Sukses

13 Oktober 1988: Inggris Gagal Jegal Publikasi Buku Kontroversial Spycatcher Karya Eks Agen Rahasia M15

Tepat hari ini pada 34 tahun silam Pemerintah Inggris kalah telak dalam "pertempurannya" melawan publikasi Spycatcher, buku kontroversial karya mantan agen rahasia.

Liputan6.com, London - Pemerintah Inggris kalah dalam pertempuran panjang untuk menghentikan publikasi buku kontroversial Spycatcher karya mantan agen rahasia negara pada 13 Oktober 1988.

Dikutip dari laman BBC, Law Lords -- yang bertugas sebagai hakim di pengadilan Inggris sebelum 2009 -- memutuskan, media dapat menyebarluaskan kutipan-kutipan dari memoar mantan agen M15 Peter Wright. Diputuskan demikian karena kerusakan terhadap keamanan nasional telah dilakukan oleh penerbitnya di luar negeri. 

Akan tetapi, Law Lords setuju bahwa Spycatcher adalah pelanggaran serius terhadap kerahasiaan, yang menjadi akar masalah atas kasus ini selama tiga tahun.

Meski kalah, Home Secretary -- sebutan untuk menteri dalam negeri Inggris-- Douglas Hurd menyatakan bahwa persetujuan itu "membenarkan" upaya pemerintah untuk mempertahankan "tugas rahasia sepanjang hayat" ini.

Bagaimanapun, Shadow Home Secretary -- bagian dari kementerian oposisi Inggris -- Roy Hattersley mengatakan, putusan itu membuat posisi pemerintah "sangat tidak masuk akal". 

"Melalui hukum, pemerintah telah bertindak memalukan padahal sudah tau akan kalah," ujar Roy.

Law Lords juga memutuskan M15 Peter Wright bersalah sebagai pengkhianat yang membeberkan rahasia keamanan negara.

Kuasa hukum Peter, Malcolm Turnball lantas menanggapi keputusan itu dengan menyebutnya sebaga kritik yang tidak adil dan menandakan kekalahan telak. Tanggapan ini bukan tanpa alasan, pada upaya sebelumnya Inggris juga gagal meyakinkan pengadilan Australia untuk mencegah penerbitan buku kliennya itu.

Saat itu, Peter nampak sakit dan tidak berkomentar tentang putusan yang ada.

Atas putusan Law Lords, pemberhentian edar yang dipaksakan pada The Observer, The Guardian, dan The Sunday Times pun dicabut.

Di luar pengadilan, Editor The Observer Donald Trelford merayakan kemenangannya, "Pada akhirnya sistem demokrasi kita mencapai kesimpulan yang jelas bahwa ini --catatan dalam Spycatcher -- adalah kepentingan publik yang harus diketahui oleh publik".

 

2 dari 4 halaman

Spycatcher Selalu Menang

Spycatcher telah menjadi international bestseller saat itu yang terjual sekitar dua juta kopi.

Dalam memoarnya yang kontroversial, agen MI5 itu menduga layanan keamanan beroperasi di luar hukum.

Selain itu, juga terdapat klaim bahwa Perdana Menteri Harold Wilson adalah target konspirasi MI5 dan mantan Kepala MI5 Roger Hollis adalah mata-mata Soviet tahun 1960-an. 

Perseteruan Spycatcher dimulai pada 1985 ketika pemerintah Inggris mulai menentang publikasinya di Australia. Tuntutan Inggris di pengadilan Australia kalah pada 1987.

Meskipun Inggris sukses membungkam media, tetapi ia gagal mencegah penyebaran buku itu di luar negeri.

Spycatcher menjadi buku terlaris di AS yang terjual 400 ribu kopi di akhir 1987.

Pengadilan HAM Eropa pada November 1991 juga meyebutkan bahwa tindakan Inggris telah melanggar hak atas kebebasan berpendapat.

Peter Wright meninggal sebagai seorang miliuner pada April 1995 di usia 78 tahun.

3 dari 4 halaman

Penulis Buku Kontroversial soal Kerajaan Inggris Bela Komentar Charles yang Dituding Rasis

Di masa sekarang, juga ada buku kontroversial tentang Inggris, kali ini justru tentang kehidupan penghuni kerajaan.

Di antara kontroversinya, buku Brothers and Wives: Inside the Private Lives of William, Kate, Harry and Meghan mencantumkan pernyataan Prince Charles terkait "warna kulit anak Meghan dan Harry".

Penulis buku baru itu, Christopher Andersen mengatakan bahwa Charles membuat pernyataannya saat sarapan bersama istrinya Camilla, pada 27 November 2017, melansir dari laman Insider, Rabu, (1/12/2021).

Pada Senin, 29 November 2021, sehari sebelum buku itu dirilis, perwakilan Charles di Clarence House mengeluarkan pernyataan kepada New York Post yang menolaknya sebagai fiksi.  Namun, perwakilan untuk Clarence House tidak segera menanggapi permintaan Insider untuk memberikan komentar.

Andersen, yang sebelumnya bekerja sebagai editor senior untuk People Magazine dan telah menulis enam buku tentang bangsawan, mengatakan kepada Insider bahwa ia yakin sumbernya untuk buku Brothers and Wives solid. Ia juga tidak terkejut jika Pangeran Charles menolak menanggapinya.

"Ini adalah prosedur standar," kata Anderson. "Saya berharap istana meluangkan waktu untuk benar-benar membaca buku itu dan apa yang dikatakannya."

Dalam buku itu, Andersen mengatakan Charles bertanya-tanya dengan keras "seperti apa anak-anak itu nantinya." Penulis itu menulis bahwa Camilla "terkejut," dan menjawab, "Benar-benar cantik, saya yakin," sebelum mengatakan Harry dan Markle adalah pasangan yang "terlihat luar biasa".

4 dari 4 halaman

Ini Isi Buku Kontroversial yang Mengulas Kehidupan Seks Ratu Elizabeth II

Lebih parah, buku kontroversial yang mengulas tentang kehidupan seksual Ratu Inggris juga ada.

Sebuah buku yang diklaim sebagai penguak kehidupan seks Ratu Elizabeth II diterbitkan pada Kamis 28 Juni 2018 dengan judul The Queen’s Marriage. Buku ini menuai kecaman dari sejumlah pihak, termasuk dari keluarga Kerajaan Inggris.

Kisah-kisah yang dituangkan dalam buku karya Lady Colin Campbell itu dianggap tidak beralasan dan tak layak baca, sebab merinci tentang "nafsu birahi" dari Sang Ratu dan menuduh Philip hanya bermain-main dengannya.

Mantan kontestan reality show Inggris I'm A Celebrity tersebut juga menulis bahwa Putri Margaret pernah mengatakan kepada saudara perempuannya, sebagai pembalasan, bahwa Philip tidak setia kepadanya dan membuat Kerajaan Inggris jatuh.

Demikian seperti dikutip dari News.com.au, Jumat (29/6/2018) yang melansir The Sun. Sedangkan The Sun memilih untuk tidak menerbitkan beberapa kisah sensasional lainnya untuk menghindari protes dari pecinta Keluarga Kerajaan.

Selama bertahun-tahun, penulis berusia 68 tahun itu telah menjadi momok bagi Keluarga Kerajaan dan banyak yang mempertanyakan keaslian cerita yang ditulis olehnya, mengingat Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip adalah tokoh yang paling dihormati seantero Inggris.

"Saya belum pernah melihat Lady Colin Campbell bertemu dengan seorang anggota Keluarga Kerajaan, atau bekerja di sana. Anda dapat mengatakan apa pun yang Anda sukai tentang Ratu karena dia tidak akan menuntut, tetapi bukan berarti itu dibenarkan," kata komentator senior Judy Wade.

Dalam buku setebal 320 halaman ini, Lady Colin "mengungkapkan" bahwa di kerajaan terdapat sebuah kamar tidur rahasia. Dia mengaku ada "banyak sumber" yang membocorkan padanya tentang gairah seksual Philip dan Ratu Elizabeth II, terutama saat mereka bulan madu di rumah Mount Hampshire milik Lord Mountbatten, Broadlands.

Sementara itu, mantan atase pers Ratu, Dickie Arbiter, mengatakan, "Saya tidak akan menghargai apa pun yang ditulis Lady Colin Campbell atau berkomentar."

Sedangkan seorang juru bicara dari Istana Buckingham menolak memberi tanggapan.

(Reporter: Safinatun Nikmah)