Sukses

Misil Korea Utara Melintasi Langit Jepang, WNI Dipastikan Aman

Kemlu RI bahas keamanan WNI (warga negara Indonesia) di Jepang usai misil Korea Utara melintas.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan bahwa kondisi para WNI baik-baik saja setelah misil Korea Utara terbang di langit Jepang pada Selasa pagi 4 Oktober 2022. Insiden itu sempat membuat cemas warga Hokkaido. 

Juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah memastikan kondisi WNI dalam keadaan baik. 

"Masyarakat kita dalam kondisi baik," ujar Teuku Faizasyah kepada Liputan6.com, Rabu (5/10/2022).

"Tembakan peluru kendali tersebut melewati wilayah Jepang dan jatuh di laut internasional," lanjut Faiza. 

Pihak Kemlu RI berharap WNI di Jepang juga mengikuti arahan otoritas setempat.

"Masyarakat Indonesia lazimnya akan mengikuti peringatan dan advis dari pemerintah setempat pada saat ada bencana atau perkembangan tertentu," jelas Faiza.

Tak Ada Korban dan Kerusakan

Berdasarkan laporan Kyodo, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada berkata misil itu terbang sejauh 4.600 kilometer. Itu merupakan jarak terpanjang untuk misi jarak menengah yang ditembak Korea Utara. Misil itu mencapai altitude 1.000 kilometer.

Lebih lanjut, Yamada berkata misil itu terbang melewati Jepang sekitar satu menit dan mendarat di luar Zona Ekonomi Eksklusif Jepang, sekitar 3.200 kilometer di Samudera Pasifik. Tak ada laporan kerusakan baik di darat, laut, dan udara.

Meski tak ada kerusakan, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida tetap memberikan protes keras terhadap Korea Utara atas tembakan misil tersebut.

Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno berkata aksi Korut merupakan ancaman bagi kawasan dan komunitas internasional. Matsuno menyebut misil itu ditembak pada pukul 07.22 pagi dan mendarat di luar Jepang pada sekitar pukul 07.44 pagi.

Aktivitas di bandara-bandara di Hokkaido sempat terdampak akibat aksi Korea Utara. Operasi kereta Shinkansen di Pulau Tohoku dan Hokkaido juga dihentikan sementara, meski hanya sebentar.

2 dari 4 halaman

AS Minta DK PBB Bahas Rudal Korea Utara, China dan Rusia Menentang

Amerika Serikat meminta Dewan Keamanan PBB untuk bertemu pada Rabu (5 Oktober 2022), setelah Pyongyang menembakkan rudal balistik ke Jepang. Tetapi para diplomat mengatakan China dan Rusia menentang diskusi publik oleh badan tersebut.

Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik pada Selasa kemarin, melintasi Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun dan mendorong peringatan bagi penduduk di sana untuk berlindung. 

"Kita harus membatasi kemampuan Korea Utara untuk memajukan program rudal balistik dan senjata pemusnah massal yang melanggar hukum," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, memposting di Twitter, setelah menyerukan pertemuan Dewan Keamanan publik seperti dikutip dari Channel News Asia.

Inggris, Prancis, Albania, Norwegia, dan Irlandia bergabung dengan Amerika Serikat dalam mengajukan permintaan tersebut.

Namun, China dan Rusia menentang pertemuan publik itu dengan alasan bahwa reaksi dewan harus kondusif untuk meredakan situasi di Semenanjung Korea, kata para diplomat.

Sejauh ini belum jelas diketahui apakah dewan akan bertemu secara terbuka atau tertutup. Tidak mungkin ada tindakan dewan yang tak berarti, kata para diplomat.

 

 

3 dari 4 halaman

Hak Veto

Korea Utara selama bertahun-tahun dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik oleh Dewan Keamanan, yang telah memperkuat sanksi terhadap Pyongyang selama bertahun-tahun untuk mencoba dan memotong dana pada program-program itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, hak veto China dan Rusia telah menyarankan sanksi PBB terhadap Korea Utara dilonggarkan untuk tujuan kemanusiaan dan untuk menarik Pyongyang kembali ke pembicaraan internasional yang sempat macet.

Tujuan perbincangan dilakukan untuk membujuk pemimpin Kim Jong-un melakukan denuklirisasi.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk peluncuran rudal Korea Utara ke Jepang sebagai "tindakan sembrono" dan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

"Ini juga menjadi perhatian serius bahwa DPRK sekali lagi mengabaikan pertimbangan untuk penerbangan internasional atau keselamatan maritim," kata Dujarric, seraya menambahkan bahwa Guterres mendesak Pyongyang untuk melanjutkan pembicaraan dengan pihak-pihak penting.

4 dari 4 halaman

MIsil Jatuh ke Laut Pasifik

Korea Utara menembakkan rudal balistik ke atas Jepang pada Selasa (4 Oktober), memicu peringatan bagi penduduk untuk berlindung dan penangguhan sementara operasi kereta api di Jepang utara.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dan penjaga pantai Jepang melaporkan uji coba rudal tersebut, yang diluncurkan di lepas pantai timur Korea Utara.

Pemerintah Jepang memperingatkan warganya untuk berlindung ketika rudal itu tampaknya telah terbang melewati wilayahnya sebelum jatuh ke laut Pasifik. Tetapi, Jepang dikatakan tidak menggunakan tindakan pertahanan apa pun untuk menghancurkan rudal itu.

TV Asahi, mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, mengatakan Korea Utara mungkin telah menembakkan rudal balistik antarbenua dan jatuh ke laut sekitar 3.000 km dari Jepang.

Peluncuran terbaru tersebut adalah yang kelima Pyongyang dalam 10 hari, di tengah pelenturan otot militer oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan, yang melakukan latihan trilateral anti-kapal selam pekan lalu dengan pasukan angkatan laut Jepang.

Korea Selatan menggelar pertunjukan persenjataan canggihnya sendiri pada hari Sabtu untuk menandai Hari Angkatan Bersenjatanya, termasuk beberapa peluncur roket, rudal balistik, tank tempur utama, drone, dan pesawat tempur F-35.