Liputan6.com, Moskow - Rusia telah dikutuk secara luas setelah membombardir kota-kota di seluruh Ukraina, termasuk meluncurkan serangan rudal di pusat Kiev untuk pertama kalinya.
Dilansir BBC, Selasa (11/10/2022), AS mengatakan serangan "brutal" telah menghantam sasaran non-militer, termasuk universitas dan taman bermain anak-anak. Usai ledakan terjadi, AS pun menjanjikan bantuan militer berkelanjutan.
Baca Juga
Terkait ledakan tersebut, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan dia "sangat terkejut".
Advertisement
Vladimir Putin mengatakan serangan itu merupakan pembalasan atas ledakan Sabtu di jembatan utama yang menghubungkan Rusia ke Krimea.
Ukraina mengatakan 83 rudal diluncurkan dan lebih dari 43 ditembak jatuh.
Dalam sebuah video, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa "Ukraina tidak bisa diintimidasi. Hanya bisa lebih bersatu."
Rentetan ledakan mematikan termasuk serangan di kota-kota Lviv, Kharkiv, Dnipro dan Zaporizhzhia, dan merupakan beberapa yang terburuk yang pernah terjadi di Ukraina selama berbulan-bulan.
Akibatnya, sedikitnya 14 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Selain itu, beberapa daerah terpaksa hidup tanpa listrik dan air setelah rudal menghantam infrastruktur energi.
Penduduk di ibu kota Kiev mengatakan Rusia tampaknya menargetkan wilayah sipil yang sibuk dengan penumpang Senin pagi, termasuk taman bermain anak-anak, universitas dan taman Taras Shevchenko yang populer.
Respons Dunia
Antonio Guterres menggambarkan serangan itu sebagai "eskalasi perang yang tidak dapat diterima" di mana warga sipil harus membayar harga tertinggi.
Sementara itu, Uni Eropa mengatakan kejahatan perang telah dilakukan, sementara presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Rusia mendukung teror dan kebrutalan.
Presiden AS Joe Biden adalah salah satu dari banyak pemimpin asing yang berbicara dengan Presiden Zelensky, dan dia "berjanji untuk terus memberikan dukungan yang dibutuhkan Ukraina untuk mempertahankan diri, termasuk sistem pertahanan udara canggih", kata Gedung Putih.
Biden mengatakan serangan itu menunjukkan sebuah "kebrutalan total" dari "perang ilegal" Putin.
Sementara China dan India, yang tidak mengutuk perang, menyerukan de-eskalasi.
Advertisement
Banyak Korban Akibat Rudal Rusia
Berbicara di Majelis Umum PBB di New York, Sergiy Kyslytsya, Duta Besar Ukraina untuk PBB, mengatakan keluarganya berada di daerah perumahan di Ukraina ketika diserang oleh rudal Rusia terbaru dan mereka tidak dapat pergi ke tempat perlindungan bom.
Dia mengatakan Rusia telah membunuh beberapa kerabatnya. Bahkan, ia menyebutnya sebagai "negara teroris" yang harus dicegah dengan cara sekuat mungkin untuk mencegah kekejaman lebih lanjut.
Dia menambahkan bahwa delegasi Rusia ke PBB meninggalkan "jejak darah" setiap kali memasuki aula Majelis Umum.
Serangan Rudal Rusia
Majelis Umum mengadakan pertemuan darurat menyusul serangan terbaru Rusia.
Meskipun sesi itu diadakan karena pencaplokan Kremlin atas empat wilayah Ukraina yang sebagian diduduki menyusul referendum palsu, sesi itu telah dibayangi oleh serangan oleh Rusia.
Rudal Rusia mulai mengenai sasaran di seluruh Ukraina sekitar jam sibuk pagi hari pada hari Senin, dalam pemboman perang yang paling luas.
Ihor Zhovka, wakil kepala kantor Presiden Zelensky, mengatakan bahwa rudal tersebut dirancang untuk menabur kepanikan.
Serangan itu lebih intens daripada yang pernah terlihat sebelumnya, katanya kepada BBC, dan dalam beberapa hal menyerupai hari-hari awal perang. Dia menambahkan bahwa ini tidak mengejutkan, dan merupakan pertanda dari hal-hal yang akan datang selama musim dingin yang "sangat sulit" di depan.
Advertisement