Sukses

Rusia Tak Yakin KTT G20 Bisa Hasilkan Kesepakatan Damai dengan Ukraina

Duta Besar Rusia untuk Indonesia menyebut bahwa pihaknya tak yakin KTT G20 bisa menghasilkan kesepakatan damai.

Liputan6.com, Moskow - Invasi antara Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut hingga saat ini. Bahkan, kondisinya kian memanas sejak jembatan penghubung Krimea diledakkan, dan situasi geopolitiknya kian memburuk.

Kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina masih belum dapat dipecahkan, bahkan di waktu-waktu ini menjelang KTT G20 yang akan digelar di Bali, Indonesia pada November mendatang. 

Walaupun seluruh delegasi negara G20 mengharapkan bahwa KTT tersebut dapat membawa solusi damai bagi masalah ini, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan pihaknya tak yakin KTT G20 bisa menghasilkan solusi damai bagi kedua negara. 

"Saya tidak yakin bahwa KTT G20 ini bisa menghasilkan sesuatu untuk masalah ini, tapi kami yakin Indonesia telah mencoba usaha terbaiknya," ujarnya dalam press briefing yang diikuti Liputan6.com, Rabu (12/10/2022). 

Lebih lanjut terkait KTT G20, ia mengatakan bahwa mendukung presidensi Indonesia dan meyakini bahwa Indonesia telah melakukan upaya terbaiknya dalam penyelenggaraan ini. 

"Indonesia telah memiliki pengalaman dalam mengadakan acara semacam ini, Jadi, kami tidak meragukan kerja rekan kami dari Indonesia untuk melakukannya," ungkapnya kemudian. 

Namun, kehadiran Presiden Putin di KTT G20 pada November mendatang masih belum dapat dipastikan. 

2 dari 4 halaman

Kondisi Terkini

Mengenai kondisi politik di kedua negara sendiri, tensi antara keduanya diyakini semakin panas dan belum menemukan titik terang. 

Vladimir Putin mengatakan, serangan rudal mematikan pada Senin 10 Oktober 2022 yang menargetkan kota-kota di Ukraina sebagai pembalasan atas "aksi teroris" terhadap wilayah Rusia.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, presiden Rusia mengatakan Moskow telah meluncurkan serangan rudal jarak jauh terhadap infrastruktur energi, militer dan komunikasi Ukraina pada Senin kemarin.

Kota-kota termasuk ibukota Kiev, Lviv, Ternopil, Dnipro, Zhytomyr, dan Zaporizhzhia menjadi sasaran, dengan total 14 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

Putin mengatakan, serangan itu sebagai pembalasan atas kehancuran Jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan semenanjung Krimea.

Putin mengklaim Ukraina juga "mencoba meledakkan" pipa gas alam TurkStream.

3 dari 4 halaman

Putin Tak Terima Serangan ke Rusia

Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan Rusia, Putin menambahkan: "Jika serangan berlanjut terhadap Rusia, tanggapannya akan jauh lebih keras."

"Tanggapan kami memiliki skala yang sama dengan ancaman terhadap Rusia."

"Jika ada upaya lebih lanjut untuk melakukan aksi teroris di wilayah kami, tanggapan Rusia akan keras."

4 dari 4 halaman

Korban Ledakan

Polisi Nasional Ukraina mengatakan, setidaknya 14 orang tewas dalam serangan itu dan 97 lainnya terluka di seluruh negeri.

Emine Dzhaparova, wakil menteri luar negeri Ukraina, mengatakan kepada Sky News bahwa serangan rudal berlanjut pada Senin sore, bukan di Kiev, tetapi di kota-kota Ukraina lainnya.

Dia menambahkan bahwa sekitar 45 dari 83 rudal dicegat oleh pasukan Ukraina, termasuk sembilan drone kamikaze.