Sukses

Pengakuan Orang Indonesia Saat Korea Utara Tembak Rudal ke Wilayah Jepang

Berikut ini isi pesan percakapan dengan orang Indonesia di Jepang saat rudal dari Korea Utara ditembakkan ke wilayah Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Korea Utara dilaporkan telah menembakkan rudal balistik ke Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun pada Selasa 4 Oktober 2022. Aksi ini memicu peringatan bagi penduduk untuk berlindung dan penangguhan sementara operasi kereta di Jepang utara.

Pemerintah Jepang memperingatkan warganya untuk berlindung ketika rudal itu tampaknya telah terbang melewati wilayahnya sebelum jatuh ke Samudra Pasifik.

"Korea Utara tampaknya telah meluncurkan rudal. Harap mengevakuasi diri ke gedung atau ruang bawah tanah," kata pemerintah Jepang dalam peringatan langka yang dikeluarkan pada Selasa pukul 07.29 waktu setempat (Senin 22.29 GMT ) seperti dikutip dari BBC, Selasa (4/10/2022).

Mengutip akun Twitter RyuDeka @RyuDeka, diketahui bahwa seorang teman yang tinggal di Jepang mengabarkan dalam keadaan darurat. Karena Korea Utara menembakkan misil ke arah wilayah tersebut.

"Dapet kabar dari teman yang tinggal di Jepang, kalo Jepang dalam keadaan darurat. Ada yang bisa konfirmasi?," tulisnya di akun @RyuDeka.

Selain itu, pria yang menurut profil di akun Twitter @RyuDeka berprofesi sebagai guru yoga itu menyertakan tangkapan layar percakapannya dengan orang Indonesia, teman yang berada di Jepang.

Berikut ini isi pesannya:

... 1 jam lalu (sekitar 7.30 waktu Jepang/ 5.30 WIB) ada pengumuman keadaan darurat dari pemerintah Jepang di TV," tulis 

Korea Utara diketahui menembakkan missile ke wilayah Jepang terutama Aomori dan Hokkaido. Warga negara di wilayah itu disuruh segera berlindung di bawah tanah atau di dalam rumah

Shinkansen dan kereta di dua wilayah itu operasinya segera dihentikan

Sekitar jam 8.10 (waktu Jepang), alert keadaan darurat dicabut kecuali Hokkaido dan Aomori

Misil diketahui telah jatuh di Pacific Ocean, tapi warga negara diminta tetap waspada

Teman dari pemilik akun @RyuDeka mengatakan tinggal di Gifu, jauh dari arah terbang rudal yang ditembakkan Korea Utara ke Aomori dan Hokkaido.

Menurut pihak berwenang, Jepang tidak menggunakan tindakan pertahanan apa pun untuk menghancurkan rudal itu, yang merupakan yang pertama terbang di atas atau melewati Jepang dari Korea Utara sejak 2017.

2 dari 4 halaman

Rudal Terbang ke Ketinggian Maksimum

Juru bicara pemerintah Jepang, Hirokazu Matsuno mengatakan pada konferensi pers bahwa tindakan peluncuran rudal Korea Utara ini mengancam.

"Serangkaian tindakan Korea Utara, termasuk peluncuran rudal balistiknya yang berulang, mengancam perdamaian dan keamanan Jepang, kawasan, dan komunitas internasional, dan menimbulkan tantangan serius bagi seluruh komunitas internasional, termasuk Jepang," kata Hirokazu Matsuno seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (4/10/2022). 

Dia mengatakan rudal itu terbang 4.600 km ke ketinggian maksimum 1.000 km.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan rudal itu tampaknya merupakan intermediate-range ballistic missile (IRBM)atau rudal balistik jarak menengah, yang diluncurkan dari Provinsi Jagang Korea Utara. Korea Utara telah menggunakan provinsi itu untuk meluncurkan beberapa tes baru-baru ini, termasuk beberapa rudal yang diklaim "hipersonik".

Tes tersebut mendorong East Japan Railway Co untuk menangguhkan operasi kereta di wilayah utara, lapor penyiar Jepang NHK.

Matsuno mengatakan tidak ada laporan kerusakan pesawat atau kapal dari rudal tersebut.

3 dari 4 halaman

PM Jepang Mengecam

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengecam keras tindakan tersebut, menggambarkan peluncuran itu sebagai "perilaku kekerasan". Pemerintah Jepang telah mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional.

Peluncuran itu tampaknya merupakan eskalasi yang disengaja yang dirancang untuk menarik perhatian Jepang dan AS, yang sebagian besar mengabaikan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Adalah sangat bertentangan dengan norma-norma internasional untuk menerbangkan rudal ke atau di atas negara lain tanpa peringatan atau konsultasi sebelumnya.

Sebagian besar negara menghindari melakukan sepenuhnya, karena dapat dengan mudah disalahartikan sebagai serangan, dan meskipun itu tidak sebesar uji coba nuklir - yang bisa jadi berikutnya - itu tetap sangat provokatif. 4 dari 4 halaman

4 dari 4 halaman

Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik Lagi, Empat Kali dalam Seminggu

Sebelumnya, Korea Utara pada Sabtu, 1 Oktober 2022 menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah perairan timurnya, ungkap para pejabat Korea Selatan dan Jepang, yang menjadikannya peluncuran senjata putaran keempat Korea Utara dalam minggu ini -- yang dipandang sebagai respons terhadap latihan militer di antara saingannya.

Militer Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya mendeteksi dua peluncuran rudal Korea Utara yang berjarak 18 menit pada Sabtu pagi (1/10/2022), yang berasal dari wilayah ibu kota Korea Utara.

Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa pihaknya juga melihat peluncuran tersebut.

"Penembakan rudal balistik berulang kali oleh Korea Utara adalah provokasi besar yang merusak perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea dan di komunitas internasional," ujar Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari ABC News.

Korea Selatan sangat mengecam peluncuran tersebut dan mendesak Korea Utara untuk berhenti menguji coba rudal balistik.

Toshiro Ino, wakil menteri pertahanan Jepang, menyebut peluncuran itu "benar-benar tidak dapat diterima."

Dia mengatakan bahwa empat putaran uji coba rudal oleh Korea Utara dalam seminggu "belum pernah terjadi sebelumnya."

Menurut perkiraan Korea Selatan dan Jepang, rudal Korea Utara meluncur sekitar 350-400 kilometer (220-250 mil) pada ketinggian maksimum 30-50 kilometer (20-30 mil), sebelum mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.

Ino, wakil menteri Jepang, mengatakan bahwa rudal-rudal itu memiliki lintasan yang "tidak teratur".

Lima rudal balistik lainnya yang ditembakkan oleh Korea Utara pada tiga kesempatan minggu ini juga memperlihatkan lintasan rendah yang serupa.

Beberapa ahli mengatakan bahwa senjata itu adalah rudal bermuatan nuklir dan sangat bermanuver, yang dimodelkan setelah rudal Iskander Rusia.

Rudal mirip Iskander itu mampu menyerang sasaran strategis di Korea Selatan, termasuk pangkalan militer AS di sana.