Sukses

Wanita di Iran Ditangkap Usai Nongkrong di Kafe Tanpa Hijab, Kabarnya Masuk Penjara Terkejam

Seorang wanita di Iran ditangkap hingga masuk penjara setelah foto tanpa hijabnya tersebar luas di media sosial.

Liputan6.com, Teheran - Pasukan keamanan Iran menangkap seorang wanita setelah foto tanpa hijab dirinya di sebuah restoran tersebar luas, menurut keterangan keluarganya Jumat 30 September 2022. Foto yang diunggah pada Rabu 28 September tersebut menunjukkan dua orang wanita sedang sarapan di sebuah kafe, seperti kafe-kafe lainnya di Iran yang pengunjungnya didominasi oleh pria. 

Seperti kita ketahui, suasana Iran sedang memanas setelah kematian Mahsa Amini

Donya Rad, salah satu wanita dalam foto tersebut, ditangkap tak lama setelah foto tanpa jilbabnya itu beredar di dunia maya. Saudara perempuan Donya kepada CNN mengatakan, agen keamanan menghubungi Donya dan memanggilnya untuk menjelaskan tindakannya.

"Setelah pergi ke tempat yang telah ditetapkan, beberapa jam kemudian Donya tidak ada kabar, Donya memberi tahu saya dalam telepon singkat bahwa ia dipindahkan ke Bangsal 209 Penjara Evin," kata saudara perempuannya kepada CNN.

Penjara Evin Teheran dikenal sebagai penjara paling kejam, karena di sana merupakan penjara para tahanan politik dan diperuntukkan bagi tahanan-tahanan yang ditangani oleh Kementerian Intelijen Iran, dikutip dari CNN, Minggu (2/10/2022).

Dalam beberapa hari terakhir, pasukan keamanan Iran dilaporkan telah menahan beberapa orang Iran yang berpengaruh, termasuk penulis dan penyair Mona Borzouei, pemain sepak bola Iran Hossein Mahini, dan putri mantan Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, Faezeh Rafsanjani.

Menurut LSM Hak Asasi Iran, Shervin Hajipour, seorang penyanyi Iran juga ditangkap, setelah merilis lagu yang memilukan berdasarkan twit yang dibagikan oleh warga Iran yang mengekspresikan perasaannya mengapa orang-orang di sana melakukan protes. 

Lagu Hajipour yang berjudul "For..." menjadi viral di dunia maya dan ditonton jutaan kali serta disebar luas di sosial media baik di Iran maupun di luar negeri. 

Tindakan represif pemerintah terus berlanjut setelah hampir dua minggu protes dan tercatat ada puluhan orang tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan. Hak Asasi Manusia Iran memperkirakan setidaknya 83 orang termasuk anak-anak, terbunuh dalam protes pasca kematian Mahsa Amini. 

Kantor berita IRNA juga melaporkan, lebih dari seribu orang yang terlibat dalam protes juga ditahan. Selain itu ada setidaknya 28 wartawan ditangkap pada Kamis (29/9).

Amnesty Internasional pada Kamis mengatakan, mereka telah menyelidiki pihak berwenang yang melakukan penangkapan massal terhadap pengunjuk rasa, jurnalis, aktivis politik, pengacara, dan pembela HAM, termasuk juga aktivis hak-hak perempuan dan mereka termasuk dalam kelompok etnis minoritas yang tertindas.

 

2 dari 4 halaman

Partai Reformis Utama Iran Minta Diakhirinya Aturan Wajib Jilbab

Berbicara tentang aturan hijab di Iran, Partai reformis utama Iran pada Sabtu (24/9) menyerukan diakhirinya aturan wajib berpakaian bagi perempuan yang diberlakukan sejak 1983.

Seruan itu disampaikan setelah terjadinya protes-protes selama delapan malam berturut-turut terkait kematian Mahsa Amini, 22 tahun, dalam tahanan polisi pada 16 September, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (26/9/2022).

Serikat Partai Rakyat Iran Islam juga menyerukan dikuranginya polisi moral yang menegakkan aturan itu. Partai itu dipimpin oleh para mantan pembantu Presiden Mohammad Khatami yang mengawasi cairnya hubungan dengan Barat antara 1997 dan 2005. Partai tersebut menyerukan pihak berwenang untuk "menyiapkan elemen-elemen hukum yang diperlukan untuk mencabut UU wajib jilbab itu."

Partai itu, yang sah namun tak memegang kekuasaan apapun, mengatakan Iran harus mengumumkan "diakhirinya secara resmi aktivitas polisi moral" dan "mengizinkan demonstrasi damai." Dikatakan, sebuah "komisi imparsial" harus dibentuk untuk menyelidiki kematian Amini dan menyerukan "segera dibebaskannya orang-orang yang baru-baru ini ditahan."

Sedikitnya 35 orang tewas dan ratusan cedera dalam protes-protes yang merebak setelah kematian Amini, menurut angka resmi. Ratusan lainnya telah ditangkap, termasuk sejumlah jurnalis reformis dan aktivis, serta demonstran.

Berdasarkan UU yang diadopsi pada 1983, empat tahun setelah revolusi Islam Iran, semua perempuan, apapun keyakinan atau kewarganegaraannya, harus menutupi rambut dengan kain di tempat umum dan mengenakan celana longgar di bawah mantel mereka.

Aturan tersebut sering diabaikan selama beberapa dekade, terutama di kota-kota besar, tetapi ada tindakan keras berkala.

3 dari 4 halaman

Protes Hijab di Iran

Situasi di Iran memanas karena kematian wanita muda bernama Mahsa Amini (22). Wanita itu meninggal setelah ditangkap polisi moral karena tidak benar dalam memakai hijab. 

Kematian Mahsa Amini memantik demo besar-besaran di Iran. Viral pula video-video beredar di Twitter ketika wanita Iran berani membuka hijab mereka. Penulis Harry Potter, JK Rowling, bahkan ikut mendukung perjuangan para wanita Iran. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (22/9/2022), video warganet yang diposting di media sosial tampak menunjukkan protes-protes anti-pemerintah terbaru yang berlangsung di sedikitnya 16 dari 31 provinsi pada hari Selasa. Ini lonjakan besar dari awalnya sedikit provinsi yang terlihat dalam video protes di media sosial dalam empat hari sebelumnya.

VOA tidak dapat memverifikasi secara independen protes-protes selama hampir sepekan itu karena dilarang melaporkan di dalam Iran.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan pemerintah tidak terkejut protes-protes berkobar di Iran terkait kematian polisi yang ditahan polisi moral negara itu pekan lalu.

Sullivan mengatakan, “Kami tidak terkejut melihat orang-orang dari semua lapisan masyarakat keluar di Iran untuk menentang keras hal itu dan mengatakan ini bukanlah masyarakat yang mereka inginkan. Ini tidak konsisten dengan kewajiban negara manapun di bawah Deklarasi HAM Universal PBB. Dan ini adalah sesuatu yang akan ditentang keras dan tegas oleh AS, sebagaimana yang saya lakukan sebelumnya dan kembali saya lakukan sekarang.”

4 dari 4 halaman

Kronologi Protes di Iran

Berikut kronologi kasus Mahsa Amini seperti dirangkum berbagai sumber: 

13 September 2022: Salah Pakai Hijab 

Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.

Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.  

16 September 2022: Nyawa Melayang

Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.

Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung. 

Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral. 

"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.

17 September 2022: Pemakaman 

Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu. 

Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.

18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban

Pada Minggu (18/9), Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini. 

"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.

19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban

Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung. 

"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.

Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong. 

Selengkapnya di sini...