Liputan6.com, London - Dua wanita ditangkap dan didakwa dengan pasal pengrusakan karena melemparkan sup ke lukisan "Bunga Matahari" Vincent van Gogh di Galeri Nasional di London.
Mereka telah dibebaskan dengan jaminan, namun kasusnya akan dibawa ke meja hijau, demikian seperti dikutip dari MSN, Minggu (16/10/2022).
Dua wanita, berusia 20 dan 21 tahun, muncul di pengadilan pada hari Sabtu untuk menghadapi dakwaan kerusakan kriminal setelah mereka melemparkan sup tomat ke salah satu lukisan Vincent van Gogh di Galeri Nasional di London.
Advertisement
Seorang wanita ketiga didakwa karena menyiram cat pada sebuah tanda di markas New Scotland Yard di Kepolisian Metropolitan London.
Ketiganya mengaku tidak bersalah atas kerusakan kriminal selama sesi singkat mereka di Pengadilan Magistrat Westminster.
Hakim Distrik Tan Irkam memerintahkan pembebasan mereka dengan jaminan dengan syarat mereka tidak memiliki zat cat atau perekat di ruang publik, associated Press melaporkan.
Â
Alasan Mereka Ditangkap
Para perempuan itu adalah bagian dari kelompok aktivis iklim Just Stop Oil yang telah menuntut pemerintah Inggris menghentikan proyek minyak dan gas baru.
Kelompok itu telah melakukan unjuk rasa di ibu kota Inggris selama dua minggu sekarang, seringkali membidik harta nasional.
Pada hari Jumat, kedua wanita itu melemparkan sup tomat dari kaleng Heinz ke "Bunga Matahari" Vincent van Gogh, yang dilukis pada 1880-an. Mereka kemudian menempelkan tangan mereka ke dinding galeri dengan lem.
Jaksa Penuntut Ola Oyedepo mengatakan pasangan itu tidak membahayakan lukisan cat minyak, berkat kotak pelindung kaca. Tetapi kerusakan disebabkan pada bingkai, katanya.
Lukisan itu dibersihkan dan dipajang kembali pada Jumat sore.
Polisi mengatakan mereka melakukan sekitar 28 penangkapan sehubungan dengan protes oleh kelompok itu pada hari Jumat.
Â
Advertisement
Negara-negara Miskin Akan Tuntut Keadilan Iklim di KTT PBB
Ketua blok negosiasi berpengaruh dalam KTT Iklim PBB mendatang di Mesir telah menyerukan agar kompensasi bagi negara-negara miskin yang menderita akibat perubahan iklim menjadi agenda utama.
Madeleine Diouf Sarr, yang memimpin kelompok Negara-negara Tertinggal (LDC), mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa konferensi November -- yang dikenal sebagai COP27 -- harus “mendengar suara dan kebutuhan negara-negara yang paling rentan terhadap iklim dan memberikan keadilan iklim."