Sukses

26 Oktober 1984: Misteri Bunuh Diri Fans Ozzy Osbourne Akibat Lagu Suicide Solution

Seorang musisi heavy metal legendaris Inggris pernah digugat atas kematian penggemarnya yang bunuh diri sembari mendengarkan lagunya.

Liputan6.com, Sacramento - John McCollum, seorang penggemar lagu metal berusia 19 tahun ditemukan tewas tertembak di kamar tidurnya di Indio, California pada 26 Oktober 1984. 

Melansir dari situs History, luka fatal itu ternyata disebabkan oleh dirinya sendiri. Meski demikian, orang tua John meyakini bahwa musisi metal Inggris Ozzy Osbourne bertanggung jawab atas kematian putranya.

Ia mengatakan demikian karena tepat saat bunuh diri, putranya tengah mendengarkan album Blizzard of Oz yang di dalamnya ada lagu berjudul Suicide Solution.

Dalam gugatannya, orang tua John mengklaim bahwa ada lirik tersembunyi dalam lagu itu yang membuat John terhasut untuk bunuh diri. "Pendengar didesak untuk 'mengambil pistol dan mencobanya, tembak, tembak, tembak'," ungkap orang tua John.

Legendaris heavy metal tahun 1970-an, Osbourne menanggapi bahwa Suicide Solution tak memiliki lirik tersembunyi dan justru ditulis dengan tema anti bunuh diri tentang rekan musisinya yang kecanduan alkohol hingga mati.

Secara umum, saat itu legal bagi para musisi di Amerika Serikat untuk mengekspresikan segala bentuk sudut pandang atau perasaan. Namun, menyisipkan secara langsung hasutan untuk melakukan tindak kekerasan spesifik itu ilegal.

Meski demikian, karena standar ini sulit dibuktikan, setiap gugatan untuk meminta pertanggungjawaban selebritis atas dugaan 'penghasutan melalui karya' seringkali gagal.

Di antaranya, pengadilan banding pada stasiun TV NBC dan produser film Born Innocent. Mereka juga tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas pemerkosaan seorang gadis yang diduga terinspirasi dari pertunjukan film di stasiun TV tersebut.

Pada kasus John McCollums, pengadilan California mengakhiri gugatan itu pada tahun 1988 dengan keputusan bahwa bunuh diri John bukan karena lagu Osbourne.

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

 

2 dari 4 halaman

Selain Kontroversi Harvey Weinstein, Ini 3 Sisi Gelap Soal Dunia Hiburan

Industri hiburan seringkali kontroversial, misalnya dunia Hollywood. Setelah sisi lain mega-produser Harvey Weinstein dan orang-orang kuat lainnya di Hollywood terungkap, hal ini kembali menyakinkan kita bahwa terdapat banyak rahasia kelam di industri hiburan itu.

Di balik ketenaran, ada juga kedangkalan yang mengejutkan, pelecehan, patah hati, dan lebih dari sekadar kejahatan kecil. Mengutip listverse, berikut tiga rahasia kelam dan kisah mengerikan yang membuka tutup industri hiburan.

Paparazi

Pada tahun 2016, seorang fotografer mengungkapkan bahwa banyak selebritis mempublikasikan foto mereka sebagai pencitraan. Seringkali foto-foto papparazi yang dikira 'candid' oleh penggemar, ternyata rekaan. 

Kim Kardashian adalah salah satu bintang yang mempekerjakan paparazi. Dia mengirim pesan kepada fotografer di seluruh dunia secara teratur untuk memotretnya. Kardashian mengulas setiap gambar, bahkan mengedit foto-foto itu sebelum dijual ke majalah.

Jauh sebelum Kardashian memiliki paparazi di telapak tangannya, Spencer Pratt dan Heidi Montag dari MTV's The Hills memiliki perjanjian 50/50 dengan perusahaan Pacific Coast News. 

Mereka membuat pose "tembakan over-the-top murahan" yang seolah tidak disengaja, kemudian menjualnya ke majalah di seluruh dunia. Pratt menyebutnya "pertunjukan terbaik yang pernah ada," dan meraup lebih dari $ 1 juta (Rp 14,4 miliar) dengan menjual foto-foto itu. 

Para selebritis menganggap 'papparazi' sebagai hubungan kerja yang saling menguntungkan.

Zat Ilegal Diizinkan

Aktor legendaris Dennis Quaid mengungkapkan bahwa dia memiliki kecanduan kokain bahkan sebelum dia menjadi bintang besar. 

Ketika pertama kali pindah ke Los Angeles pada 1974, dia mencoba mengonsumsi narkoba di sana-sini. Bersamaan dengan itu, dia semakin tenar hingga dipesan untuk tampil di film-film arus utama. 

Dia mengungkapkan bahwa kokain terdaftar dalam anggaran film—disamarkan sebagai “uang kecil” untuk menjaga rahasia obat-obatan. Dia juga mengklaim obat itu diberikan secara bebas di lokasi syuting karena itu adalah norma, dan sesuatu yang dilakukan semua orang. 

Melihat ke masa-masa itu, Dennis menyebut kecanduan kokainnya sebagai salah satu kesalahan terbesarnya. Aktor itu mengatakan kecanduan obat menyebabkan seluruh hidupnya berantakan.

Di sisi lain, Jack Nicholson telah berbicara terus terang tentang penggunaan narkoba. Dalam sebuah wawancara tahun 1980, dia berkata, "Narkoba bukan masalah besar," dan dia masih suka mabuk "sekitar empat hari seminggu."

Pelecehan Anak

Predator di industri ini telah menjadi rahasia umum selama beberapa dekade, dan akhirnya, beberapa eksekutif dan bintang top Hollywood telah dikeluarkan karena dugaan perilaku tidak pantas mereka dengan anak kecil. 

Pertengahan 2021, Kevin Spacey diekspos karena diduga mengambil keuntungan dari aktor muda berusia 14 tahun.

Di tahun yang sama, Corey Feldman selalu vokal tentang seorang tokoh top Hollywood yang pernah melecehkannya saat dia masih remaja.

Setelah skandal Weinstein, Feldman akhirnya menemukan keberanian untuk menyebutkan nama tersangka pelaku pelecehan dalam sebuah episode The Doctor Oz Show.

Feldman menuduh aktor Jon Grissom melecehkannya kembali pada 1980-an dan mengatakan bahwa Grissom terus mengejeknya dan memamerkan dugaan tindakannya dengan menyimpan foto mereka berdua di halaman Myspace-nya. 

Ini hanyalah satu kasus dugaan perilaku yang tidak pantas di industri ini, dan banyak yang percaya bahwa ada lebih banyak rahasia tersembunyi yang pasti akan terungkap pada waktunya.

 

 

3 dari 4 halaman

Kisah Voice of Baceprot yang Kian Tenar hingga Eropa: Kami Bukan Model Hijab!

Meski demikian, tak selamanya industri hiburan penuh dengan sisi kelamdan kabar buruk dibalik karya-karyanya. Di Indonesia, sebuah grup metal berisikan tiga perempuan berhijab justru terus memberikan kabar baik.

Voice of Baceprot (VoB), grup band metal asal Garut, Jawa Barat, kembali menyambangi Eropa dalam tur konser 2022. Kali ini mereka tampil di "tanah kudus" penggemar heavy metal dunia, Wacken Open Air, Jerman.

Mengutip DW Indonesia, Sabtu (3/9/2022), perjalanan panjang melelahkan mereka lewati sejak akhir Juli, dari Indonesia ke Eropa.

Dalam hitungan hari, grup band Voice of Baceprot (VoB) tampil berbagai negara: Republik Ceko, Belanda, Denmark dan Jerman.

Meski demikian tiada keluhan letih ataupun lainnya ketika Deutsche Welle (DW) mewawancarai ketiganya di sela jadwal manggungnya di Eropa. Yang ada canda tawa menyelingi perbincangan yang kadang terlalu serius. Misalnya soal bagaimana mereka semakin intensif mengangkat tema hak-hak perempuan dalam lagu-lagu mereka.

"Kami membuat lagu umumnya dari pengalaman sehari-hari. Jadi apa yang kami dengar, apa yang kami lihat, dan apa yang kita alami sendiri," ujar Firdda Marsya Kurnia, anggota VoB, yang dalam gelaran Colours of Ostrava, di Ceko tampil satu panggung dengan artis papan atas seperti grup band rock Franz Ferdinand dan The Killers.

 

4 dari 4 halaman

Kerap Dinilai Seram, Penyuka Heavy Metal Rupanya Punya Kepribadian Lembut

Kembali membahas tentang stereotip industri hiburan, khususnya musik metal. Seringkali, jenis musik ini dianggap identik dengan kekerasan. Namun, para peneliti mengungkap fakta sebaliknya, pencinta musik ini justru cenderung memiliki karakter yang lembut.

Melansir laman Metal Injection, Jumat, (21/19/2022) ternyata penggemar metal dan penggemar musik klasik memiliki kepribadian yang identik.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan di Universitas Heriot-Watt, di Edinburgh, telah meneliti bahwa penggemar musik klasik dan penggemar musik metal sebenarnya merupakan orang yang memiliki kepribadian yang mirip. 

Hal ini didukung dengan sebuah wawancara yang dilakukan oleh The Guardian yang berhasil menarik kesimpulan serupa.

"Masyarakat umum telah memegang stereotip penggemar heavy metal merupakan seseorang yang sedang depresi, kemungkinan bunuh diri dan membahayakan diri mereka sendiri dan masyarakat umum. Akan tetapi itu adalah hal hal yang cukup rumit," ungkap Adrian North, profesor yang memimpin penelitian. 

Hasil penelitian menunjukkan sebaliknya, penggemar musik metal sama dengan pendengar musik klasik, yaitu cenderung  kreatif, lembut, dan nyaman dengan dirinya sendiri. 

"Kami pikir jawabannya adalah bahwa kedua jenis musik, klasik dan heavy metal, memiliki sesuatu yang spiritual tentang kegemaran mereka, mereka sangat dramatis," ujar North kepada BBC

Penggemar musik metal dan rock juga, ternyata memiliki rasa dan pengetahuan seni tentang apa yang sedang mereka dengarkan, sama seperti penikmat musik klasik.