Sukses

IMF Sebut Jerman dan Italia Terancam Resesi 2023, Terimbas Invasi Rusia ke Ukraina?

Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan Jerman dan Italia akan jatuh ke dalam resesi tahun depan

, Berlin - Pada Selasa 11 Oktober 2022 Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa Jerman dan Italia akan mengalami resesi tahun depan, karena menurunkan perkiraan pertumbuhan globalnya.

Jika proyeksi IMF benar, seperti diberitakan DW Indonesia, Kamis (13/10/2022), maka akan menjadikan kedua negara G7 tersebut sebagai ekonomi maju pertama yang mengalami kontraksi setelah Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina.

Apa yang dikatakan IMF?

Dalam pembaruan untuk Outlook Ekonomi Dunia, IMF mengatakan ekonomi Jerman saat ini diperkirakan akan menyusut 0,3% pada tahun 2023. IMF sebelumnya memperkirakan pertumbuhan 0,8% untuk negara tersebut.

Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, sangat bergantung pada gas Rusia. Italia, yang juga bergantung pada impor bahan bakar Rusia, akan mengalami kontrak Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,2% - turun tajam pada perkiraan pertumbuhan 0,8% pada bulan Juli.

Meskipun zona euro diharapkan bisa menghindari resesi, output dari 19 negara di blok mata uang tunggal diperkirakan tumbuh hanya 0,5%, lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Pertumbuhan yang lemah pada tahun 2023 di seluruh Eropa mencerminkan dampak perang di Ukraina, dengan revisi penurunan yang tajam terutama untuk ekonomi yang paling terkena dampak pemotongan pasokan gas Rusia," kata IMF.

Laporan itu juga menyebutkan "kondisi keuangan yang lebih ketat" untuk zona euro, dengan biaya pinjaman meningkat sebesar 50 basis poin pada Juli dan 75 poin pada September.

2 dari 4 halaman

Kesuraman Global

Ekonomi global sekarang diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,7%, 0,2 poin persentase lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya. Managing Director Kristalina Georgieva menyoroti perlambatan ekonomi di ketiga zona ekonomi utama dunia.

Sementara kenaikan harga energi adalah masalah utama bagi zona euro, wabah pandemi COVID-19 di Cina telah menjadi penyebab yang mengganggu rantai pasokan. Pertumbuhan Cina diperkirakan akan meningkat menjadi 4,4% tahun depan, turun 0,2% pada prospek Juli.

Meskipun pasar tenaga kerja Amerika Serikat tetap kuat, pertumbuhan pekerjaan tampaknya melambat sebagai respons terhadap kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve AS. IMF memangkas prospek pertumbuhan di Amerika Serikat dari 2,3% menjadi 1,6% tahun ini.

Ekonomi dunia telah mengalami banyak kendala, dengan perang di Ukraina menaikkan harga pangan dan energi yang sudah meningkat akibat pandemi COVID-19. Melonjaknya inflasi dan kenaikan suku bunga juga berpotensi memperburuk krisis.

"Kejutan tahun ini akan membuka kembali luka ekonomi yang hanya sembuh sebagian pasca-pandemi," kata penasihat ekonomi IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam sebuah posting blog yang menyertai pandangan terbaru.

Prospek Rusia telah membaik sejak Juli, meskipun masih di wilayah negatif. Negara dengan ekonomi yang terkena sanksi Barat itu diperkirakan akan berkontraksi hanya 2,3% tahun depan, dibandingkan dengan prediksi sebelumnya sebesar 3,5%.

 

3 dari 4 halaman

Hadapi Resesi, Jokowi Minta Menteri Kerja Lebih Detail

Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, 28 negara sedang mengantre untuk meminjam uang dari Dana Moneter Internasional (IMF). Dia pun meminta para menteri betul-betul bekerja secara makro dan mikro, agar Indonesia bisa selamat dari ancaman resesi.

"Badai itu sudah datang, tinggal persiapan. Kita ini betul-betul persoalan detail. Ndak bisa sekali lagi kita bekerja hanya rutinitas, ndak bisa sekarang ini. Bekerja makro, bekerja mikro, bekerja detail, itu yang bisa menyelamatkan negara kita," kata Jokowi saat memberikan pengarahan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta, Selasa 11 Oktober 2022.

ia juga meminta para menteri untuk berhati-hati dalam membuat setiap kebijakan. Pasalnya, kata Jokowi, kebijakan kecil saat ini bisa menjadi sensitif bagi masyarakat.

"Jangan sampai lepas dari manajemen kita, namun situasinya betul-betul yang luar biasa sulitnya. Sekali lagi policy setiap kementerian dan lembaga itu hati-hati. Urusan kecil-kecil, tapi sekarang ini semuanya sensitif," ujarnya.

Untuk itu, Jokowi meminta kementerian/lembaga untuk mempekuat hubungan dalam menangani urusan perlambatan ekonomi dunia, krisis pangan, energi, dan keuangan. Dia akan mengajak beberapa menteri berbicara untuk menguji persiapan menghadapi badai krisis global.

"Nanti beberapa menteri dan menko akan saya ajak untuk berbicara yang berkaitan dengan stress test, sampai seberapa jauh kekuatan kita kalau badainya itu datang, baik yang berkaitan dengan currency, dengan kurs, yang berkaitan dengan inflasi, yang berkaitan dengan growth, yang berkaitan dengan pangan kita, energi kita," tutur Jokowi.

 

4 dari 4 halaman

Persiapkan Rencana Terburuk

Selain itu, Jokowi menginstruksikan jajarannya untuk menyiapkan antisipasi apabila situasi global makin buruk dan berdampak pada perekonomian nasional. Jokowi meminta menteri mempersiapkan rencana terburuk apabila krisis global menghantam Indonesia.

"Semuanya harus kita tes betul sampai plan A, plan B, plan C, plan D, semuanya harus ada, plan E, semuanya. Yang paling buruk, yang buruk, semuanya harus kita hitung semuanya," ujar dia.

"Sehingga sekali lagi, situasi makin memburuk dan antisipasi dampak di domestik ini harus betul-betul disiapkan," sambung Jokowi.

Di samping itu, dia meminta jajaran birokrasi untuk fokus dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidang masing-masing di tengah situasi yang sulit dan penuh ketidakpastian. Jokowi mengingatkan jajarannya agar lebih baik dalam mengimplementasikan program kegiatan yang memberi manfaat.

"Kemudian juga implementasi dari program-program yang ada betul-betul dilihat betul, bermanfaat riil atau enggak. Kalau enggak, bisa dibelokkan ke hal-hal yang riil," pungkas Jokowi.