Sukses

Usai Hujan Rudal Rusia, Joe Biden Akan Tambah Sistem Pertahanan Udara ke Ukraina

Joe Biden janji tambah bantuan pertahanan ke Ukraina untuk lawan serangan rudal Rusia.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengecam serangan rudal Rusia di berbagai kota Ukraina pada Senin 10 Oktober 2022. Ia juga siap mengirim tambahan bantuan pertahanan kepada Ukraina. 

Berdasarkan keterangan resmi Gedung Putih, Presiden Biden turut menyampaikan belasungkawa terhadap korban yang tewas dan terluka.

"Presiden Biden berikrar untuk terus menyediakan Ukraina dengan dukungan yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri, termasuk sistem pertahanan udara yang maju," tulis keterangan resmi Gedung Putih, dikutip Selasa (11/10/2022).

Presiden Joe Biden meminta agar sekutu-sekutunya terus menuntut pertanggungjawaban pada Rusia supaya Rusia bisa akuntabel terhadap kejahatan-kejahatan perangnya. Presiden Biden juga meminta agar sekutu terus menyediakan bantuan keamanan, ekonomi dan kemanusiaan.

Lebih lanjut, Gedung Putih berkata akan terus mendukung Ukraina selama mungkin. 

"Kami menyerukan lagi kepada Rusia untuk mengakhiri agresi tak terprovokasi ini secepatnya dan menarik pasukan-pasukannya dari Ukraina," ujar Gedung Putih.

Pemimpin Eropa Sebut Putin Barbar

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan panggilan darurat dengan timpalannya dari Ukraina Volodymyr Zelensky.

Macron menegaskan kembali dukungannya untuk Ukraina dan menyatakan "keprihatinan" atas laporan korban sipil, kata Istana Elysee dalam sebuah pernyataan.

Kanselir Jerman Olaf Scholz telah berbicara dengan Zelensky, meyakinkannya dukungan dari Berlin dan dari negara-negara G7 lainnya, kata juru bicara pemerintah Jerman, dikutip dari laman BBC, Senin (10/10).

Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau menyebut serangan rudal itu sebagai "tindakan barbarisme dan kejahatan perang", menambahkan: "Rusia tidak bisa memenangkan perang ini. Kami mendukung Anda Ukraina!"

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly menyatakan bahwa serangan Rusia terhadap para pemimpin sipil "tidak dapat diterima".

Menteri luar negeri Moldova, yang berbatasan dengan Ukraina barat dan memiliki wilayah sendiri yang dicaplok oleh Rusia (Transnistria), mengatakan beberapa rudal jelajah Rusia menargetkan Ukraina telah melintasi wilayah udaranya.

Moldova memanggil utusan Rusia ke negara itu untuk menuntut penjelasan atas pelanggaran tersebut.

 
2 dari 4 halaman

Kota-kota di Ukraina Dihujani Serangan Rudal dari Rusia

Sebelumnya dilaporkan, kota-kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kiev, telah dihujani oleh serangan rudal, tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin murka lantaran jembatan Krimea mendapat serangan.

Hal ini disampaikan oleh presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang juga menghubungkan isu Krimea ke Rusia. 

"Ukraina berada di bawah serangan rudal. Ada informasi tentang serangan di banyak kota di negara kita," kata Kyrylo Tymoshenko, wakil kepala kantor presiden, di media sosial. Ia juga menyerukan penduduk untuk "tinggal di tempat penampungan".

Di Kiev, wartawan AFP mendengar beberapa ledakan keras mulai sekitar pukul 08.15 waktu setempat.

Serangan terakhir Rusia di Kiev terjadi pada 26 Juni.

Seorang wartawan AFP di kota itu mengatakan salah satu proyektil mendarat di dekat taman bermain anak-anak, dan asap mengepul dari kawah besar di lokasi tumbukan.

Beberapa pohon dan bangku di dekatnya hangus akibat ledakan, sementara beberapa ambulans telah tiba di daerah itu.

"Ibukota berada di bawah serangan teroris Rusia!" Walikota Kiev Vitali Klitschko mengatakan di media sosial, menambahkan bahwa serangan itu telah menghantam pusat kota.

3 dari 4 halaman

Jembatan Krimea

Video yang diposting di media sosial menunjukkan asap hitam membubung di atas beberapa area di kota.

"Sirine serangan udara tidak mereda di sekitar Ukraina ... Sayangnya ada yang tewas dan terluka. Tolong jangan tinggalkan tempat penampungan," kata Presiden Volodymyr Zelenskyy di media sosial. Ia juga menuduh Rusia ingin "mengusir kami dari muka bumi" .

"Jaga dirimu dan orang yang kamu cintai. Mari sama-sama kita bertahan dan menjadi kuat."

Serangan itu terjadi sehari setelah Moskow menyalahkan Ukraina atas ledakan di jembatan yang menghubungkan Krimea ke Rusia, yang menewaskan tiga orang.

"Penulis, pelaku dan sponsor adalah dinas rahasia Ukraina," kata Presiden Rusia Vladimir Putin tentang pemboman jembatan Krimea pada hari Sabtu, yang dia gambarkan sebagai "tindakan teroris".

Putin berbicara selama pertemuan dengan kepala komite investigasi yang telah dia bentuk untuk menyelidiki pemboman itu.   

 

4 dari 4 halaman

Zelensky Minta Rakyat Tetap di Bomb Shelter

Pada Senin pagi 10 Oktober 2022, kota-kota di Ukraina sedang dihujani serangan oleh Rusia. Ibu kota Kiev termasuk yang menjadi sasaran dan sejumlah warga tewas. Serangan ini terjadi setelah Ukraina berhasil menghancurkan jembatan Krimea.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata Rusia berusaha menumpas negaranya. Ia lantas meminta agar masyarakat tetap tabah dan berada di bomb shelter. Lokasi bomb shelter tersebar di berbagai titik di Ukraina. 

"Hari ke-229 dari perang skala penuh. Pada hari ke-229, mereka mencoba menghancurkan kita dan memberantas kita dari muka bumi. Secara keseluruhan. Menghancurkan orang-orang yang tidur di rumahnya di Zaporizhzhia. Membunuh orang-orang yang berangkat kerja di Dnipro dan Kiev," ujar Presiden Volodymyr Zelensky via Telegram, Senin (10/10/2022).

"Sayangnya, ada yang meninggal dan terluka. Tolong jangan meninggalkan shelter. Jaga dirimu dan orang-orang tercintamu. Mari bertahan dan tetap kuat," ujar Presiden Zelensky. Ia pun memposting video serangan di Telegramnya.

Melalui Twitter, akun pemerintah Ukraina menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai sosok pengecut karena membalas serangan Ukraina terhadap warga sipil.

"Dikalahkan oleh Angkatan Bersenjata di medan tempur, Putin yang pengecut merespons dengan teror melawan rakyat sipil yang damai dan kota-kota Ukrainia. Kita tidak akan menyerah," ujar akun Twitter @Ukraine.Â