Liputan6.com, Moskow - Rusia telah menetapkan Marina Ovsyannikova, mantan jurnalis TV pemerintah yang memotong siaran berita untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina, ke dalam daftar buronan. Langkah itu dilakukan setelah dia dilaporkan melarikan diri sebagai tahanan rumah.
Marina Ovsyannikova, wanita kelahiran Ukraina yang kini berusia 44 tahun menjadi perhatian internasional sejak Maret lalu. Ia menerobos masuk ke dalam studio Channel One -- perusahaan tempatnya bekerja saat itu, untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina selama siaran berita langsung sambil memegang poster bertuliskan "No War".
Baca Juga
Dikutip dari The Guardian, Selasa (4/10/2022), pada saat itu dia didenda 30.000 rouble (£460) karena melanggar hukum protes.
Advertisement
Ovsyannikova terus memprotes perang antara Rusia dan Ukraina. Hal itu membuahkan dakwaan padanya yang dijatuhkan Agustus -- dengan tuduhan penyebaran informasi palsu tentang tentara Rusia, karena memegang poster bertuliskan Putin is a murderer, his soldiers are fascists (Putin adalah pembunuh, tentaranya adalah fasis) selama protes individunya di tanggul Sungai Moskva di seberang Kremlin.
Dia kemudian ditetapkan sebagai tahanan rumah sambil menunggu persidangan. Ia terancam hukuman hingga 10 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Pada Sabtu 1 Oktober 2022, mantan suami Ovsyannikova mengatakan bahwa Ovsyannikova melarikan diri dari tahanan rumah bersama dengan putrinya yang masih kecil.
"Tadi malam, mantan istri saya meninggalkan tempat yang ditetapkan pengadilan untuknya, dan menghilang bersama anak perempuan saya yang berusia 11 tahun ke tempat yang tidak diketahui," kata Igor Ovsyannikov, yang bekerja di salah satu outlet berita.
Pada Senin 3 Oktober, dia ditambahkan ke daftar buron online kementerian dalam negeri Rusia, disertai dengan sebuah foto.
Tindakan yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
Sejak invasi di Ukraina dimulai, Rusia telah melakukan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap para pengunjuk rasa, outlet berita independen, dan jaringan media sosial asing.
Pada awal Maret, presiden Vladimir Putin menandatangani undang-undang kejam yang memberlakukan hukuman penjara hingga 15 tahun bagi mereka yang sengaja menyebarkan berita "palsu" tentang militer, yang pada dasarnya mengkriminalisasi setiap kritik publik terhadap perang.
Ratusan jurnalis dan aktivis independen terkemuka Rusia telah melarikan diri dari negara itu, karena takut akan adanya penindasan dari pemerintah. Namun, perang di Ukraina juga mengakibatkan serangkaian pengunduran diri dari saluran televisi yang dikelola pemerintah Rusia juga dikontrol ketat.
September lalu, Zhanna Agalakova, mantan pembaca berita Channel One mengumumkan bahwa dia mengembalikan dua medali negara yang diterimanya dari Putin atas pekerjaannya di saluran televisi tersebut. Hal itu dilakukan saat pengunduran dirinya pada Maret.
"Bapak Presiden, kepemimpinan Anda membawa negara ini ke jurang yang dalam," kata Agalakova dalam catatan tangannya yang diposting di halaman Facebook-nya.
Advertisement
Awal Mula Penahanan Ovsyannikova
Awal mula Marina Ovsyannikova ditahan ialah beberapa hari setelah melakukan protes di dekat Kremlin sambil memegang plakat yang mengkritik perang antara Putin dan Ukraina.
Polisi Rusia menahan dan kemudian membebaskan jurnalis Marina Ovsyannikova, yang pada bulan Maret lalu juga sempat menyela siaran langsung televisi untuk mengecam aksi militer di Ukraina.
Penahanannya terjadi beberapa hari setelah Ovsyannikova yang berusia 44 tahun berdemonstrasi sendirian di dekat Kremlin, sambil memegang plakat yang mengkritik intervensi Rusia di Ukraina dan presiden Vladimir Putin.
"Marina telah ditahan," demikian bunyi dalam pesan yang diposting di akun Telegram jurnalis, seperti dikutip dari Guardian, Selasa (19/7/2022).
"Tidak ada informasi di mana dia berada."
Pesan itu termasuk tiga foto dirinya dibawa oleh dua petugas polisi ke sebuah van putih, setelah tampaknya dihentikan saat bersepeda.
Tak lama setelah itu, Ovsyannikova memposting gambar dirinya dan dua anjing di halaman Facebook-nya.
"Pergi jalan-jalan dengan anjing, baru saja keluar dari gerbang, orang-orang berseragam mendekati saya," tulisnya. "Sekarang saya berada di kementerian urusan dalam negeri Krasnoselsky," mengacu pada sebuah kantor polisi di distrik Moskow.
Tiga jam kemudian, Ovsyannikova mengatakan dia telah dibebaskan.
"Saya pulang. Semuanya baik-baik saja," tulisnya di halaman Facebook-nya.
"Tapi sekarang saya tahu yang terbaik adalah membawa koper dan paspor jika Anda ingin keluar."
Terkenal Dalam Semalam
Pengacaranya, Dmitri Zakhvatov, mengkonfirmasi penangkapannya kepada kantor berita Ria-Novosti, dengan mengatakan: "Saya berasumsi bahwa itu terkait satu atau dua aksi dan tindakan protesnya."
Pada Maret 2022, Ovsyannikova, seorang editor di televisi Channel One, menerobos masuk ke set program berita malam Vremya, sambil memegang poster bertuliskan “No war” dalam bahasa Inggris.
Ovsyannikova memposting foto dirinya di Telegram yang menunjukkan dia berada di area dekat Kremlin dan membawa plakat protes yang mengangkat kematian anak-anak dan mencela Putin sebagai "pembunuh".
Deklarasi semacam ini mengeksposnya ke tuntutan pidana karena menerbitkan "informasi palsu" tentang dan "merendahkan" tentara - pelanggaran yang dapat membawa hukuman penjara yang berat.
Ovsyannikova menjadi terkenal secara internasional dalam semalam di bulan Maret ketika dia menggelar protes TV langsungnya. Foto-fotonya yang mengganggu siaran tersebar ke seluruh dunia.
Dia ditahan sebentar dan kemudian dibebaskan dengan denda, tetapi sementara sejumlah pengamat internasional memuji protesnya, itu tidak diakui secara universal oleh oposisi Rusia.
Advertisement