Liputan6.com, Jakarta - KTT G20 yang diselenggarakan di Indonesia pada November mendatang, diakui oleh Menlu Retno bertepatan dengan banyaknya momen krisis dunia.Â
Menlu Retno mengatakan bahwa presidensi Indonesia di G20 tahun ini merupakan presidensi yang paling sulit di mana dunia sedang menghadapi multiple crisis. Hal ini disebabkan oleh sejumlah masalah seperti pandemi yang belum tuntas, perang di Ukraina, tensi geopolitik menajam, dan juga terjadinya krisis pangan, energi, dan keuangan.
"Dalam kondisi yang extraordinary tingkat kesulitannya ini, maka dalam pembahasan diperlukan inovasi atau cara-cara baru agar pembahasan tidak terhenti," ujar Menlu Retno dalam press briefieng di Kementerian Luar Negeri, Kamis (13/10/2022).
Advertisement
Ia juga mengatakan bahwa proses negosiasinya tentu akan lebih sulit dari biasanya.Â
"Sudah akan pasti diskusi dalam KTT, sebagaimana terjadi pada pertemuan G20 tingkat menteri dan bahkan pertemuan multilateral lain, akan penuh dinamika. Itu sudah pasti akan terjadi," paparnya.
"Dalam kondisi normal saja, negosiasi di G20 tidak pernah mudah, apalagi dalam kondisi saat ini di mana posisi negara benar-benar terdapat gap yang cukup lebar antara satu posisi dengan posisi yang lain. Sehingga dapat dibayangkan tingkat kesulitan saat ini seperti apa. Itu adalah faktanya," jelas Menlu Retno lagi.Â
Meski demikian, ia terus mendorong adanya kerja sama dan mengantisipasi perbedaan yang memecah belah.Â
"Saya sekali lagi ingin menyampaikan, perbedaan dan rivalitas merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan dalam hubungan antar negara. It is inevitable," kata Menlu Retno.Â
"Diperlukan wisdom dan tanggung jawab agar perbedaan dan rivalitas itu tidak menghancurkan bangunan-bangunan kerja sama yang bermanfaat bagi umat manusia. Jangan sampai perbedaan dan rivalitas menghancurkan dunia dan umat manusia," tegasnya kemudian.Â
Tak Boleh Gagal
G20 adalah salah satu dari sedikit forum ekonomi dunia yang masih dapat bekerja merespons krisis global saat ini.
"Taruhannya terlalu besar jika G20 gagal karena menyangkut nasib dan kesejahteraan miliaran penduduk dunia, terutama di negara berkembang," tambah Menlu.
Oleh karena itu, Indonesia terus mengajak negara anggota G20 untuk menunjukkan tanggung jawabnya kepada dunia.
"Keberhasilan G20 bukan di tangan satu dua negara, tetapi berada di tangan seluruh anggota G20. It is a collective responsibility," ujarnya lagi.Â
Advertisement
Komitmen Indonesia
Menlu Retno juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyukseskan KTT G20.
"Kalau kita ingin dikatakan sebagai negara besar, maka tanggung jawabnya pun juga besar. Dan tanggung jawab itu harus ditunaikan dengan baik. Itulah pesan yang kita terus sampaikan kepada negaranegara anggota G20," ujarnya.Â
Komitmen Indonesia sendiri tetap sama, yakni untuk memaksimalkan usahanya menyukseskan KTT G20. Selain itu, Indonesia juga mengharapkan kerjasama konkret yang bermanfaat untuk dunia.Â
"Mengenai Komitmen Indonesia, komitmen Indonesia tetap, crystal clear: We will do our best agar G20 menghasilkan kerja sama konkret. Saya ingin garis bawahi, kerjasama konkret yang tidak saja berguna bagi anggotanya, namun juga bagi dunia, terutama bagi negara berkembang," ujar Menlu lagi.Â
Menlu Retno Terus Jalankan Komunikasi Intensif
Menlu Retno Marsudi juga terus menjalin komunikasi dengan seluruh Menlu G20 untuk memaksimalkan upaya perdamaian dan penyuksesan KTT G20.Â
"Minggu ini, saya kembali lakukan komunikasi satu per satu dengan mereka, antara lain dengan Menteri Luar Negeri Perancis, Menteri Luar Negeri Inggris, Menteri Luar Negeri Jerman, Menteri Perdagangan Kanada. Dan semalam, melalui Dubes kita di Beijing saya juga sampaikan beberapa pesan. Sampai hari H nanti, komunikasi akan terus kita lakukan," ujarnya.Â
Advertisement