Sukses

Adakan Bazar Amal, Dubes RI di Kolombo Kenalkan Angklung Sambil Galang Dana

Dubes RI di Kolombo Dewi Gustina Tobing mengajak Wamenlu Sri Lanka untuk bermain angklung dalam acara bazar amal.

Liputan6.com, Kolombo - Duta Besar RI Kolombo, Dewi Gustina Tobing, mengajak Wakil Menlu Sri Lanka, para Kepala Perwakilan negara sahabat, para pengusaha dan pengunjung lainnya untuk mainkan angklung pada kegiatan bazar amal yang diselenggarakan KBRI Kolombo bekerja sama dengan Sri Lanka Indonesia Friendship Association (SLIFA) pada (01/10/2022).

Kegiatan bazar, yang digelar di halaman KBRI dan bertajuk “Cultural and Charity Bazaar,” juga dimaksudkan dalam rangka memperingati 70 Tahun hubungan diplomatik Indonesia-Sri Lanka dan HUT ke-30 SLIFA. ​

“Tujuan utama penyelenggaraan bazaar amal adalah untuk membantu warga Sri Lanka yang membutuhkan akibat terkena krisis ekonomi” ungkap Dubes Dewi dalam sambutannya. Selanjutnyanya Dubes Dewi mengatakan bahwa hasil keuntungan Panitia dari penyelenggaraan Bazar  akan disumbangkan kepada masyarakat rentan di Sri Lanka. “Selain itu kegiatan bazaar juga dimaksudkan untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Sri Lanka dan ulang tahun ke-30 SLIFA” jelas Dubes Dewi. 

Sementara itu, Wakil Menlu Sri Lanka, Aruni Wijewardane, sangat mengapresiasi kegiatan bazaar amal yang diselenggarakan KBRI Kolombo guna membantu masyarakat Sri Lanka yang membutuhkan.

Dalam sambutannya, Aruni juga menyampaikan hubungan baik Indonesia-Sri Lanka dan pernah bersama menjadi pelopor lahirnya Gerakan Non-Blok.  

2 dari 4 halaman

Indonesia Telah Beri Bantuan Kemanusiaan

Pada April dan Mei 2022, Indonesia tercatat telah memberikan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan peralatan kesehatan senilai US$ 1,6 juta kepada rakyat Sri Lanka yang sedang menghadapi krisis ekonomis.

KBRI Kolombo, pada HUT RI ke-77 juga telah memberikan donasi kepada kelompok masyarakat rentan Sri Lanka senilai 2 juta rupees atau sekitar 84 juta rupiah.

Donasi, yang terkumpul dari sumbangan masyarakat Indonesia di Sri Lanka, Maladewa dan Australia Barat, diberikan setelah pelaksanaan Upacara HUT RI ke-77. 

Pada kegiatan bazaar amal ini, KBRI Kolombo dan SLIFA kembali menggalang dana untuk disumbangkan kepada masyarakat Sri Lanka yang membutuhkan. Hingga siang hari, dana amal yang terkumpul mencapai 1,3 juta rupees atau sekitar 54 juta rupiah.

Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah hingga selesainya acara bazar. Beragam jenis barang dagangan ditawarkan pada 52 lapak yang tersedia, termasuk makanan-minuman, perhiasan, pakaian, buku-buku, batik, barang-barang kebutuhan rumah tangga, kerajinan tangan, kosmetik, dan lainnya. 

 

3 dari 4 halaman

Penampilan Budaya

Selain penampilan angklung, bazaar amal juga diisi dengan pentas seni budaya berupa tampilan tari dan musik tradisional dari Indonesia dan Sri Lanka, seperti tari rantak, tari zapin, tari pendet, tari kuala deli, tari serampang dua, Mohini dance, tayangan musik sasando, dan lainnya, termasuk olah vocal artis lokal Sri Lanka dan ditutup dengan aksi poco-poco serta maumere.

Kegiatan bazaar amal dan tampilan budaya, yang berlangsung sejak pukul 10.00 waktu Sri Lanka dan dihadiri pejabat pemerintah, perwakilan diplomatik, pengusaha, pemuka agama dan undangan lainnya, berlangsung lancar dan meriah.

4 dari 4 halaman

Krisis Ekonomi Sri Lanka

Tingkat inflasi tahunan Sri Lanka melonjak menjadi lebih dari 70 persen pada Agustus 2022. 

Seperti diketahui, Sri Lanka tengah berjuang dengan krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari tujuh dekade, menyulitkannya untuk membeli bahan-bahan yang harus diimpor seperti bahan bakar, pupuk dan obat-obatan.

Data resmi menunjukkan bahwa harga pangan di Sri Lanka naik 84,6 persen dibandingkan tahun lalu.

Bulan lalu, Bank Sentral Sri Lanka mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi akan mereda, karena ekonomi negara itu melambat, setelah mencapai puncaknya sekitar 70 persen.

Angka resmi yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa ekonomi Sri Lanka kontraksi sebesar 8,4 persen dalam tiga bulan hingga akhir Agustus 2p022.

Sebelum pandemi Covid-19, ekonomi Sri Lanka sangat bergantung pada pariwisata untuk mata uang asing, termasuk dolar AS.

Selengkapnya di sini..