Entah fenomena alam biasa, atau "pertanda langit", di hari yang sama ketika Paus Benediktus XVI menyatakan akan mengundurkan diri 28 Februari 2013 mendatang, kilat menyambar kubah basilika Santo Petrus. Hanya selang beberapa jam.
Pengunduran diri Paus ke-265 memang tak disangka. Yang pertama sejak 600 tahun lalu. Kesehatan dan usia sepuh, 85 tahun, menjadi alasan.
"Setelah berulang kali memastikan nurani saya di hadapan Tuhan, bahwa kekuatan saya -- di usia selanjut ini -- tak lagi sesuai untuk menyelenggarakan pelayanan Santo Petrus," kata Paus dalam Bahasa Latin saat pertemuan para Kardinal Vatikan, seperti dimuat News.com.au, Selasa (12/2/2013).
Pria yang terlahir dengan nama Joseph Ratzinger ini menyatakan tak mampu melaksanakan tugas, akibat kekurangan itu. "Penerus Santo Petrus dipercayakan kepada saya oleh para Kardinal pada 19 April 2005," kata Paus. Pada 28 Februari 2013, pukul 20.00 mendatang, Tahta Roma, Tahta Santo Petrus, akan kosong." Paus pun meminta konklaf atau sidang penentuan Paus segera digelar.
Sekelompok kardinal segera mengunci diri di Kapel Sistine untuk memilih Paus baru, tak akan keluar hingga pemimpin Tahta Suci terpilih.
Paus yang Fleksibel dan Modern
Paus Benediktus XVI akan meninggalkan Gereja Katolik yang masih belum keluar dari krisis skandal pelecehan seksual anak-anak yang melibatkan oknum pasturnya, menghadapi kelompok Islam radikal, serta berjuang untuk menemukan tempatnya dalam dunia Barat yang semakin sekuler.
Ia terpilih sebagai Paus pada 19 April 2005, di saat kemarahan atas pelecehan seksual oknum pastur memuncak di sebagian Eropa dan Amerika Utara, mengguncang iman para pemeluk Katolik.
Pada 2008, Paus Benediktus XVI menjadi Paus pertama yang mengakui "rasa malu", dengan besar hati meminta maaf, dan bertemu langsung dengan para korban pelecehan seksual.
Dua tahun kemudian, Paus tanpa disangka juga memohon maaf pada warga Irlandia atas kasus pelecehan yang terjadi. Bahkan menyarankan oknum pastur yang bersalah untuk menyerahkan diri untuk diproses hukum.
Langkah dramatisnya yang lain, Paus memerintahkan reformasi besar-besaran Legionaries of Christ, ordo religius konservatif, yang pemimpinnya diketahui melecehkan para seminaris, dan bahkan menjadi ayah dari tiga anak. Sesuatu yang amat dilarang.
Paus Benediktus XVI juga memberikan kanonisasi bagi orang kudus pertama Australia, Mary MacKillop -- mengakhiri perjuangan 85 tahun umat Katolik di Negeri Kanguru. Ia juga Paus pertama yang bicara tentang kemungkinan menggunakan kondom, meski hanya dalam kasus spesifik, seperti pekerja seks komersial yang mengidap AIDS.
Namun, sejumlah kritik juga diarahkan pada Sang Paus. Dia dianggap gagal mendisiplinkan pemimpin gereja yang melindungi oknum pastur yang bersalah dari jeratan hukum.
Juga dianggap gagal menyadari skala masalah nyata selama 24 tahun karirnya sebagai ketua Kongregasi bagi Doktrin Iman Vatikan.
Apapun, meski secara luas imejnya dikenal ultra-konservatif, Paus pertama dari Jerman itu justru lebih fleksibel dan modern dari pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II asal Polandia.(Ein)
Pengunduran diri Paus ke-265 memang tak disangka. Yang pertama sejak 600 tahun lalu. Kesehatan dan usia sepuh, 85 tahun, menjadi alasan.
"Setelah berulang kali memastikan nurani saya di hadapan Tuhan, bahwa kekuatan saya -- di usia selanjut ini -- tak lagi sesuai untuk menyelenggarakan pelayanan Santo Petrus," kata Paus dalam Bahasa Latin saat pertemuan para Kardinal Vatikan, seperti dimuat News.com.au, Selasa (12/2/2013).
Pria yang terlahir dengan nama Joseph Ratzinger ini menyatakan tak mampu melaksanakan tugas, akibat kekurangan itu. "Penerus Santo Petrus dipercayakan kepada saya oleh para Kardinal pada 19 April 2005," kata Paus. Pada 28 Februari 2013, pukul 20.00 mendatang, Tahta Roma, Tahta Santo Petrus, akan kosong." Paus pun meminta konklaf atau sidang penentuan Paus segera digelar.
Sekelompok kardinal segera mengunci diri di Kapel Sistine untuk memilih Paus baru, tak akan keluar hingga pemimpin Tahta Suci terpilih.
Paus yang Fleksibel dan Modern
Paus Benediktus XVI akan meninggalkan Gereja Katolik yang masih belum keluar dari krisis skandal pelecehan seksual anak-anak yang melibatkan oknum pasturnya, menghadapi kelompok Islam radikal, serta berjuang untuk menemukan tempatnya dalam dunia Barat yang semakin sekuler.
Ia terpilih sebagai Paus pada 19 April 2005, di saat kemarahan atas pelecehan seksual oknum pastur memuncak di sebagian Eropa dan Amerika Utara, mengguncang iman para pemeluk Katolik.
Pada 2008, Paus Benediktus XVI menjadi Paus pertama yang mengakui "rasa malu", dengan besar hati meminta maaf, dan bertemu langsung dengan para korban pelecehan seksual.
Dua tahun kemudian, Paus tanpa disangka juga memohon maaf pada warga Irlandia atas kasus pelecehan yang terjadi. Bahkan menyarankan oknum pastur yang bersalah untuk menyerahkan diri untuk diproses hukum.
Langkah dramatisnya yang lain, Paus memerintahkan reformasi besar-besaran Legionaries of Christ, ordo religius konservatif, yang pemimpinnya diketahui melecehkan para seminaris, dan bahkan menjadi ayah dari tiga anak. Sesuatu yang amat dilarang.
Paus Benediktus XVI juga memberikan kanonisasi bagi orang kudus pertama Australia, Mary MacKillop -- mengakhiri perjuangan 85 tahun umat Katolik di Negeri Kanguru. Ia juga Paus pertama yang bicara tentang kemungkinan menggunakan kondom, meski hanya dalam kasus spesifik, seperti pekerja seks komersial yang mengidap AIDS.
Namun, sejumlah kritik juga diarahkan pada Sang Paus. Dia dianggap gagal mendisiplinkan pemimpin gereja yang melindungi oknum pastur yang bersalah dari jeratan hukum.
Juga dianggap gagal menyadari skala masalah nyata selama 24 tahun karirnya sebagai ketua Kongregasi bagi Doktrin Iman Vatikan.
Apapun, meski secara luas imejnya dikenal ultra-konservatif, Paus pertama dari Jerman itu justru lebih fleksibel dan modern dari pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II asal Polandia.(Ein)