Sukses

Virus COVID-19 Bukan Berasal dari Pasar Wuhan?

Asal muasal COVID-19 kembali jadi Taiwan.

Liputan6.com, Taipei - Masalah asal muasal COVID-19 kembali diungkit oleh Taiwan. Pakar epidemi Taiwan meragukan bahwa virus itu muncul dari pasar tradisional.

Selama ini, pasar Wuhan Huanan di China adalah salah satu lokasi yang dikatakan menjadi sumber COVID-19. Namun, pihak Taiwan menilai pasar itu hanya dianggap sebagai lokasi titik penularan.

"Spekulasi kami adalah kami berpikir bahwa pasar basah Wuhan Huanan bukan asalnya," ujar Lo Yi-Chun, deputi dirjen Centers for Disease Control dari Taiwan, dikutip National Review, Kamis (29/5/2022).

"Itu mungkin adalah langkah penting rantai transmisi. Asal mulanya di tempat lain," lanjutnya.

Lo Yi-Chun menyebut kemungkinan asal virusnya memang di Wuhan, tetapi bukan dari pasar. Laboratorium disebut sebagai lokasi potensial, namun ia mengakui bahwa pihaknya tak punya bukti solid. WHO lantas diminta menjawab pertanyaan itu.

Sebelumnya, WHO sudah mengunjungi Wuhan pada awal 2020. WHO mengunjungi Bandara Wuhan Tianhe, RS Zhongnan, CDC Hubei, serta laboratorium Biosafety Level 3 (BSL3) di CDC China.

Pada Januari-Februari 2021, WHO kembali mengunjungi Wuhan. Namun, WHO belum bisa memberikan kesimpulan yang pasti, serta menyebut butuh studi lebih lanjut.

"Menemukan asal mula sebuah virus membutuhkan waktu dan kita berhutang pada dunia untuk menemukan sumbernya sehingga kita bisa secara kolektif mengambil langkah-langkah demi mengurangi risiko ini terjadi lagi. Tak ada perjalanan penelitian tunggal yang bisa memberikan semua jawaban," ujar Dirjen WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

2 dari 3 halaman

Di Depan Organisasi Internasional, Indonesia Paparkan Strategi Tangani Pandemi Covid-19

Perwakilan Indonesia diundang dalam rapat tahunan Organisasi Internasional Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Dalam kesempatan itu, Indonesia memaparkan strategi penanganan pandemi covid-19 berbasis pendekatan komunikasi digital dan sosial.

Konferensi Tahun 2022 ini bertajuk "5th meeting of the OECD Expert Group on Public Communication". Kegiatan dihadiri lebih dari 40 delegasi dari sedikitnya 16 negara maju di dunia. Indonesia dan Singapura diundang mewakili Asia Tenggara. 

"Pertemuan ini berlangsung untuk mendengarkan berbagai studi kasus dan capaian berbagai negara di dunia, yang menggunakan pendekatan komunikasi untuk memperkuat tingkat kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah," kata Head of Open and Innovative Government Division, OECD, Carlos Santiso dalam keterangan tertulis, Rabu, 28 September 2022.

Pertemuan itu juga membagikan wawasan dari penggunaan big data dan behavioral study dalam praktik komunikasi publik selama pandemi. Dari 277 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 6 juta warga di antaranya terinfeksi covid-19 hingga Agustus 2022 dengan total kematian 150 ribu kasus.

 

"Kondisi ini kontras dengan Amerika Serikat misalnya, yang memiliki penduduk sebanyak 322 juta, yang terinfeksi covid-19 mencapai 95 juta orang dengan angka kematian lebih dari 1 juta," tambah tim Posko Vaksinasi Merdeka Polda Metro Jaya, Ardilla Amry.

Akhmad Firmannamal, delegasi Indonesia lainnya yang hadir menambahkan, penanganan pandemi di Indonesia lebih baik. Menurut dia, capaian itu tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang digaungkan. Di antaranya program literasi Makin Cakap Digital, yang terselenggara sebanyak 17.414 kegiatan sepanjang 2021.

"Untuk memberikan edukasi literasi digital agar masyarakat tidak mudah termakan disinformasi ataupun misinformasi, khususnya di sosial media yang membuat mereka tidak mau melakukan social distancing  hingga tidak mau terlibat program vaksinasi misalnya," ujar Akhmad.

3 dari 3 halaman

Vaksinasi

Padahal, Indonesia bukan negara produsen vaksin. Peneliti program Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati meyakini salah satu keberhasilan Indonesia mengendalikan infeksi covid-19 ialah melalui program vaksinasi. Program itu dibarengi dengan literasi digital. Dengan begitu lambat laun masyarakat mau berpartisipasi untuk menjalani vaksinasi demi mencegah penyebaran virus tersebut.

Program Vaksinasi Merdeka yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya, menjadi salah satu studi kasus yang diminta OECD untuk dipresentasikan. Sebab, inovasi program Vaksinasi Merdeka yang menggunakan pendekatan komunikasi sosial, yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat dinilai sejalan dengan rekomendasi OECD untuk para pengambil kebijakan di seluruh dunia.

"Vaksinasi merdeka mengawinkan tiga pendekatan yaitu behavioral insights, penggunaan teknologi digital serta kearifan sosial, gotong royong, yang berhasil melahirkan metode penyelengaraan vaksinasi yang kolosal di berbagai titik," kata Devie.

Biaya penyelenggaraan Vaksinasi Merdeka itu juga disebut efisien. Ribuan relawan bekerja bersama di satu waktuaku secara masif. Penyelenggaraan juga singkat hanya 17 hari.

"Namun, dampaknya terukur yaitu capaian warga yang tervaksinasi lebih dari 97 perseb, di mana sebelum hadirnya metode Vaksinasi Merdeka, capaian vaksinasi baru mencapai 33 perseb," ujar Devie.

Kepala Posko Vaksinasi Merdeka Polda Metro Jaya Supriyanto menuturkan Vaksinasi Merdeka menekankan pada kekuatan partisipasi aktif publik. Diawali dengan pendekatan persuasif kepolisian melalui desain program yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan publik.

"Metode ini berhasil karena meninggalkan pendekatan top bottom (atas bawah) menjadi bottom up (bawah ke atas), sehingga no one left behind (tidak ada yang tertinggal)," ungkapnya.

Inisiator platform Vaksinasi Merdeka dan SiapBergerak Zaky Ramadhan mengatakan metode Vaksinasi Merdeka ini bukan hanya menjadi role model praktis penyelenggaraan vaksinasi di seluruh wilayah nusantara. Namun, juga berkembang menjadi platform yang mampu memfasilitasi semangat gotong royong masyarakat Indonesia dengan kekuatan teknologi.

"Yang terus memberikan solusi terhadap berbagai tantangan sosial lain di luar masalah kesehatan," kata Zaky.

Kehadiran delegasi Indonesia merupakan sebuah pengakuan terhadap kebijakan dan program kolaborasi yang dijalankan di berbagai Kementerian, Lembaga, Organisasi Masyarakat Sipil, Komunitas, Kampus, Swasta, Media serta masyarakat di akar rumput. Pemaparan materi strategi penanganan covid-19 di Indonesia ini dilakukan atas permintaan Organization for Economic Co-operation and Development (OEDC), lembaga yang berdiri sejak 1948.