Sukses

Teleskop Ruang Angkasa James Webb NASA Potret Pillars of Creation Penuh Bintang

Teleskop Ruang Angkasa James Webb NASA berhasil menangkap gambar Pillars of Creation atau Pilar Penciptaan yang ikonik.

Liputan6.com, Jakarta - Teleskop Ruang Angkasa James Webb NASA berhasil menangkap Pillars of Creation atau Pilar Penciptaan yang ikonik.

Pillars of Creation adalah bintang-bintang yang baru terbentuk di dalam gas awan dan debu yang padat, kata NASA.

Pilar dengan tiga dimensi tersebut terlihat seperti formasi batuan yang megah, tetapi jauh lebih permeabel, dikutip dari laman Xinhua, Kamis (20/10/2022).

Pilar ini terdiri dari gas dan debu antarbintang yang tampak semi-transparan dalam cahaya inframerah, menurut NASA.

Proses penangkapan gambar Pilar Penciptaan ini pertama kali sukses dicitrakan oleh Teleskop Ruang Angkasa NASA pada tahun 1995.

Penangkapan gambar ini kemudian membantu para peneliti mengubah model pembentukan bintang mereka dengan mengidentifikasi jumlah bintang yang baru terbentuk bersama dengan jumlah gas dan debu di wilayah tersebut, kata NASA.

Teleskop James Webb Tangkap Penampakan Baru Planet Neptunus

Sebelumnya, Planet terjauh dari matahari dan satelit-satelitnya terungkap dalam detail yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh pencitraan inframerah teleskop ruang angkasa James Webb.

Teleskop ruang angkasa James Webb telah mengalihkan pandangannya dari alam semesta yang dalam ke arah tata surya kita.

Teleskop ini telah menangkap gambar Neptunus yang bercahaya dan cahaya cincinnya yang halus dan berdebu secara detail. Penampilan yang belum pernah terlihat dalam beberapa dekade.

2 dari 4 halaman

Tangkapan NASA

Terakhir kali para astronom memiliki pandangan yang jelas tentang planet terjauh dari matahari itu, ketika Voyager 2 milik NASA menjadi wahana antariksa pertama dan satu-satunya yang terbang melewati raksasa es itu hanya beberapa jam pada tahun 1989.

"Sekarang kemampuan pencitraan inframerah Webb yang belum pernah terjadi sebelumnya telah memberikan pandangan sekilas baru ke atmosfer Neptunus," kata Mark McCaughrean seorang penasihat senior untuk sains dan eksplorasi di Badan Antariksa Eropa.

Mengutip dari laman The Guardian, Sabtu (24/9/2022), teleskop Webb "menghilangkan semua silau dan latar belakang" sehingga "kita dapat mulai mengupas komposisi atmosfer" planet ini, kata McCaughrean, yang telah bekerja pada proyek Webb selama lebih dari 20 tahun.

Neptunus tampak berwarna biru tua dalam gambar sebelumnya yang diambil oleh teleskop luar angkasa Hubble, karena adanya unsur metana di atmosfernya.

3 dari 4 halaman

Awan di Permukaanya

Namun, panjang gelombang near-infrared yang ditangkap oleh pencitraan utama Webb, NIRCam, menunjukkan planet ini berwarna putih keabu-abuan, dengan awan es melesat di permukaannya.

"Cincin-cincin itu lebih reflektif dalam inframerah," kata McCaughrean, "jadi mereka jauh lebih mudah dilihat."

Gambar itu juga menunjukkan "kecerahan yang menarik" di dekat bagian atas Neptunus, kata NASA dalam sebuah pernyataan.

Karena planet ini miring jauh dari Bumi, ia membutuhkan 164 tahun untuk mengorbit matahari, jadi hingga sekarang pun para astronom belum bisa melihat kutub utaranya dengan baik.

Teleskop Webb juga melihat tujuh dari 14 Bulan Neptunus yang diketahui, ketika tampak di atas Neptunus dalam gambar yang diperbesar tampak seperti bintang runcing yang sangat terang. Tetapi sebenarnya Triton yang merupakan Bulan Neptunus yang aneh dan besar dihalangi dengan paku difraksi Webb yang terkenal.

4 dari 4 halaman

Triton, Bulan Milik Neptunus

Triton, Bulan yang lebih besar dari planet kerdil Pluto, juga tampak lebih terang daripada Neptunus karena tertutup es.

Bulan memantulkan cahaya. Sementara itu, Neptunus "menyerap sebagian besar cahaya yang jatuh di atasnya", kata McCaughrean.

Karena Triton mengorbit dengan cara yang salah di sekitar Neptunus, Triton diyakini dulunya merupakan objek dari Sabuk Kuiper terdekat yang ditangkap di orbit planet ini. "Jadi, cukup keren untuk dikunjungi dan dilihat," kata McCaughrean.

Ketika para astronom menyapu alam semesta untuk mencari planet-planet lain seperti planet kita, mereka telah menemukan bahwa raksasa es seperti Neptunus dan Uranus adalah yang paling umum di Bima Sakti.

"Dengan dapat melihat planet-planet ini dengan sangat rinci, kita dapat mengunci pengamatan kita terhadap raksasa es lainnya," kata McCaughrean.