Sukses

Polisi India Tembak Mati Harimau yang Mangsa 9 Orang

Sekitar 200 polisi India memburu harimau ini.

Liputan6.com, Bihar - Polisi India menembak mati seekor harimau yang telah berulang kali menyerang manusia. Hewan itu telah membunuh setidaknya sembilan orang di negara bagian Bihar, India.

Dilaporkan BBC, Senin (10/10/2022), harimau jantan yang dinamakan T-104 itu memangsa manusia di daerah Champara. Alhasil, ia dijuluki "pemakan manusia dari Champaran".

Polisi mengerahkan sekitar 200 personel dan pejabat distrik untuk mencari harimau itu. Ada juga polisi yang patroli naik gajah.

Operasi yang dipimpin polii Bihar itu mengepung ladang tebu dengan desa Sitaltola Baluwa untuk membunuh harimau berusia tiga tahun tersebut.

Pejabat alam liar setempat berkata kepada media Times of India bahwa harimau itu telah diidentifikasi sebagai membahayakan nyawa manusia.

Direktur Perlindungan Harimau Valmiki, Nesamani K, berkata pemburuan mencari T-104 dimulai pada Sabtu (8/10) setelah muncul kabar seorang ibu dan anak perempuannya menjadi korban serangan harimau.

Upaya untuk membius hewan itu juga gagal. Harimau itu disebut tak takut pada manusia. Harimau kemudian ditembak pada pukul 15:15 Sabtu waktu setempat.

Harimau itu meneror masyarakat sekitar wilayah Perlindungan Harimau Valmiki. 70 persen harimau liar di dunia memang berada di India. Meski demikian, area perlindungan tidak bertambah sebagaimana populasi harimau bertambah. Akibatnya, ada harimau yang justru memangsa manusia.

Berdasarkan data pemerintah India pada tahun 2019, ada antara 40 dan 50 orang yang dibunuh harimau pada setiap tahunnya.

2 dari 4 halaman

Jejak Harimau Sumatera di Kebun Sawit Riau Bikin Resah

Beralih ke harimau lokal, petani di Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, heboh dengan temuan jejak diduga milik harimau sumatra. Jejak harimau sangat banyak dan mengarah ke perkebunan sawit.

Seorang warga mengabadikan temuan jejak harimau itu dan sudah tersebar luas. Dari video itu, ada jejak yang timbul dan ada juga yang terbenam.

Jejak timbul di permukaan tanah diduga terjadi karena harimau melintas saat hujan turun. Terik matahari membuat tanah di sekitarnya turun sementara jejak tetap di permukaan.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau telah turun ke lokasi. Hasilnya, petugas menyatakan jejak di lokasi positif milik harimau sumatra.

Sebagai tindak lanjut, petugas memasang kamera jebak atau pengintai di lokasi. Tujuannya untuk mengidentifikasi harimau karena diduga masih berada di lokasi.

"Kemungkinan masih berada di lokasi, dilihat dari ukurannya jejaknya itu harimau sudah dewasa," terang Plh Kepala BBKSDA Riau Hartono, Kamis (22/9).

Hartono menjelaskan, di lokasi itu sudah dua kali ditemukan jejak harimau. Dari ukuran jejaknya, petugas memastikan itu masih milik individu yang sama.

"Jejak itu di perkebunan tapi cukup dekat dengan pemukiman masyarakat," kata Hartono.

Selain jejak, petugas juga menemukan bangkai monyet di lokasi. Kondisi bangkai itu tercabik dan diduga menjadi mangsa harimau sumatra.

Atas kejadian ini, BBKSDA Riau menghimbau masyarakat tetap berhati-hati dan waspada saat melakukan aktivitas harian, khususnya di perkebunan.

"Bila masyarakat menemukan jejak lain dari satwa tersebut, harap segera laporkan agar kami segera berupaya untuk memberikan rasa aman masyarakat," ujar Hartono.

 

3 dari 4 halaman

Harimau Pemangsa Manusia

Masih di daerah Pelalawan, BBKSDA Riau masih melakukan mitigasi konflik harimau dengan manusia di Desa Serapung, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan. Sebanyak 10 kamera intai dipasang petugas untuk mengidentifikasi si Datuk Belang.

Dalam beberapa pekan terakhir, ada dua pekerja perusahaan hutan tanaman industri diterkam harimau sumatra. Satu pekerja tewas dan satunya selamat setelah ditolong pekerja lainnya. 

Harimau muncul di sekitar barak pekerja pemanen kayu hutan industri. Antara lokasi pertama dan kedua tidak terlalu jauh atau masih dalam konsesi perusahaan yang sama.

Kepala Bidang I BBKSDA Riau Andri Hansen Siregar menyebut kamera jebak atau intai di lokasi pertama sudah merekam kemunculan harimau. Sementara di lokasi serangan kedua belum ada tanda-tanda kemunculan si Raja Hutan.

"Kalau dari rekaman itu, harimau sudah dewasa, harimau betina, satu ekor," kata Hansen, Rabu siang, 7 September 2022.

Berdasarkan analisa petugas, harimau itu belum pernah melahirkan. Artinya harimau menerkam atau mencari mangsa untuk diri sendiri, bukan untuk anak.

Dilihat dari fisiknya, harimau itu berukuran sedang. Petugas menduga ukuran itu karena dipengaruhi faktor makanan di lokasi.

"Kemungkinan kekurangan pakan," ucap Hansen.

4 dari 4 halaman

Pemangsa yang Sama

Analisis sementara, korban pertama dan kedua masih diterkam harimau yang sama. Pasalnya, dari kamera yang terpasang hanya tertangkap penampakan satu harimau.

"Dari kejadian kedua, kamera belum merekam penampakan, kalau nanti terekam baru dianalisa apakah individunya sama tapi kemungkinan masih satu individu," terang Hansen.

Beberapa hari sebelum kejadian pertama, operator alat berat pernah melihat harimau muncul. Hal ini dilaporkan ke perusahaan agar memperingatkan pekerja berhati-hati selama beraktivitas.

"Cuma itu tidak menjadi perhatian oleh pihak perusahaan," tegas Hansen.

Sebagai informasi, korban pertama adalah Sehat Sopiana Br Manik. Korban diterkam pada Jumat malam, 19 Agustus 2022, saat duduk di pinggir kanal usai menemani suaminya mandi.

Korban tewas setelah diseret harimau tak jauh dari barak pekerja. Jasadnya ditemukan beberapa hari kemudian dengan kondisi tidak utuh.

Korban kedua adalah Nihar pada 3 September 2022. Korban diterkam saat keluar dari kamar mandi dan bertemu harimau sehingga keduanya sama-sama kaget.

Harimau kaget itu langsung menerkam korban. Beruntung teriakan minta tolong korban didengar pekerja lainnya dan langsung ditolong.

Korban sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit umum daerah setempat.