleh pemerintah.
Gubernur Alexander Brechalov, mengatakan bahwa mereka semua telah dibawa ke rumah sakit dan dokter bedah telah melakukan sejumlah operasi.
Dia juga mengatakan penyerang telah terdaftar di fasilitas perawatan "psiko-neurologis". Penyelidik mengatakan pria itu dipersenjatai dengan dua pistol dan persediaan amunisi yang besar.
Advertisement
Respons Presiden Rusia
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Presiden Vladimir Putin "sangat berduka" atas kematian tersebut. Dia menggambarkan insiden itu sebagai "tindakan teroris oleh seseorang yang tampaknya termasuk dalam organisasi atau kelompok neo-fasis".
Dia mengatakan dokter, psikolog dan ahli bedah saraf telah dikirim atas perintah Putin ke lokasi penembakan di Izhevsk, yang berlokasi sekitar 600 mil sebelah timur Moskow.
Gubernur Alexander Brechalov telah mengumumkan masa berkabung di wilayah tersebut yang akan berlangsung hingga Kamis 29Â September.
Banyak Terjadi Kejadian Serupa
Pada Mei 2021, seorang remaja bersenjata membunuh tujuh anak dan dua orang dewasa di kota Kazan. Pada September 2021, seorang siswa bersenjata senapan berburu menembak mati setidaknya enam orang di sebuah universitas di kota Perm, Ural.
Pada April 2022, seorang pria bersenjata membunuh dua anak dan seorang guru di sebuah taman kanak-kanak di wilayah Ulyanovsk tengah sebelum bunuh diri.
Pada 2018, seorang siswa berusia 18 tahun menewaskan 20 orang, sebagian besar sesama siswa, dalam penembakan massal di sebuah perguruan tinggi di Krimea yang diduduki Rusia, yang direbut Moskow dari Ukraina pada 2014.
Dikutip dari Melansir ABC News, Selasa (27/9), pihak berwenang telah menyalahkan pengaruh asing atas penembakan di sekolah-sekolah sebelumnya, dengan mengatakan bahwa anak-anak muda Rusia telah terpapar secara online dan melalui televisi terhadap serangan serupa di Amerika Serikat.
Kasus-kasus penembakan terkenal lainnya telah terjadi di tentara Rusia, menempatkan masalah senioritas dalam sorotan di negara di mana dinas militer diwajibkan untuk pria berusia antara 18 dan 27 tahun.
Advertisement