Sukses

Prajurit Wamil Rusia Mengeluh Kurang Peralatan dan Makanan

Wamil Rusia yang dianggap terburu-buru disebut membuat kurangnya peralatan dan pelatihan untuk prajurit.

Liputan6.com, Moskow - Wajib militer (wamil) Rusia yang terburu-buru membuat prajurit kesulitan mendapatkan kebutuhan di lapangan. Video-video prajurit wamil beredar di media sosial yang mengeluhkan kurangnya peralatan dan kualitas hidup yang buruk.

Para prajurit yang direkrut pada mobilisasi parsial itu juga tak mendapatkan pelatihan mumpuni. Akibatnya, mereka dimajukan ke garis depan meski belum ada kesiapan.

Berdasarkan laporan AP News, Rabu (26/10/2022), beredar video-video di media sosial Rusia yang menampilkan prajurit mengeluhkan akomodasi yang sempit dan kotor. Toilet dipenuhi sampah. Makanan dan obat juga kurang. Beberapa prajurit menunjukkan senjata-senjata yang usang.

"Kami tidak mencari-cari kalian. Kalian yang mencari-cari kami. Sekarang lihat ini. Berapa lama ini akan berlanjut?" ujar seorang prajurit yang marah pada sebuah video.

Presiden Rusia Vladimir Putin menerapkan mobilisasi tersebut untuk mencari 300 ribu pasukan cadangan. Yang dicari sebenarnya adalah yang punya pengalaman tempur.

Namun, aktivis dan kelompok HAM menyebut orang-orang yang tak punya pengalaman militer juga direkrut. Polisi juga dilaporkan mencari-cari calon prajurit di jalanan maupun hotel. Pengecekan kesehatan seringkali terlewatkan.

Aktivis juga berkata etnis minoritas banyak direkrut. Sebelumnya, ada video komunitas Muslim di Dagestan yang unjuk rasa menolak wamil.

Protes pun mencuat di berbagai daerah. Berpuluh-puluh ribu laki-laki Rusia memilih kabur ke negara tetangga untuk menghindari disuruh masuk militer untuk kemudian menyerang Ukraina.

Analis militer Pavel Luzin di Tufts University berkata kebijakan Presiden Putin ini tidak akan efisien serta hanya bisa memperlambat gerakan maju prajurit Ukraina.

Luzin berkata pemerintah Rusia hanya "memperlambat penderitaan."

"Tentaranya tidak siap untuk mobilisasi. Mereka tak pernah disiapkan untuk itu," ujarnya.

Hingga menjelang akhir Oktober 2022, Rusia telah merekrut 220 ribu orang.

2 dari 4 halaman

PM Baru Inggris Rishi Sunak Akan Tegas ke Rusia

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri baru Inggris Rishi Sunak sepakat dalam pembicaraan pada Selasa (25 Oktober) untuk bekerja sama mendukung Ukraina dan melawan China, kata Gedung Putih.

Dilansir Channel News Asia, Rabu (26/10), mereka berbicara untuk pertama kalinya beberapa jam setelah Sunak menjadi perdana menteri ketiga Inggris tahun ini. 

Kedua pemimpin juga menegaskan kembali "hubungan khusus" yang ada antara Amerika Serikat dan Inggris, dan mengatakan mereka akan bekerja sama untuk memajukan keamanan dan kemakmuran global, sambung pernyataan Gedung Putih. 

"Para pemimpin sepakat tentang pentingnya bekerja sama untuk mendukung Ukraina dan meminta pertanggungjawaban Rusia atas agresinya," kata pernyataan itu tentang perang yang dipicu oleh invasi Rusia ke tetangganya yang pro-Barat pada Februari.

Gedung Putih mengatakan Biden dan Sunak juga setuju untuk "mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh China", yang telah diidentifikasi Washington sebagai saingan geopolitik dan ekonomi utamanya di panggung dunia saat ini.

Downing Street sebelumnya telah merilis pernyataan yang mengatakan bahwa pasangan itu "membahas sejauh mana kerja sama Inggris-AS, baik secara bilateral maupun di kawasan seperti Indo-Pasifik", serta masalah yang lebih kontroversial dari Irlandia Utara.

Sebelumnya pada hari Selasa, Biden telah memberi selamat kepada Sunak dalam sebuah tweet

3 dari 4 halaman

Hubungan Inggris-AS

Perang antara Rusia dengan Ukraina sudah berlangsung hampir 250 hari dan belum ada tanda-tanda berakhir sampai saat ini. Dampak perang tersebut sudah menjalar ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. 

Invasi yang dilakukan Rusia pada Ukraina pada Februari 2022 telah mendorong kenaikan harga energi dan pangan dunia. Saat ini, beberapa negara sudah mengalami krisis energi dan pangan.  

"Seiring pecah perang Rusia dan Ukraina yang membuat harga energi menjadi tinggi dan tidak menentu," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam rangkaian acara G20 yang diselenggarakan Himpuni di IPB International Convention Center Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/10).

Luhut mengaku mendapatkan banyak informasi dari situasi terkini di Ukraina. Katanya situasi di sana semakin sensitif. Apapun bisa terjadi karena situasi yang kian memburuk.

"Kita tidak bisa tahu apa yang terjadi karena kedannya cukup sensitif saat ini di sana," kata dia.

Maka, dia pun meminta semua pihak bersiap dengan berbagai kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Presiden Joko Widodo pun sudah sering mengingatkan agar semua masyarakat bersiap.

Luhut berharap semua pihak bisa mempersiapkan diri dari kondisi buruk yang akan terjadi. Sehigga bila tiba saatnya nanti dampak buruk dari perang Rusia dengan Ukraina bisa makin diminimalisir dampaknya ke Indonesia,

"Saya ingatkan juga, anything good happen. Oleh karena itu kita harus melakukan langkah-langkah terbaik agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," pungkas Luhut Binsar Pandjaitan.

4 dari 4 halaman

Rusia Gelar Serangan Besar pada Jaringan Energi Ukraina

Rusia telah meluncurkan "serangan besar-besaran baru" yang menargetkan jaringan energi Ukraina, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dia mengatakan serangan itu dalam skala "sangat luas", menghantam wilayah Ukraina di barat, tengah, selatan dan timur, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (23/10).

Hampir 1,5 juta rumah tangga tidak memiliki listrik, kata Kyiv.

Tetapi Zelensky mengatakan sebagian besar rudal dan drone Rusia ditembak jatuh, dan serangan semacam itu tidak akan menghentikan kemajuan militer Ukraina.

"Tentu saja, kami belum memiliki kemampuan teknis untuk menembak jatuh 100% rudal Rusia dan menyerang drone. Kami secara bertahap akan sampai pada ini - dengan bantuan mitra kami, saya yakin akan hal ini," kata pemimpin Ukraina itu dalam pidato videonya pada Sabtu malam.

Hampir sepertiga dari pembangkit listrik Ukraina dan fasilitas pembangkit energi lainnya telah hancur dalam gelombang serangan udara sejak Senin pekan lalu.