Liputan6.com, London - Inflasi di Inggris sedang melonjak di tengah perang Rusia-Ukraina. Office for National Statistics (ONS) mencatat Consumer Price Index (CPI) naik 9,9 persen, turun sedikit dari Juli 2022, yakni 10,1 persen. Angka dua digit tersebut tentu berdampak ke warga Inggris.
ONS menyebut naiknya harga makanan merupakan kontributor naiknya angka CPI.
Advertisement
Baca Juga
Di tengah masalah ekonomi, sejumlah warga pun terpojok sehingga jatuh ke prostitusi. Semakin banyak wanita yang melakukannya demi memenuhi kebutuhan.
"Krisis biaya hidup kini mendorong para wanita melakukan kerja seks dalam berbagai cara, baik itu di jalanan, lokasi, atau online," ujar juru bicara English Collective of Prositutes, Niki Adams, dikutip Sky News, Rabu (28/9/2022).
Jaringan kolektif yang berlokasi di London tersebut membantu ribuan orang yang berusia 30 tahun ke atas. Mereka memberikan arahan agar para pekerja seks komersial tetap bekerja secara aman dan tidak melanggar hukum.
Niki Adams berkata para wanita bekerja sebagai PSK karena terdesak. Mereka pun kesulitan melindungi diri terhadap kekerasan dan eksploitasi.
"Itu berarti kondisi pekerja seks merosot ke titik yang memberikan risiko kepada kehidupan perempuan," kata Adams.
Survival Sex
Nikki McNeill dari badan amal Beyond the Streets menggambarkan situasi yang terjadi sebagai "survival sex". Itulah yang mendorong para wanita untuk jadi PSK, yakni demi bertahan hidup.
"Kita menyebutnya demikian karena itu satu-satunya pilihan bagi para wanita tersebut agar bisa selamat. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar," ujar McNeill.
Ia mencontohkan seorang wanita single parent yang punya tempat tingga, tetapi tidak punya kulkas. Alhasil, ia menaruh makanannya di sebuah kantong lalu ditaruh di jendela agar dingin.
Ada juga yang menjadi PSK karena kehilangan kerja karena COVID-19. McNeill pun khawatir karena ada wanita yang diminta berhubungan seks tanpa kondom.
"Sejumlah perempuan diharapkan memberikan seks tanpa perlindungan," ujarnya. "Para klien tahun mereka tidak dalam posisi untuk mengatakan tidak, jadi sebagian premis mendorong wanita ke dalam situasi-situasi tersebut."
Inggris Hadapi Krisis, IMF Bunyikan Alarm
IMF ikut angkat bicara tentang krisis yang dihadapi pemerintah Inggris. Saat ini, mata uang Inggris sedang terpuruk sehingga harga-harga terancam naik.
Terpuruknya poundsterling dipicu rencana Menteri Keuangan Inggris Kwasi Kwarteng yang ingin memangkas pajak besar-besaran untuk meningkatkan ekonomi. Namun, pemerintah juga akan mengambil utang.
Pengunguman Kwarteng tidak mendapatkan sambutan positif dari investor.
Kebijakan memangkas pajak pun menjadi bumerang dan IMF khawatir warga tak mampu harus menelan pil pahit.
"Sifat dari kebijakan-kebijakan Inggris kemungkinan akan menambah ketidaksetaraan," ucap pihak IMF, dikutip BBC, Rabu (28/9/2022).
Lebih lanjut, IMF berkata pemerintah Inggris masih punya kesempatan untuk melakuan re-evaluasi terhadap rencana pajak tersebut, terutama yang menguntungkan orang berpendapatan tinggi.
Partai Buruh menilai kebijakan Kwarteng akan menguntungkan "orang terkaya 1 persen".
Pendapat IMF dimentahkan oleh mantan Menteri Brexit, David Frost. Ia berkata pandangan IMF hanya akan membuat produktivitas melemah.
"Satu-satunya cara maju bagi Inggris adalah pajak rendah, menahan pengeluaran, dan reformasi ekonomi signifikan. Liz Truss dan Kwasi Kwarteng secara tepat fokus pada mewujudkan hal tersebut," ujar Frost yang merupakan sekutu dekat PM Liz Truss.
Bank Inggris juga memberi sinyal akan menaikkan suku bunga untuk merespons jatuhnya nilai poundsterling. Nilai 1 poundsterling sempat jatuh ke US$1,03, meski sudah naik lagi menjadi US$1,07.
"Pertanyaan-pertanyaan serius telah ditanya tentang kompetensi ekonomi dari pemerintahan yang baru ini," ujar Craig Erlam, analis senior market di Oanda, dilansir CNN.
Advertisement
Survei: Krisis Inggris Bikin Anak Sekolahan di London Sulit Beli Jajan
Anak-anak pada kelaparan sehingga mereka hanya bisa mengunyah permen karet atau bersembunyi di taman bermain karena tidak mampu membeli makan siang, menurut laporan dari kepala sekolah di seluruh Inggris.
Para kepala sekolah mengatakan, pemerintah meninggalkan banyak sekolah dalam menghadapi krisis.
Ini juga tergambar pada sebuah pesan yang diperkuat oleh survei baru tentang kemiskinan pangan di sekolah, yang akan diterbitkan oleh Chefs in Schools, sebuah badan amal makan sehat.
Survei ini mengungkapkan bahwa banyak sekolah di Inggris sudah mengalami peningkatan krisis Inggris yang "memilukan" pada anak-anak. Mereka bahkan tak mampu membeli jajan saat berada di sekolah, dikutip dari laman The Guardian, Selasa (27/9).
Satu sekolah di Lewisham, London bagian tenggara, memberi tahu badan amal itu tentang seorang anak yang "berpura-pura makan dari kotak makan yang kosong" karena mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan sekolah gratis dan tidak ingin teman-teman mereka tahu bahwa tidak ada makanan yang ia bawa dari rumah.
Kelompok bantuan pangan masyarakat juga mengatakan kepada Observer minggu ini bahwa mereka berjuang untuk mengatasi permintaan baru dari keluarga yang tidak mampu memberi makan anak-anak mereka.
“Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka mengunyah karet di sekolah,” kata Naomi Duncan, kepala eksekutif Chefs in Schools.
“Anak-anak datang karena belum makan apa pun sejak makan siang sehari sebelumnya. Pemerintah harus melakukan sesuatu.”
Aturan Makan Siang di Inggris
Di Inggris, semua anak sekolah berhak atas makanan gratis dari penerimaan hingga tahun kedua. Tetapi di luar itu, hanya anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan kurang dari 7.400 pound sterling per tahun yang memenuhi syarat, tetapi ada 800.000 anak yang hidup dalam kemiskinan tidak termasuk.
Badan Amal Duncan membongkar anggaran yang sudah terlalu banyak untuk memberi makan anak-anak yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan sekolah gratis. Dia ingin semua anak dari keluarga berada tak melakukan hal ini.
“Ini benar-benar memilukan bagi koki kami. Mereka secara aktif keluar dan mencari anak-anak yang bersembunyi di taman bermain karena mereka pikir mereka tidak bisa mendapatkan makanan, dan memberi mereka makan,” katanya.
Duncan mengatakan, survei mengungkap bahwa guru membeli pemanggang roti sehingga mereka dapat membagikan sarapan kepada anak-anak yang terlalu lapar sehingga bisa berkonsentrasi.
Advertisement