Liputan6.com, Amman - Arab Saudi memberikan donasi fantastis sebesar US$ 27 juta (Rp 420 miliar) kepada pengungsi Palestina. Dana itu disalurkan melalui United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA).
Duta Besar Arab Saudi untuk Yordania, Nayef Al-Sudairi, menyerahkan cek donasi tersebut kepada Komisioner Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini di Kedutaan Besar Arab Saudi di Amman.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan laporan Saudi Gazette, Senin (24/10/2022), Dubes Al-Sudairi mengumumkan bahwa total donasi Arab Saudi ke Palestina telah mencapai US$ 5,2 miliar sejak tahun 1999. Ini termasuk bantuan untuk Palestinian National Authority dan bantuan langsung di berbagai sektor.
Sejumlah sektor di Palestina yang dibantu Arab Saudi adalah infrastuktur, kesehatan, pendidikan, makanan, agrikultur, air, sipil, hingga lingkungan.
Pemberian donasi pada Minggu (23/10) juga dihadiri oleh Nayef Al-Qadi yang merupakan ketua Komite Palestina di Senat Yordania. Bantuan itu akan digunakan di kawasan negara tersebut.
Dubes Saudi berkata donasi Saudi ini juga karena memahami pentingnya kinerja UNRWA dalam membantu para pengungsi Palestina.
"Dukungan ini timbul dari kepercayaan tegas Kerajaan terkait pentingnya bantuan yang UNRWA berikan kepada lebih dari 5,4 juta pengungsi Palestina melalui program-program pendidikan dan kesehatan, serta layanan pertolongan, sosial, dan peluang kerja yang ia (UNRWA) ciptakan agar rakyat Palestina menikmati hidup yang bermarbat," ujar Dubes Arab Saudi Nayef Al-Sudairi.
Berdasarkan situs UNRWA, Yordania menampung lebih dari dua juta pengungsi Palestina. Lazzarini pun turut memberikan apresiasi terhadap bantuan dari Arab Saudi.
(US$ 1: Rp 15.579)
Uni Eropa Tekan Israel Wujudkan Solusi Dua Negara dengan Palestina
Sebelumnya, Uni Eropa berjanji untuk menekan Israel terkait perlakuannya terhadap bangsa Palestina, perluasan permukimannya di wilayah pendudukan, serta terhentinya proses perundingan damai dengan Palestina.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, “Perdana Menteri [Lapid], kami sangat tergugah oleh dukungan yang jelas terhadap solusi dua negara yang Anda sampaikan dalam pidato Anda di Majelis Umum PBB. Akan tetapi, kami juga prihatin akan ketegangan dan kekerasan yang terus berlanjut di lapangan dengan langkah-langkah sepihak yang terus diambil [Israel], seperti perluasan permukiman dan masalah keamanan.”
Borrell merujuk pada pernyataan Perdana Menteri Israel Yair Lapid 22 September lalu pada sidang Majelis Umum PBB di New York yang menyerukan agar solusi dua negara menjadi jalan keluar konflik Israel-Palestina selama puluhan tahun.
“Kesepakatan dengan Palestina, berdasarkan dua negara untuk dua bangsa, adalah hal yang tepat bagi keamanan Israel, ekonomi Israel dan masa depan anak-anak kita,” kata Lapid, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (5/10).
Penyebutan solusi dua negara, untuk pertama kalinya oleh seorang pemimpin Israel di Majelis Umum PBB setelah bertahun-tahun, menegaskan dukungan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Israel Agustus lalu terhadap proposal yang sudah lama tidak dibahas itu.
Perdana Menteri Israel Yaid Lapid sendiri mengikuti pertemuan Dewan Asosiasi Uni Eropa-Israel itu secara virtual. Delegasi Israel di Brussels dipimpin oleh Menteri Intelijen Elazar Stern.
Advertisement
Palestina Minta Israel Setop Bunuh Warganya di Tepi Barat
Para pejabat Palestina pada meminta Israel untuk menghentikan kebijakannya yang "berbahaya dan tidak bertanggung jawab" dengan membunuh orang-orang Palestina di Tepi Barat.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara kepresidenan Palestina, membuat pernyataan tersebut menyusul pembunuhan Israel sebelumnya terhadap dua warga Palestina dan melukai tiga orang di kamp pengungsi Al-Jalazone di utara kota Ramallah, Tepi Barat.
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa kepresidenan Palestina mengutuk pembunuhan warga Palestina, dikutip dari laman Xinhua, Selasa (4/10)
Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtaye pada Senin (3/10) mengatakan pada pertemuan mingguan kabinet Palestina di Ramallah bahwa Otoritas Palestina menolak eskalasi Israel di Tepi Barat.
"Eksaserbasi pelanggaran berat hak asasi manusia Palestina, yang terbaru adalah pembunuhan dua pemuda di kamp pengungsi Al-Jalazone, ditolak," katanya dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa "kami menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab penuh dan langsung atas kejahatan ini."
Pihaknya juga menyerukan kepada masyarakat internasional "untuk memecah kebisuannya mengenai darah dan penderitaan warga Palestina."
Pada Senin pagi, dua warga Palestina tewas, dan yang ketiga terluka parah oleh tentara Israel di utara kota Ramallah, Tepi Barat tengah, kata sumber keamanan Palestina dan saksi mata.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa tentara Israel menembak mati dua warga Palestina di dekat Ramallah pada dini hari Senin setelah mereka berusaha menabrak tentara selama serangan penangkapan di daerah tersebut.
Keduanya tewas ketika diduga berusaha untuk "melakukan serangan serudukan" terhadap tentara yang menyerbu kamp pengungsi Jalazone untuk menangkap seseorang yang dicurigai melakukan "aktivitas teror," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan pada hari sebelumnya.
Insiden itu adalah yang terbaru dalam serangan Israel selama enam bulan di Tepi Barat yang diduduki menyusul serangkaian serangan jalanan di Israel.
Robot Israel
Robot Israel bisa menembak gas air mata hingga granat kejut kepada warga Tepi Barat Palestina. Kecerdasan buatan (artificial intelligence) dari robot-robot tersebut juga dipakai untuk melacak warga.
Dilaporkan VOA Indonesia, Jumat (14/10), militer Israel mengatakan teknologi baru itu tidak menimbulkan risiko bagi tentara dan warga sipil, sementara orang Palestina mengatakan senjata itu tidak manusiawi, berbahaya, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Robot itu juga bisa menembakkan peluru berujung spons ke warga Palestina.
Meskipun dipersenjatai dengan amunisi yang tidak mematikan dan tidak sepenuhnya otomatis, sepasang robot senjata di atas menara penjaga di kamp pengungsi al-Aroub di Tepi Barat tetap saja membuat banyak orang Palestina ketakutan.
Dengan satu sentuhan tombol saja, tentara Israel yang berjaga di balik jendela antipeluru menara itu dapat mengaktifkan senjata-senjata tersebut untuk menembak target tertentu.
Orang-orang Palestina mengatakan, senjata di menara itu telah berulang kali menghujani kamp di lereng bukit itu dengan gas air mata. Kamal Abu Hishesh, seorang penduduk kamp al-Aroub, mengatakan senjata itu beroperasi sangat cepat.
"Sangat cepat, bahkan lebih cepat dari yang biasa dilakukan oleh tentara. Bau gas yang dilepaskannya juga lebih kuat dari bau gas dari bubuk senjata. Bom gas air mata yang ditembakkan dapat mencapai ujung kamp dan sampai ke sana. Saya telah melihatnya beberapa kali dan saya bahkan punya videonya,” jelasnya.
Advertisement