Liputan6.com, Tehran - Demo terhadap polisi moral masih terus meluas dan membara di Iran. Korban jiwa pun terus berjatuhan.
Menurut laporan BBC, Rabu (28/9/2022), pemerintah Iran berkata ada 41 orang yang meninggal di demonstrasi, termasuk sejumlah personel keamanan. Pemerintah menyalahkan para perusuh.
Namun, aktivits berkata sudah ada 76 pendemo yang meninggal karena aksi pasukan keamanan Iran. Kelompok Iran Human Rights (IHR) menuduh pihak berwajib menggunakan kekuatan yang berlebihan dan amunisi hidup untuk meredam pengunjuk rasa.
Advertisement
Ratusan orang juga ditahan, termasuk 20 jurnalis. Aktivis menyebut ada potensi penyiksaan yang terjadi.
"Risiko penyiksaan dan perlakuan buruk ke para protester adalah hal serius dan penggunaan amunisi hidup terhadap para protester adalah kejahatan internasional," ujar direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam.
Ia pun meminta dunia agar membantu rakyat Iran dan hak-hak mereka.
"Dunia harus membela tuntutan-tuntutan rakyat Iran atas hak-hak fundamental mereka," tegasnya.
Demo terjadi di sekitar 80 kota di Iran. Aksi ini bermula ketika wanita muda bernama Mahsa Amini (22) meninggal dunia usai ditangkap polisi moral. Mahsa Amini disebut tak menggunakan hijab dengan benar. Pihak keluarga dan aktivis menyebut wanita itu dipukul polisi hingga kolaps.
Kabar ini viral ke berbagai negara, termasuk memicu reaksi dari sastrawan Margaret Atwood dan penulis Harry Potter, JK Rowling.
Kantor HAM PBB mengaku prihatin atas respons kekerasan yang terjadi dan meminta pihak berwenang agar menghormati hak warga untuk unjuk rasa.
Warga Iran di luar negeri, seperti Australia dan Turki, juga ikut berdemo. Video-video para wanita Iran yang melepas dan membakar hijab pun ikutan viral di Twitter.
Kronologi Kasus Mahsa Amini
Berikut kronologi kasus Mahsa Amini seperti dirangkum berbagai sumber:
13 September 2022: Salah Pakai Hijab
Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.
Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.
16 September 2022: Nyawa Melayang
Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.
Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung.
Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral.
"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.
17 September 2022: Pemakaman
Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu.
Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.
18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban
Pada Minggu (18/9), Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini.
"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.
19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban
Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung.
"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.
Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong.
Advertisement
Wanita di Turki Ikut Protes Kematian Mahsa Amini
Dilaporkan VOA, Minggu (25/9), unjuk rasa itu dilaksanakan oleh sekelompok warga Iran yang tinggal di Istanbul bersama para warga lokal. Mereka demo di depan Konsulat Iran di Istanbul.
Selama demo berlangsung, ada setidaknya tiga orang yang menggunting rambut mereka karena protes atas perlakuan terhadap Amini.
Para pendemo berteriak dalam bahasa Turki, Farsi, dan Kurdi.
Slogan di bahasa Turki berbunyi: "kita tidak terus bungkam, kita tidak merasa takut, kita tidak menurut" serta "tubuhku, keputusanku."
Sementara, slogan dalam bahasa Farsi dan Kurdi menyebut: "Wanita hidup dengan bebas" dan "Kita tidak mau rezim mullah."
Wanita Iran yang ikut demo, Mahdi Sağlar, berkata rezim Iran memukul seorang gadis hingga tewas hanya karena rambutnya terlihat.
"Anak-anak mereka sendiri berpakaian semaunya di Eropa dan Amerika, mereka bertingkah semaunya, tetapi di Iran mereka menangkap perempuan itu karena rambutnya terlihat, dan mereka membunuhnya dengan menyebabkan pendarahan otak dengan pukulan ke arah otak di stasiun polisi. Kita di sini untuk memprotes hal tersebut," ujar Mahdi Sağlar yang tinggal di Turki selama 20 tahun.
Iran Padamkan Internet, WhatsApp Upayakan Layanan Bisa Diakses
Iran memutus jaringan internet di sebagian kota Teheran dan Kurdistan. Pemerintah negara ini juga memblokir akses ke platform digital termasuk Instagram dan WhatsApp.
Pemblokiran akses ini dilakukan dalam upaya mengekang gerakan protes yang berkembang. Di mana, massa menggunakan media sosial untuk menggalang kekuatan.
Menanggapi pemadaman internet dan pemblokiran akses di sejumlah wilayah di Iran, Meta sebagai induk WhatsApp dan Instagram berupaya membuat masyarakat Iran tetap terhubung.
Mengutip Reuters, Jumat (23/9), Meta berupaya agar masyarakat negara tersebut bisa memakai layanan WhatsApp.
"WhatsApp akan melakukan apa saja dalam kapasitas teknisnya untuk menjaga agar layanan tetap dapat diakses dan bahwa pihaknya tidak memblokir nomor telepon Iran," kata layanan pesan tersebut dalam sebuah cuitan.
Sekadar informasi, protes keras yang berbuntut pada kondisi mencekam di Iran terjadi pasca kematian seorang perempuan 22 tahun, Mahsa Amini, di tahanan polisi.
Menurut lembaga internet watchdog NetBlocks, Amini sebelumnya ditahan oleh polisi moral di Kota Teheran karena dianggap berpakaian tidak pantas. Kematian Amini dan sejumlah isu termasuk isu soal kebebasan membuat publik begitu marah hingga melayangkan aksi protes.
Para pengunjuk rasa di Kota Teheran dan sejumlah kota lain di Iran meluapkan kemarahannya dengan membakar kantor polisi dan kendaraan pada Kamis, kemarin. Di tengah kemarahan publik yang tidak mereda, pemerintah Iran pun justru memadamkan sebagian akses internet hingga melakukan pemblokiran platform.
Advertisement