Liputan6.com, Kyiv - Setiap indikasi menunjukan Iran telah memasok drone ke Rusia, kata kepala NATO pada Kamis (21/10).
NATO menyebut, Iran memberikan dukungan untuk menyerang Ukraina dan sekutu Baratnya, termasuk AS.
Baca Juga
"Kami menyerukan semua negara, termasuk Iran, untuk tidak mendukung perang ilegal Rusia melawan Ukraina," kata Jens Stoltenberg pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, dikutip dari laman Anadolu (21/10/2022).
Advertisement
"Serangan mengerikan yang telah kita lihat dari drone ini hanya menyoroti urgensi dan meningkatkan dukungan untuk Ukraina," katanya, seraya menambahkan bahwa beberapa negara NATO, termasuk Jerman, AS, Belanda, dan Prancis, "sekarang dalam proses pengiriman sistem pertahanan udara," ke Kyiv.
Ukraina dan para pendukungnya menuduh Moskow menggunakan pesawat tak berawak militer Iran untuk menyerang banyak sasaran.
Setelah serangan itu, Kyiv kini tengah mempertimbangkan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran.
Iran menolak tuduhan itu dan mengatakan tuduhan itu bermuatan politik dan biangkeladinya negara Barat.
Stoltenberg menegaskan bahwa NATO "memantau dengan cermat apa yang dilakukan Iran dalam hal memberikan dukungan apa pun kepada Rusia."
"Kami meminta Iran untuk tidak menyediakan drone atau rudal. Dan setiap pasokan rudal jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB," katanya.
Pernyataan NATO muncul sehari setelah AS mengatakan memiliki "bukti berlimpah" bahwa Rusia menggunakan pesawat tak berawak Iran di Ukraina.
“Ketika Iran terus berbohong dan menyangkal memberikan senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina, kami berkomitmen untuk bekerja dengan sekutu dan mitra untuk mencegah pengiriman persenjataan berbahaya ke Rusia,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan.
Dia memperingatkan bahwa AS tidak akan ragu untuk menggunakan sanksi dan cara lain yang sesuai terhadap semua yang terlibat dalam transfer ini.
NATO Mulai Latihan Nuklir, Sinyal Melawan Rusia?
NATO, pada Senin (17/10), memulai latihan nuklir tahunannya yang telah lama direncanakan di wilayah barat laut Eropa di saat ketegangan meningkat terkait perang di Ukraina dan ancaman Presiden Vladimir Putin untuk menggunakan segala cara guna mempertahankan wilayah Rusia.
Empat belas dari 30 negara anggota NATO akan ikut serta dalam latihan itu, yang menurut aliansi militer tersebut akan melibatkan sekitar 60 pesawat termasuk jet tempur dan pesawat pengintai serta pesawat pengisi bahan bakar.
Sebagian besar latihan perang akan diadakan setidaknya 1.000 kilometer dari perbatasan Rusia, demikian dikutip dari situs berita VOA Indonesia, pada Rabu (19/10/2022).
Sejumlah pesawat pembom jarak jauh B-52 juga akan ikut serta dalam latihan nuklir itu, yang dijuluki Steadfast Noon atau siang yang tegar, dan akan berlangsung hingga 30 Oktober. NATO tidak mengizinkan akses apapun bagi media.
NATO mengatakan bahwa latihan penerbangan itu akan berlangsung di atas langit Belgia, yang menjadi tuan rumah Steadfast Noon tahun ini, serta di atas Laut Utara dan Inggris. Latihan tersebut melibatkan jet tempur yang mampu membawa hulu ledak nuklir, tetapi tidak melibatkan bom sesungguhnya.
Latihan itu telah direncanakan sebelum Putin memerintahkan pasukan Rusia menyerbu Ukraina pada Februari. Rusia biasanya mengadakan latihan tahunannya sendiri sekitar waktu yang sama, dan NATO memperkirakan Moskow akan melatih kekuatan nuklirnya sekitar bulan ini.
Advertisement
Negara Anggota IMF Serukan Rusia Akhiri Perang di Ukraina
Negara-negara anggota Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (14/10) mengeluarkan seruan yang hampir dicapai secara aklmasi agar Rusia mengakhiri perang di Ukraina, kata ketua komite pengarah IMF. Disebutkan bahwa konflik itu merupakan faktor tunggal terbesar yang memicu inflasi dan memperlambat ekonomi global.
Namun Nadia Calvino, Menteri Ekonomi Spanyol, mengatakan pada konferensi pers bahwa Rusia kembali memblokir konsensus untuk mengeluarkan komunike bersama selama pertemuan Komite Moneter dan Keuangan Internasional.
Calvino mengatakan seruan untuk mengakhiri perang lebih kuat daripada pertemuan IMF dan Bank Dunia pada April sementara konflik itu menyebabkan kerawanan pangan dan energi, kenaikan harga dan risiko stabilitas keuangan.
“Sangat jelas hanya pada tingkat manusia, tingkat praktis, tingkat objektif – Hentikan perang. Hentikan perang,” kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (16/10/2022).
Sentimen Georgieva itu digaungkan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang mengatakan pada konferensi pers terpisah bahwa dalam memikirkan tanggapan ekonomi, “jelas apa yang paling penting, dan semua orang setuju Rusia harus menghentikan perangnya terhadap Ukraina.”
Penolakan Rusia terhadap seruan semacam itu memaksa komite pengarah IMF untuk mengeluarkan pernyataan ketua, kata Calvino.
Pernyataan itu menyerukan bank-bank sentral untuk mengupayakan stabilitas harga, sementara kebijakan fiskal harus memprioritaskan perlindungan kelompok rentan dari biaya hidup yang lebih tinggi.
600 Permukiman yang Sempat Diduduki Rusia Telah Dibebaskan oleh Ukraina
Otoritas Ukraina mengklaim telah membebaskan lebih dari 600 permukiman dari pendudukan Rusia dalam sebulan terakhir, termasuk 75 di antaranya di wilayah Kherson yang sangat strategis.
Kementerian Reintegrasi Wilayah Pendudukan Sementara Ukraina mengatakan sekitar 502 permukiman telah dibebaskan di wilayah timur laut Kharkiv di mana pasukan Ukraina bulan lalu maju jauh ke dalam garis Rusia.
Selain itu, 43 permukiman di Donetsk dan tujuh permukiman di Luhansk juga dibebaskan.
"Wilayah-wilayah Ukraina yang dibebaskan telah meningkat secara signifikan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan di situs resminya, Kamis malam (13/10), seperti dikutip dari Antara (15/10/2022).
Kherson, Donetsk, Luhansk, dan Zaporizhzhia dicaplok oleh Rusia bulan lalu sebagai serangan balasan oleh pasukan Ukraina yang dengan cepat maju di timur laut, timur, dan selatan.
Pencaplokan itu dikecam oleh Ukraina dan Barat karena dianggap ilegal.
Pada Kamis, gubernur wilayah Kherson di Ukraina yang diangkat oleh Rusia mengimbau penduduk untuk mengungsi di tengah pertempuran antara pasukan Rusia dan pasukan Ukraina.
Pada akhir Agustus 2022, Ukraina melancarkan serangan balasan terhadap pasukan Rusia yang menduduki negara itu sejak awal invasi mereka pada Februari.
Rusia menyebutkan tindakan di Ukraina sebagai operasi militer khusus untuk demiliterisasi negara tetangganya.
Advertisement