Liputan6.com, Kyiv - Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis akan membahas dugaan transfer senjata Iran ke Rusia pada pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB, Rabu (19 Oktober), kata para diplomat.
Hal ini terjadi setelah Kyiv menduga bahwa Moskow menggunakan pesawat tak berawak asal Iran untuk melakukan serangan sipil, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (19/10/2022).
Baca Juga
Secara terpisah, Ukraina telah mengundang para ahli di PBB untuk memeriksa drone asal Iran yang digunakan oleh Rusia untuk menyerang wilayahnya.
Advertisement
Ukraina menyebut, serangan ini melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Berbicara dengan syarat anonim, para diplomat mengatakan bahwa pihaknya akan meminta seorang pejabat PBB untuk memberi penjelasan singkat kepada anggota tentang masalah tersebut.
Rusia meluncurkan sejumlah drone "kamikaze" atau pesawat udara tak berawak (UAV) ke Ukraina pada Senin kemarin yang menghantam infrastruktur energi dan menewaskan lima orang di ibu kota Kyiv.
Ukraina mengatakan, itu adalah adalah drone serang buatan Iran yang merupakan amunisi dengan kecepatan tinggi dan bisa meledak saat terjadi benturan. Kyiv lantas memutuskan hubungan dengan Iran karena penggunaan senjata tersebut.
Di sisi lain, Teheran membantah memasok drone ke Moskow, sementara Washington mengatakan Iran telah berbohong.
Kremlin pada Selasa juga membantah pasukannya telah menggunakan pesawat tak berawak Iran untuk menyerang Ukraina.
Rusia Kirim Bom Pakai Drone Kamikaze ke Ukraina
Rusia dilaporkan kembali menyerang wilayah Ukraina. Ibu kota Kyiv diserang bom yang diduga dibawa oleh drone kamikaze buatan Iran.
Serangan udara tersebut menghantam infrastruktur penting di tiga wilayah, seperti dikutip dari laman BBC, Senin (17/10/2022).
Akibat serangan ini, aliran listrik di ratusan desa Ukraina terputus, menurut Perdana Menteri Denys Shmygal.
Sedikitnya delapan orang tewas, empat di Sumy dan empat di Kyiv.
Gelombang seruan sanksi terhadap Iran semakin meningkat. Namun Iran menyangkal telah memasok drone ke Rusia.
Seminggu yang lalu, ibukota Ukraina dihantam oleh rudal Rusia. Serangan itu kemudian menewaskan 19 orang.
Shmygal mengatakan, serangan terbaru tersebut telah menghantam wilayah Kyiv, Dnipro dan Sumy.
"Rusia sedang memburu semua fasilitas yang berhubungan dengan energi," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Ukraina, Yevhen Yenin.
"Mereka ingin menimbulkan kekacauan di industri energi."
Sementara itu, Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan; "Ini menunjukkan keputusasaan mereka."
Advertisement
Serangan Putin Semakin Beringas
Keberingasan Vladimir Putin menjadi-jadi. Serangan Rusia di beberapa kota besar Ukraina menunjukkan bahwa Moskow masih memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata presisinya dalam skala besar.
Beberapa waktu lalu, juru bicara angkatan udara Ukraina Yuriy Ihnat mengatakan, Rusia meluncurkan 83 rudal pada 10 Oktober 2022.
Dikutip dari laman BBC, kemudian lebih dari 43 telah ditembak jatuh oleh pasukan udaranya. Rudal, senjata Kalibr, Iskander dan Kh-101 diluncurkan dari Laut Kaspia dan Hitam.
Tak hanya ibu kota Kiev, sejumlah serangan juga menghantam Lviv dan Odesa menggunakan senjata Tu-95 dari sejauh Laut Kaspia, lebih dari 900km (560 mil) jauhnya.
Sementara itu, sebelum serangan hari ini, tembakan rudal juga dilakukan Rusia akhir pekan ini di Zaporizhzhya, menurut militer Ukraina.
Keterangan Otoritas Setempat di Insiden 10 Oktober 2022
Walikota Kyiv Vitaliy Klitschko mengatakan, ledakan menghantam distrik Shevchenkivskyy di pusat kota.
Dua ledakan terdengar di pusat Kyiv sekitar pukul 08:00 waktu setempat. Ledakan tersebut direkam oleh jurnalis BBC yang kala itu tengah berada di balcon hotel.
"Kami menyaksikan salah satu serangan rudal. Sirene serangan udara terdengar sekitar 90 menit sebelumnya," kata jurnalis BBC.
Ini adalah pertama kalinya Kyiv dihantam serangan selama beberapa bulan, seperti dikutip dari BBC, Senin (10/10/2022).
Gambar dan video di media sosial menunjukkan asap membubung di atas gedung-gedung di beberapa bagian kota Kyiv.
Ledakan itu digambarkan jauh lebih sentral daripada serangan Rusia pada awal perang.
Advertisement