Sukses

Turki Isyaratkan Rekonsiliasi Hubungan dengan Suriah

Baru-baru ini muncul isyarat rekonsiliasi antara Turki dan Suriah.

Liputan6.com, Ankara - Baru-baru ini muncul isyarat rekonsiliasi antara Turki dan Suriah, yang tampak ganjil setelah dukungan kuat Ankara selama lebih dari sepuluh tahun pada kelompok pemberontak yang memerangi pemerintah Damaskus.

Surat kabar pro-pemerintah, Hurriyet, pada 16 September lalu melaporkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyatakan harapan untuk bertemu dengan mitranya, Presiden Suriah Bashar Al Assad di KTT Organisasi Kerjasama Shanghai di Uzbekistan; meskipun Assad tidak datang.

“Saya berharap Assad datang ke Uzbekistan, saya ingin berbicara dengannya,” ujar Erdogan dalam pertemuan tertutup Partai Pembangunan dan Keadilan sebagaimana dikutip kolomnis Hurriyet, Abdulkadir Selvi, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (28/9/2022).

Erdogan bulan lalu juga dilaporkan mengatakan ia tidak pernah menepis dialog dengan Suriah, dan menambahkan, “Kita sedianya melakukan langkah lebih jauh dengan Suriah.”

Mengutip empat sumber, kantor berita Reuters pada 15 September lalu melaporkan beberapa minggu terakhir ini Kepala Organisasi Intelijen Nasional Turki Hakan Fidan telah melangsungkan beberapa pertemuan dengan mitranya, Kepala Biro Keamanan Nasional Suriah Ali Mamlouk di Damaskus.

Direktur Pusat Kajian Turki di Institut Timur Tengah Gonul Tol mengatakan pada VOA, perkembangan ini bukan hal baru karena sejak tahun 2016 Turki dengan bekerjasama erat dengan rezim Assad.

“Saya kira yang baru adalah perubahan retorika. Kini kita mendengar pejabat-pejabat Turki lebih vokal menyuarakan kemungkinan normalisasi dengan rezim Assad,” ujarnya dalam wawancara melalui telpon.

“Tetapi dalam kenyataannya, jika kita melihat seluruh perkembangan yang terjadi sejak tahun 2016, saya kira hal ini bukan sesuatu yang mengejutkan.”

 

2 dari 4 halaman

Selaraskan Partai dengan Kelompok Nasionalis

Tol mengatakan sejak Erdogan mulai menyelaraskan partainya dengan kelompok nasionalis guna mengkonsolidasikan kekuasaan, prioritas utamanya telah beralih dari menggulingkan rezim Assad menjadi meredam kemajuan kelompok Kurdi di bagian utara Suriah.

“Untuk mencapai tujuan itu, ia tidak saja membutuhkan lampu hijau dari Rusia, tetapi juga harus bekerjasama erat dengan rezim itu sendiri… Ada pemahaman secara diam-diam diantara keduanya – ketika Erdogan menyerang Kurdi, Assad melihat ke arah lain,” ujar Tol.

Turki telah melancarkan empat operasi militer di Suriah sejak tahun 2016, dan menganggap kelompok bersenjata Kurdi YPG – yang sebenarnya merupakan bagian penting Pasukan Demokratik Suriah SDF yang didukung Amerika di bagian utara Suriah – sebagai ancaman keamanan nasional.

Turki menilai SDF sebagai cabang Partai Pekerja Kurdi. Turki dan Amerika sama-sama menilai partai ini sebagai organisasi teroris.

Sebagai anggota NATO, Turki menempatkan militer di sebagian besar utara Suriah. Suriah menganggap Turki sebagai kekuatan pendudukan dan menyerukan penarikan mundur tanpa syarat pasukannya dari Suriah.

3 dari 4 halaman

Pulihkan Hubungan Sudah Mencuat Sejak Agustus 2022

Turki, pendukung kuat oposisi Suriah, memberi isyarat bahwa pihaknya kini siap berunding dengan rezim Damaskus. Ankara memutus hubungan diplomatiknya dengan pemerintah Assad pada awal terjadinya perang saudara di Suriah, namun kini mencoba memulangkan jutaan pengungsi asal negara itu.

Merujuk pada hubungan negaranya dengan rezim Suriah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan belum lama ini mengatakan kepada wartawan bahwa, “dialog politik dan diplomasi antarnegara tidak bisa terputus.”

Awal Agustus 2022, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengungkapkan bahwa dia baru-baru ini melakukan perundingan dengan menteri luar negeri Suriah.

Cavusoglu mengatakan, ia berbincang singkat dengan Menlu Suriah di sela-sela pertemuan. Ia memberitahu diplomat utama negara itu bahwa Turki percaya akan ada perdamaian antara rezim Assad dengan pihak oposisi. Ia menambahkan, Turki siap membantu dalam keadaan tersebut

Ankara memutus hubungan diplomatiknya dengan Damaskus pada awal perang saudara. Sampai saat ini Erdogan menjadi salah satu pengkritik keras Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Para pemberontak Suriah memprotes hal itu dengan marah. Mereka membakar bendera-bendera Turki ketika mendengar kabar perundingan kedua menlu.

Galip Dalay, pengamat Turki dari Chatham House, mengatakan bahwa para pemberontak Suriah punya alasan yang masuk akal untuk bereaksi demikian, karena pemerintah Turki selama ini merupakan salah satu pendukung militer dan politik terkuat mereka.

4 dari 4 halaman

Respons Oposisi

“[Ini] buruk bagi oposisi Suriah di Turki. Karena masalah yang mereka hadapi, mereka semakin lama berubah menjadi proksi Turki, dan kini hal itu pada dasarnya akan menghancurkan oposisi Suriah. Tetapi beberapa kelompok yang ada mungkin juga memisahkan antara Turki dan beberapa kelompok-kelompok oposisi Suriah lainnya.”

Pengamat mengatakan Erdogan kemungkinan mencoba memulihkan hubungan dengan Damaskus untuk menyingkirkan pasukan YPG Kurdi Suriah dari perbatasannya. Ankara menuduh YPG memiliki hubungan dengan pemberontakan di dalam Turki.

Menghadapi tekanan publik yang meningkat, Erdogan juga berjanji akan memulangkan jutaan pengungsi Suriah yang melarikan diri ke Turki. Namun duta besar terakhir Turki untuk Suriah, Omer Onhon, mengatakan bahwa Ankara perlu berhati-hati dalam berurusan dengan Damaskus.

“Dari sudut pandang kita, kita pasti perlu merasa aman. Kedua, tentu saja, kita perlu melihat bahwa Suriah aman untuk kembalinya warga Suriah yang berada di Turki dan negara-negara lain. Untuk itu, rezim harus membuktikan bahwa mereka tulus mencari solusi politik yang nyata. Tapi sampai sekarang, itu tidak terjadi,” ujarnya.