Liputan6.com, Kabul - Setidaknya 19 orang tewas dalam serangan bom di Kabul, Afghanistan.
Serangan terjadi di pusat pendidikan Kaaj yang berada di area Dash-e-Barch, sebelah barat Kabul.
Dilaporkan BBC, Jumat (30/9/2022), para pelajar sedang belajar di tempat les tersebut untuk mempelajari tes masuk perguruan tinggi. Banyak orang di daerah itu berasal dari etnis minoritas Hazara yang kerap menjadi sasaran serangan.
Advertisement
Baca Juga
Rekaman dari media lokal dan media sosial menampilkan banyak tubuh-tubuh tertutup kain dijejerkan di lantai rumah sakit. Para anggota keluarga pun tampak terpukul akibat kejadian ini.
Kaaj merupakan institusi privat yang mengajarkan anak laki-laki dan perempuan. Kebanyakan sekolah perempuan di Afghanistan telah tutup setelah Taliban berkuasa pada Agustus 2021, tetapi sejumlah sekolah swasta masih buka.
Belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas kejadian ini.
Sebelumnya, Hazara yang mayoritas Syiah kerap menjadi sasaran persekusi oleh Taliban dan ISIS. Taliban juga menganut aliran Sunni.
Kementerian Dalam Negeri Taliban telah mengecam serangan ini dan telah memerintahkan tim keamanan untuk ke lokasi.
Jubir Kemdagri Taliban, Abdul Nafy Takor, berkata penyerangan ini menandakan kekejaman yang tak manusiawi, serta kurangnya moral.
Amerika Serikat juga mengecam serangan ini.
"Menarget ruangan yang dipenuhi murid-murid yang sedang ujian adalah tindakan memalukan. Semua murid seharusnya bisa menuntut ilmu dengan damai dan tanpa ketakutan," ujar Karen Decker, charge d'affaires dari Misi AS di Afghanistan.
Serangan Bom Mobil Masjid di Afghanistan Saat Salat Jumat, 7 Orang Tewas
Sepekan lalu, sebuah mobil yang penuh dengan bahan peledak meledak di luar sebuah masjid saat salat Jumat yang dihadiri oleh Taliban di Kabul, Afghanistan. Akibatnya, tujuh orang tewas, kata Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Jumat 23 September 2022.
Ledakan itu terjadi di depan masjid Wazir Akbar Khan, tidak jauh dari bekas Zona Hijau yang dibentengi yang menampung banyak kedutaan asing dan NATO sebelum Taliban merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu, demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (24/9).
Masjid itu kini sering dihadiri oleh komandan dan pejuang senior Taliban. Juru bicara kementerian dalam negeri Abdul Nafy Takor mengatakan kepada AFP bahwa setidaknya tujuh orang telah tewas dan 41 lainnya terluka, termasuk anak-anak.
Rumah Sakit Darurat yang dikelola LSM Italia mengatakan telah menerima 14 orang dari ledakan itu, empat di antaranya tewas pada saat kedatangan.
"Ledakan itu terjadi ketika jamaah sedang menuju rumah," kata Takor, seraya menambahkan bahan peledak itu ditempatkan di dalam mobil.
"Semua korban adalah warga sipil, jumlah pastinya belum jelas," kata juru bicara kepolisian Kabul Khalid Zadran.
Gambar-gambar yang belum diverifikasi yang diposting di media sosial menunjukkan sebuah mobil yang hancur terbakar di jalan di luar masjid.
Advertisement
Menlu Retno Marsudi Dorong Bantuan Untuk Afghanistan dan Myanmar Lewat Palang Merah Internasional
Sementara, situasi dan bantuan kemanusiaan untuk Myanmar dan Afghanistan menjadi pokok bahasan utama pertemuan antara Menlu Retno Marsudi dengan Peter Maurer, Presiden Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) (23/09).
Pertemuan juga dilakukan sebagai pertemuan perpisahan, mengingat Presiden Palang Merah Internasional akan segera mengakhiri masa tugasnya. ICRC dan Indonesia banyak melakukan kerjasama, termasuk di negara-negara yang sedang alami krisis kemanusiaan.
Dalam pertemuan, Menlu RI dan Presiden ICRC melakukan tukar pandangan mengenai kondisi kemanusiaan di beberapa negara, antara lain Myanmar, Rohingya dan Afghanistan.
“Kondisi masyarakat Rohingya di pengungsian perlu terus mendapatkan perhatian ditengah dunia yang menghadapi banyak krisis. Situasi Myanmar setelah kudeta, menjadi lebih sulit untuk melakukan repatriasi Rohingya ke Myanmar secara sukarela, aman dan bermartabat”, kata Menlu Retno.
Menlu dan Presiden ICRC sepakat bahwa bantuan kemanusiaan ke Myanmar harus mencapai para pihak yang memerlukan tanpa diskriminasi.
Mengenai Afghanistan, Menlu RI sampaikan prioritas Indonesia saat ini, termasuk perhatian Indonesia terhadap isu akses Pendidikan bagi perempuan di Afghanistan.
Menlu Retno juga menjelaskan kerjasama yang dilakukan bersama dengan Qatar untuk Afghanistan, termasuk dialog antar ulama.
Pertemuan dilakukan di sela-sela rangkaian SMU ke-77 PBB di New York Amerika Serikat.
Krisis HAM Masih Jadi Masalah Besar di Afghanistan
Pelapor khusus situasi hak asasi manusia di Afghanistan, Richard Bennett, mengatakan kondisi di Afghanistan memburuk dalam setahun ini.
Taliban, kata Bennett, telah menjadi semakin otoriter, menekan kebebasan berpendapat, dan menolak hak-hak sipil dan politik rakyat.
Walaupun semua orang Afghanistan mengalami masa-masa sulit, Bennett menilai, kemunduran hak-hak yang dulu dinikmati anak perempuan dan perempuan, khususnya sangat menyedihkan.
“Saya sangat prihatin akan kemunduran yang mengejutkan di mana perempuan dan anak perempuan tidak lagi menikmati hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya sejak Taliban menguasai negara itu. Tidak ada negara di dunia di mana perempuan dan anak perempuan begitu cepat kehilangan hak asasi hanya karena jenis kelamin mereka,” ujarnya.
Advertisement