Liputan6.com, Jakarta - Perang antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan berpotensi membawa dampak buruk bagi Indonesia. Salah satunya adalah krisis pangan, yang juga menjadi ancaman bagi dunia.
Hal ini disampaikan lansung oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang menyatakan bahwa perang bisa berdampak terhadap ketahanan pangan, energi dan perekonomian kawasan.
Baca Juga
"Ukraina dan Rusia adalah negara kunci dalam rantai pasok pangan global 'breadbasket of the world'," kata Retno dalam pidatonya di Seminar Akhir Pendidikan Pasis SESKOAU Angkatan Ke-59, Selasa, 18 Oktober 2022.
Advertisement
Hal ini disebabkan lantaran kedua negara tersebut merupakan produsen 30 persen gandum, 20 persen jagung, minyak biji bunga matahari dan barley.
"Akibat perang krisis pangan dengan cepat menjadi ancaman bagi dunia. Indeks harga pangan dunia capai titik tertinggi pada Maret 2022," katanya lagi.
Retno juga menambahkan bahwa ada 179-181 juta orang di 41 negara yang diperkirakan akan menghadapi krisis pangan.
Lebih jauh lagi, ia mengatakan bahwa satu aspek yang kurang jadi perhatian adalah krisis pupuk. Kini, harga pupuk telah naik 230 persen jika dibandingkan dengan harga pada Mei 2020.
Padahal, Retno menyampaikan bahwa jika harga pupuk tetap tinggi pada musim panen berikut, hingga terjadi kelangkaan, maka dunia akan mengalami krisis beras.
"Ini dampaknya ke 3 miliar penduduk dunia, termasuk kawasan kita," sambung dia
Lonjakan Harga Energi
Selain ketahanan pangan, krisis energi juga menjadi perhatian khusus saat ini. Terlebih, melihat apa yang dialami oleh negara-negara di Eropa belakangan ini. Misalnya saja harga gas pada Agustus 2022 yang sempat meningkat empat kali lipat dari 2021.
Sementara itu, 34 persen kebutuhan energi di Eropa juga berasal dari gas sehingga membuat ketergantungan tersebut menjadi tantangan tersendiri.
Dari sisi ekonomi, perang tersebut memiliki dampak luar biasa. Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri telah memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen.
"IMF memperingatkan the worst is yet to come and for many people, 2023 will feel like a recession (yang terburuk akan datang dan untuk kebanyakan orang, 2023 akan terasa seperti resesi). Perlambatan ekonomi juga dapat terjadi di Asia Tenggara," sambung Retno.
Advertisement
Negara G20 Sebut Perang Rusia-Ukraina Perparah Krisis Pangan Global
Para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian Negara Anggota G20 sepakat ancaman krisis pangan sudah terjadi sejak awal 2020 ketika pertama kali Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan pandemi Covid-19 di bulan Maret. Apalagi di saat yang bersamaan ada ancaman perubahan cuaca ekstrem di seluruh dunia.
Ancaman krisis pangan pun terus berlanjut hingga penyebaran virus corona mulai terkendali. Namun kondisinya makin parah ketika Rusia melakukan invasi kepada Ukraina di bulan Februari 2022.
Minta Rusia Akhiri Perang
Sebagian besar negara anggota G20 pun meminta Rusia segera mengakhiri perang. Cara ini menjadi salah satu kunci penting mengakhiri ancaman krisis pangan dunia.
"Banyak anggota menyatakan pandangan bahwa perang Rusia melawan Ukraina memperburuk kerawanan pangan global dan menyerukan mengakhiri perang," dikutip dari dokumen Rangkuman Hasil Pertemuan Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (18/10/2022).
Menanggapi itu, satu anggota G20 menilai sanksi sepihak yang diterima Rusia justru yang memicu munculnya krisis pangan. Sebab, pasca invasi di Ukraina sejumlah negara barat menjatuhkan sanksi ke Moskow. Salah satunya sanksi terhadap dunia lembaga keuangan besar Rusia dan utang negara Rusia.
"Satu anggota menyatakan pandangan bahwa sanksi sepihak berdampak negatif terhadap kerawanan pangan global," tulis dokumen tersebut.
Advertisement