, Kuta - Sejumlah keluarga korban Australia dan teman-teman korban bom Bali marah melihat pemutaran video yang menayangkan detik-detik bom Bali meledak di Sari Club. Tayangan itu diputar saat upacara peringatan bom Bali di Kuta, Rabu 12 Oktober 2022 malam.
Mengutip laporan ABC Indonesia, Kamis (13/10/2022), ada ratusan orang yang berkumpul di lokasi ledakan di Kuta, Bali yang datang untuk memperingati 20 tahun serangan teroris yang menewaskan 202 orang tersebut.
Baca Juga
Sejumlah orang yang hadir kaget dengan video yang disiapkan oleh Polri dan pemerintah Indonesia.
Advertisement
Pada pukul 23.05, tepat ketika bom meledak, video diputar di layar besar depan tempat yang dulunya Sari Club.
Sebuah rekaman yang sangat memilukan yang memperdengarkan suara teriakan para korban saat tempat itu meledak.
"Mereka memasang video pengeboman, pembantaian, mengoyak hati kami yang melihat semuanya lagi," kata Jeff Marshall, yang kehilangan ayahnya dalam serangan bom di Sari Club.
Jeff juga mengaku sangat kecewa karena tidak diizinkan masuk tempat bekas Sari Club untuk menyalakan lilin, yang sebelumnya diizinkan untuk keluarga korban.
"Kami tidak diperbolehkan masuk ke [bekas] Sari Club dan menyalakan lilin seperti sebelumnya untuk memberi penghormatan," kata Jeff lagi.
"Kami bahkan tidak bisa pergi ke tugu peringatan sekarang."
Namun, sejumlah kalangan polisi dan perwira militer Indonesia diizinkan masuk ke situs peringatan untuk meletakkan karangan bunga.
Â
Â
Pemerintah Australia Kecewa Atas Penyelenggaraan Peringatan di Kuta
Pemerintah Australia mengatakan tidak terlibat dalam penyelenggaraan acara tersebut, dan secara resmi akan menyampaikan kemarahan warganya kepada pihak berwenang Indonesia.
"Kami sangat kecewa dengan keputusan yang dibuat oleh penyelenggara," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Australia. "Kami memahami kesulitan yang ditimbulkan dan siap menawarkan bantuan kepada setiap warga Australia yang mungkin membutuhkannya."
Advertisement
Umar Patek Ikut Muncul dalam Video
Video lain memutar tayangan Umar Patek, pembuat bom dalam serangan, yang mengibarkan bendera Indonesia.
Jan Laczynski, yang kehilangan lima temannya dalam serangan bom, langsung terkejut melihatnya.
"Seharusnya fokusnya pada 88 orang Australia, 202 [korban] ... tidak difokuskan pada monster-monster ini, para teroris ini."
Umar Patek saat ini sedang menunggu pembebasan bersyarat dari penjara setelah menjalani setengah dari hukuman 20 tahun.
Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengecam keputusan untuk mengurangi hukuman Umar Patek, setelah ia hanya menjalani 10 tahun di penjara.
"Ini bukan tempat yang tepat untuk Umar Patek," kata Jan.
"Dia teroris, dia harus tetap di penjara."
"Dia seharusnya tidak ditampilkan di video peringatan 20 tahun."
Tidak jelas siapa yang memutuskan untuk memutar video di tempat yang seharusnya jadi upacara peringatan tragedi yang mematikan tersebut.
Pihak Indonesia belum mengomentari reaksi warga Australia terhadap video yang diputar di tugu peringatan tersebut.
Australia Peringati 20 Tahun Bom Bali, PM Albanese: Tujuan Teroris Tak Tercapai
Tragedi kelam yang menyisakan duka terjadi tepat hari ini, 12 Oktober, 20 tahun lalu. Saat itu serangkaian bom meledak di Bali.Â
Aksi teror bom Bali tersebut menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga Australia.
Peringatan untuk mengenang tragedi mematikan itu kabarnya digelar di kota Sydney serta beberapa kota besar lainnya di Australia.
Mengutip ABC Australia, Rabu (12/10/2022), perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan tujuan para teroris bom Bali tidak tercapai.
Sebaliknya, sambung PM Albanese, banyak orang malah menunjukkan hal-hal terbaik lewat rasa belas kasih, membantu yang kesulitan, dan semangat kepahlawanan.
"Orang-orang Indonesia, Australia, dan dari seluruh penjuru dunia terkesan dengan persabatan antara kita ... dengan [rasa] kemanusiaan," ujar PM Albanese yang membuka peringatan.
"Pada akhirnya, mereka mengingatkan kita soal apa yang penting bagi kita dan untuk tidak menerima begitu saja apa yang sudah kita bangun dan pupuk dari generasi ke generasi."
PM Albanese juga mengakui pentingnya hubungan Indonesia dan Australia, dengan mengutip ucapan mantan perdana menteri Julia Gillard, yang pernah menyamakan Bali seperti London dan Gallipoli, karena begitu kuatnya 'spirit' warga Australia di pulau tersebut.
"Tentunya kita mencintai Bali. Orang-orang Indonesia sudah menjalin dengan orang-orang Australia sebagai teman, tetangga. Mereka merasakan kesakitan yang kita rasakan."
"Kita bersatu, kita menemukan kekuatan, harapan, dan menemukan cinta di antara kita."
Advertisement