Sukses

Tiger Research: Web3 Bisa Buka Lapangan Kerja untuk Generasi Z di Indonesia

Web3 dinilai sangat potensial bagi Indonesia, terutama untuk membuka lapangan kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Web3 dianggap potensial di Indonesia bagi para generasi Z (zoomer). Potensi ini terkait banyaknya generasi muda di Indonesia, sehingga diharapkan mudah diterima masyarakat. 

Web3 merupakan sistem internet yang terkait dengan Blockchain, uang kripto, hingga NFT.

Daniel Kim dari Tiger Research mengungkap data bahwa Web3 akan berkontribusi 1,4 persen pada perekonomian global pada 2030. Indonesia pun disebut bisa mendapatkan untung dari Web3.

Selain itu, lowongan kerja terkait blockchain juga meningkat, sehingga bisa menjadi kesempatan baik bagi para anak muda. 

"Lowongan kerja blockchain yang high-profile sedang meningkat meski ada resesi ekonomi," ujar Daniel Kim pada diskusi bertajuk Staying Competitive in a Digitalized World: Towards Indonesia 4.0, Rabu (19/10/2022).

"Web3 menciptakan pekerjaan dan peluang baru bagi generasi baru," ujar Daniel Kim yang merujuk para remaja dan generasi Z.

Diskusi tersebut merupakan bagian dari The 4th World Indonesianist Congress: Economic Recovery Acceleration through Tourism and Digital Economy yang digelar Kementerian Luar Negeri RI.

Daniel Kim menyebut sudah mulai banyak perusahaan Korea Selatan yang berfokus pada blockchain, meski ia mengakui bahwa sektor Web3 masih dalam mode membangun (builder mode). Para generasi muda di Indonesia pun bisa mengambil langkah serupa. 

Sebagai contoh, Daniel Kim menyorot Avarik Saga yang menggunakan sistem blockchain dan berkantor di Jakarta. 

"Avarik Saga adalah salah satu game blockchain RPG pertama. Kantor mereka di Jakarta," ujar Daniel Kim.

Lebih lanjut, Daniel Kim berharap agar pemerintah bisa berperan dalam edukasi Web3 dan para generasi senior agar bisa berpikiran terbuka mendengarkan mengenai Web3 dari cucu-cucu mereka.

Ia pun menegaskan bahwa komunitas Web3 tidaklah anti terhadap regulasi dan justru "menyambut regulasi" agar bisa melindungi investor serta memastikan legalitas di sejumlah sektor.

2 dari 4 halaman

Tren Blockchain dan Web3 di Indonesia Saat Ini

Sebelumnya dilaporkan, Kustodian Sentral Efek Indonesia menyebut pada tahun 2021 jumlah portofolio investor Indonesia tumbuh pada level tertinggi dalam lima tahun karena generasi milenial dan generasi Z berbondong-bondong masuk ke pasar kripto, difasilitasi oleh aplikasi fintech.

Selain itu, pada 2021, jumlah investor tunggal mencapai 7,35 juta. Angka ini menggambarkan adopsi pasar blockchain, Web3, dan kripto memiliki pangsa sebesar 3 persen dari total populasi Indonesia.

Dengan demikian, ada potensi besar untuk industri Web3 berkembang lebih jauh karena teknologi juga akan turut berkembang lebih pesat.

Pemerintah Indonesia mengatur 25 bursa kripto domestik melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), sembari tetap mendukung penggunaan teknologi blockchain sebagai solusi yang menguntungkan bagi sektor swasta.

Pemerintah menganjurkan pendekatan keamanan komputer Sandbox untuk eksperimen blockchain dengan mendirikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park di Batam, di mana penyedia solusi blockchain global dapat menikmati lingkungan yang ramah investor dengan infrastruktur bisnis yang dikembangkan.

Pada Agustus 2022, PT. GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga bergabung dengan industri blockchain dan Web3 dengan mengakuisisi cripto exchange lokal (PT Kripto Maksima Koin), yang menandakan tren ekspansi industri blockchain di Indonesia.

3 dari 4 halaman

Potensi

Menurut Emurgo (perusahaan teknologi blockchain global yang memberikan solusi bagi developer, startup, perusahaan, dan pemerintah), dikutip Kamis (29/9), blockchain dan Web3 memiliki potensi tak terbatas untuk mengubah sebagian besar industri yang ada saat ini.

Berbagai aktivitas yang kita lakukan saat ini, kebanyakan dikendalikan oleh entitas publik atau swasta terpusat yang berarti mereka bertanggung jawab untuk mengamankan data kita, harus tetap netral di tengah berbagai kepentingan yang ada, mengambil biaya komisi, dan lain sebagainya.

Masalahnya adalah sejarah menunjukkan bahwa mereka yang berkuasa tidak dapat dipercaya untuk selalu “bermain sesuai aturan”.

Di sisi lain, blockchain dan Web3 diklaim sebagai teknologi open-source yang aman, terdesentralisasi, dan transparan supaya semua orang bisa melihat apakah aturan dipatuhi atau tidak.

Generasi muda akan memainkan peran besar dalam membentuk tren budaya, sosial, dan ekonomi masa depan mulai dari adopsi teknologi hingga adopsi kuliner, musik, dan mode.

Dalam jangka panjang, generasi muda semakin memahami teknologi dan lebih tertarik terhadap cryptocurrency daripada saham.

Generasi muda tumbuh di era ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan terhadap perusahaan, dan menghargai inovasi baru yang dapat mengubah cara lama berbisnis sambil memberikan ‘lapangan bermain’ yang adil dan setara kepada siapa pun yang ingin berpartisipasi.

Dengan demikian, talenta muda secara global menjadi sadar akan peluang masa depan yang dihadirkan oleh blockchain dan Web3.

Banyak lulusan universitas berbakat, profesional muda maupun yang lebih tua, dan profesional mapan yang sekarang beralih melamar ke pekerjaan blockchain dan Web3 (Web 3.0) yang mereka lihat sebagai peluang sekali seumur hidup.

Pekerjaan dan peluang ini didanai oleh gelombang besar investasi global lebih dari USD 25 miliar pada 2021 oleh modal ventura dan perusahaan investasi yang mencari industri baru dengan potensi ekspansi yang tinggi.

4 dari 4 halaman

Bitcoin Tercatat di Guinness World Records pada 2022

Beralih ke kripto, jaringan cryptocurrency dan blockchain Satoshi Nakamoto, Bitcoin, telah menerima sejumlah penghargaan selama bertahun-tahun, dan telah diakui oleh sumber media arus utama dan media tradisional. 

Tahun ini, Guinness World Records (GWR) telah memberikan pengakuan atas penemuan Satoshi Nakamoto karena bitcoin dianggap sebagai cryptocurrency terdesentralisasi pertama.

Guinness World Records telah secara resmi mencatat rekor dari berbagai pencapaian manusia dan peristiwa alam ekstrem selama 67 tahun. Catatan menunjukkan edisi pertama Guinness World Records adalah buku teratas dalam daftar buku terlaris pada Desember 1955. 

Ringkasan bitcoin yang ditampilkan dalam Guinness World Records terbaru menjelaskan bagaimana buku putih proyek diterbitkan secara online pada 2008, dan penulis Guinness mengatakan Bitcoin dikembangkan sebagai solusi untuk tantangan mengatur mata uang digital tanpa organisasi terpusat, atau pihak ketiga yang tepercaya, untuk mengawasi transaksi. 

"Jaringan Bitcoin menyelesaikan masalah pengeluaran ganda dengan mekanisme tanpa kepercayaan yang tidak memerlukan pihak ketiga (misalnya, bank) untuk memverifikasi transaksi; dan itu dicapai dengan validator (yaitu, penambang, di PoW),” isi ringkasan Bitcoin dalam GWR, dikutip dari Bitcoin.com, Rabu (19/10/2022). 

Kategori yang dimasukkan peneliti GWR untuk Bitcoin adalah "pertama," seperti dalam "cryptocurrency terdesentralisasi pertama." Tanggal yang tercatat untuk pemecahan rekor “pertama” adalah 3 Januari 2009, hari peluncuran Bitcoin.