Liputan6.com, Washington D.C - Menteri pertahanan AS dan Rusia telah berbicara lewat panggilan telepon, menjadikan momen ini sebagai momen langka antara tingkat tinggi kedua negara sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir BBC, Sabtu (22/10/2022), Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan timpalannya dari Rusia Sergei Shoigu berbicara pada hari Jumat. Hal ini pun telah dikonfirmasi oleh kedua negara.
Baca Juga
Kedua belah pihak mengatakan situasi di Ukraina telah dibahas.
Advertisement
Ini adalah pertama kalinya mereka berbicara sejak panggilan telepon terakhir pada 13 Mei lalu.
Setelah panggilan telepon hari Jumat tersebut, sekretaris pers Pentagon Brig. Jenderal Pat Ryder mengatakan kepada BBC bahwa AS "bersemangat untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka".
"Sudah sejak Mei sejak kedua pria itu berbicara, jadi Sekretaris Austin mengambil hari ini sebagai kesempatan untuk terhubung dengan Menteri Shoigu," katanya.Â
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa "pertanyaan saat ini tentang keamanan internasional telah dibahas, termasuk situasi di Ukraina".
Setelah percakapan mereka sebelumnya pada bulan Mei, Austin mendesak rekannya untuk segera melakukan gencatan senjata. Namun, permintaan tersebut tidak disebutkan kali ini.
Percakapan itu muncul setelah ada petunjuk dari Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa dia mungkin bersedia menggunakan senjata nuklir di Ukraina, dan peringatan terhadap ini dari Presiden AS Joe Biden.
Indikasi Nuklir
Para pejabat di AS dan Inggris mengatakan mereka yakin kemungkinan Putin melakukan ancaman terselubung ini kecil.
Ketika ditanya apakah sambungan telepon itu telah dijadwalkan sebagai tanggapan atas masalah ini, Brigjen. Jenderal Pat Ryder mengatakan bahwa sementara petunjuk Putin "tidak bertanggung jawab dan mengkhawatirkan", AS telah melihat "tidak ada indikasi saat ini" bahwa Rusia telah memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir.
Advertisement
Hubungan Dingin AS-Rusia
Hubungan yang sudah dingin antara AS dan Rusia semakin memburuk sejak invasi ke Ukraina.Â
Para pemimpin kedua negara mengadakan pertemuan pada pertengahan 2021, yang digembar-gemborkan sebagai langkah positif menuju hubungan yang lebih baik. Tetapi kemajuan ini terhenti karena ketegangan meningkat di Ukraina.
Putin dan Biden mengadakan beberapa panggilan di bulan-bulan sebelum perang, di mana presiden AS memperingatkan mitranya dari Rusia untuk mundur.
Namun, masih belum ada pembicaraan antara para pemimpin sejak invasi.
Â
Antara Biden dan Putin
Keduanya dijadwalkan menghadiri KTT G20 di Indonesia bulan depan, tetapi juga telah mengindikasikan bahwa mereka akan menghindari pertemuan.
AS menanggapi perang dengan paket sanksi terhadap Rusia, di samping bantuan militer yang signifikan ke Ukraina.
Awal pekan ini Biden menuduh Putin mencoba mengintimidasi warga Ukraina agar menyerah, setelah Rusia mengumumkan darurat militer di empat wilayah Ukraina yang baru saja dicaplok.Â
Presiden Rusia sekarang berada dalam "posisi yang sangat sulit", katanya, dan "satu-satunya alat yang tersedia baginya adalah untuk secara brutal menyiksa warga negara di Ukraina".
Rusia sebelumnya mengecam AS dan Barat karena berusaha mempengaruhi perang dengan memasok senjata dan bantuan lainnya ke Ukraina.
Dalam salah satu pidatonya yang paling anti-Amerika sejauh ini, Putin menuduh Barat sebagai "kolonial" bulan lalu, ketika menandai pencaplokan empat wilayah Ukraina.
Advertisement