Sukses

Kedubes Iran: Mahsa Amini Meninggal karena Gangguan Otak, Bukan Dipukul Polisi

Kedubes Iran berkata Mahsa Amini punya riwayat penyakit otak.

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Iran di Jakarta menyebut bahwa Mahsa Amini meninggal dunia bukan karena kekerasan oleh polisi moral, melainkan karena gangguan otak. Duta Besar Iran Mohammad Azad berkata wanita muda itu punya riwayat penyakit.

Kasus kematian Mahsa Amini (22) memang memicu kemarahan masyarakat di Iran karena ia disebut meninggal setelah ditangkap polisi moral karena tidak memakai hijab dengan benar. Mahsa Amini berasal dari daerah Kurdistan dan ia sedang berkunjung ke Tehran ketika ditangkap.

Pihak Iran berkata sebanyak 19 ahli kedokteran Iran telah melakukan pemeriksaan dan hasilnya diserahkan ke parlemen.

"Dinyatakan bahwa Mahsa Amini meninggal dunia bukan karena mengalami kekerasan maupun mengalami pemukulan melainkan karena almarhumah ini memiliki riwayat penyakit otak dan gangguan otak," ujar Dubes Iran Mohammad Azad di rumah dinasnya, Rabu malam (19/10/2022).

Dubes Iran berkata biasanya polisi moral mengarahkan orang yang tak taat aturan bakal dibawa untuk ikut course atau bimbingan, kemudian dibolehkan pulang. Pihak Iran berkata kabar Mahsa Amini meninggal karena kekerasan adalah kabar yang disebar Barat. Meski demikian, berita dari Barat dan Timur Tengah  menyebut pihak keluarga Mahsa Amini menuding bahwa wanita itu terkena penganiayaan fisik.

Selanjutnya Dubes Iran menyebut media-media Barat memberikan berita yang menyesatkan dan kabar Mahsa Amini dipukul diberitakan sebelum adanya investigasi. Pihak Iran berkata hasil investasi medis selesai sebulan setelah kematian Mahsa Amini.

Terkait demo hijab yang viral di media sosial, Dubes Iran demonya tidak selarah yang dikabarkan media.

Dubes Iran pun berkata aturan hijab harus ditaati. Polisi moral akan turun tangan jika wanita tidak taat aturan yang berlaku secara kolektif. 

"Melepaskan hijab secara keseluruhan adalah hal yang bertentangan dengan peraturan," tegas Dubes Iran.

2 dari 4 halaman

AS Jatuhkan Sanksi ke Sejumlah Pejabat Iran Terkait Aksi Demonstrasi

Amerika Serikat, pada Kamis (6/10), menjatuhkan sanksi terhadap tujuh pemimpin senior di pemerintahan Iran atas peran mereka dalam menutup akses Internet dan tindak kekerasan yang masih berlangsung terhadap para demonstran yang memprotes kematian Mahsa Amini, seorang perempuan yang tewas dalam tahanan polisi moral Iran.

Departemen Keuangan AS menyasar Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi dan Menteri Komunikasi Eisa Zarepour bersama lima pejabat aparat keamanan Iran, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (8/10).

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam pernyataan bahwa “AS mengecam pemerintah Iran atas penindasan yang disertai kekerasan yang terus berlanjut dalam upayanya meredam rangkaian aksi protes menyusul kematian tragis Mahsa Amini yang berusia 22 tahun ketika ditahan oleh polisi moral Iran. Pemerintah Iran telah memberangus hak kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan hak untuk berkumpul secara damai.”

Sejumlah sanksi yang dijatuhkan mencakup pembekuan aset di AS yang dimiliki oleh ketujuh pejabat Iran itu dan memblokir mereka melakukan transaksi finansial, serta melarang warga Amerika Serikat menjalin bisnis dengan para pejabat tersebut.

Departemen Keuangan mengungkapkan bahwa Zarepour "bertanggung jawab dalam upaya pemerintah Iran untuk memblokir akses internet bagi jutaan warga Iran dengan harapan bahwa tindakan tersebut mampu meredam protes yang berlangsung."

Pihak departemen menambahkan bahwa Zarepour juga telah "memberikan sinyal bahwa pemblokiran internet akan terus berlangsung selama protes masih terjadi."

 

3 dari 4 halaman

Reaksi Ayatullah Sayid Ali Khamenei

Sebelumnya, Pemimpin Republik Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei merespons situasi kerusuhan dan kekacauan terbaru di negaranya yang ia sebut sengaja dirancang oleh negara-negara Barat dan Rezim Zionis.

Ia bahkan menyebut aksi demo ini semakin besar lantaran ulah dari orang-orang bayaran serta beberapa orang Iran yang berstatus pengkhianat di luar negeri.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei menegaskan bahwa rakyat Iran dalam peristiwa ini sebagaimana juga dalam peristiwa-peristiwa lain, sepenuhnya terjun dengan kekuatan, dan di masa depan juga akan seperti ini.

Ayatullah Khamenei menganggap rakyat Iran layaknya junjungannya yaitu Imam Ali as -- rakyat yang tertindas, tapi pada saat yang sama adalah bangsa yang kuat.

"Dalam peristiwa yang baru saja terjadi, seorang perempuan muda (Mahsa Amini) meninggal dunia, dan ini membuat hati kita semua terbakar, akan tetapi reaksi atas peristiwa ini yang dilakukan tanpa penyelidikan dan tanpa ada kepastian terkait yang sebenarnya terjadi, lalu sebagian orang turun ke jalan membuat kekacauan,membakar Al Quran, mencopot paksa hijab seorang perempuan, membakar masjid, tempat ibadah, dan kendaraan masyarakat, menunjukan bahwa ini bukanlah reaksi yang biasa dan normal," kata Ayatullah Khamenei, seperti disebutkan dalam rilis yang diterima Liputan6.com dari Kedubes Iran, Jumat (7/10).

Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa kerusuhan terbaru di Iran sudah direncanakan sebelumnya.

Menurutnya, jika tidak ada peristiwa meninggalnya perempuan muda itu, dalih lain akan dicari oleh pihak musuh agar kekacauan dan kerusuhan bisa diciptakan di Iran.

4 dari 4 halaman

Menuduh Barat

Ia mengklaim bahwa belasungkawa negara-negara Barat atas meninggalnya seorang perempuan di Iran adalah dusta, dan menyebut sebenarnya mereka gembira karena mendapatkan alasan untuk menciptakan sebuah insiden.

"Di Iran, pejabat tiga lembaga tinggi negara telah menyampaikan belasungkawa, dan Mahkamah Agung Iran sudah berjanji untuk mengusut kasus ini sampai akhir," kata Ayatullah Khamenei.

Ayatullah Khamenei juga menyinggung kemajuan yang cepat di Iran di semua bidang, dan kerja keras untuk menyelesaikan sebagian permasalahan lama, serta mengaktifkan bidang produksi, perusahaan berbasis sains, dan kemampuan negara untuk menggagalkan sanksi.

"Saya hidup di tengah suku Baluch, dan mereka sangat setia kepada Republik Islam Iran, suku Kurdi, juga salah satu suku termaju di Iran, dan mereka mencintai negaranya, mencintai Islam dan Republik Islam, maka dari itu skenario musuh tidak akan berhasil terhadap mereka," kata Ayatullah Khamenei.