Liputan6.com, Jakarta - Para Menteri Luar Negeri ASEAN baru saja mengadakan pertemuan tertutupnya di kantor Sekjen ASEAN di Jakarta, yang secara khusus membahas soal Myanmar.
Pertemuan para Menlu ini dilakukan sebagai tindak lanjut kesepakatan pertemuan informal Menlu ASEAN di New York City, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pada bulan September lalu.
Baca Juga
Tujuan dari pertemuan Special Meeting ini adalah untuk memberikan masukan mengenai isu Myanmar kepada para pemimpin ASEAN yang akan bertemu dalam KTT bulan November di Phnom Penh, di bawah keketuaan Kamboja.
Advertisement
Menlu RI Retno Marsudi pun turut ikut serta hadir dan menyuarakan keprihatinan Indonesia terkait isu tersebut. Ia menginformasikan bahwa beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi telah mengirikan surat kepada PM Kamboja, Hun Sen pada 16 September lalu bahwa KTT ASEAN mendatang penting untuk membahas implementasi (5-Point Consensus) 5PC.
PM Hun Sen pun telah menjawab surat tersebut dan menyampaikan menugaskan para Menlu ASEAN untuk mempersiapkannya. Hal itulah yang menjadi latar belakang Pertemuan Khusus para Menlu ASEAN hari ini.
Menlu Retno pun mengatakan bahwa seluruh Menlu ASEAN menyampaikan concern dan kekecewaan terhadap tidak adanya kemajuan signifikan dari pelaksanaan 5PC.
"Sangat jelas kekhawatiran ini dan bahkan beberapa negara menyampaikan rasa frustrasinya terhadap tidak adanya kemajuan ini," ujarnya dalam press briefing bersama media pada Kamis (27/10/2022).
Situasinya Justru Memburuk
Bahkan, situasinya justru kian memburuk.
"Bahasa yang dipakai oleh Chair adalah “deteriorating and worsening.” Dan ini merupakan refleksi dari apa yang disampaikan oleh para Menlu ASEAN," tambah Menlu Retno.
5PC sendiri merupakan keputusan para pemimpin ASEAN, dan hasil dari suatu pertemuan khusus di mana Jenderal Min Aung Hlaing juga hadir dan ditujukan untuk membantu Myanmar mengatasi krisis politiknya.
Advertisement
Kekhawatiran Indonesia
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia juga menyampaikan concern terhadap terus meningkatnya kekerasan di Myanmar yang telah memakan banyak korban masyarakat sipil.
"Dalam pertemuan tadi, Indonesia menyampaikan data-data mengenai meningkatnya tindak kekerasan yang terjadi sejak terjadinya kudeta sampai saat ini," tambah Menlu Retno.
Ia mengatakan bahwa keprihatinan masih terus berlangsungnya tindakan kekerasan yang memakan korban sipil disampaikan juga oleh para Menlu lain.
Mengecam Serangan di Konser
Menlu menegaskan bahwa serangan yang dilakukan oleh Junta Militer Myanmar pada saat pelaksanaan konser musik di Kachin harus dikecam dan tidak dapat diterima.
"Indonesia menyampaikan duka cita dan simpati kepada para korban dan keluarganya. Tindakan kekerasan sekali lagi harus segera dihentikan," ujar Menlu lagi.
Indonesia menyampaikan agar pesan inilah yang harus segera disampaikan kepada Tatmadaw.
Advertisement