Sukses

Vladimir Putin Bantah Musuhan dengan Barat

Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku menentang bentuk-bentuk fobia terhadap negara.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin berkata menolak berbagai bentuk Xenofobia kepada negara mana pun. Pada sebuah forum hubungan internasional, retorika Presiden Vladimir Putin tentang Barat juga mulai melunak. 

Berdasarkan laporan media pemerintah Rusia, TASS, Jumat (28/10/2022), Presiden Putin berkata Rusia tidak menganggap siapa pun sebagai musuhnya. 

"Pada keadaan-keadaan konflik brutal terkini, saya akan menjelaskan bahwa Rusia yang merupakan peradaban independen, mandiri, tidak pernah dan tidak menganggap dirinya sebagai musuh Barat," ujar Presiden Putin dalam acara Valdai International Discussion Club.

Presiden Rusia itu berkata menolak berbagai bentuk xenofobia, baik itu Russofobia, Americanofobia, Anglofobia, Francofobia, dan Germanofobia. Hal-hal itu dianggap sama juga dengan anti-Semitisme terhadap orang Yahudi.

Lebih lanjut, Presiden Putin berkata negerinya memiliki sejarah bersama Barat, termasuk tradisi Islam di Barat. Namun, ia berkata ada sisi Barat yang lebih agresif.

"Barat cukup dekat dengan kita dalam banyak hal, kita memiliki akar yang sama dari zaman dahulu kala," ujar Presiden Putin.

"Tetapi ada Barat yang berbeda - agresif, kosmopolitan, neo-kolonial, bertindak atas ide-ide neo-liberal. Dan Rusia tentu tidak akan rekonsiliasi dengan diktat Barat ini," ujar Presiden Putin.

Invasi Vladimir Putin ke Ukraina masih berlanjut sejak Februari 2022 sehingga memicu masalah pangan dan energi di dunia. Belum ada tanda-tanda perang akan berakhir meski Eropa dan Amerika Serikat akan memasuki musim dingin.

2 dari 4 halaman

Diplomat Top China Puji Kemesraan Rusia-RRC

Sebelumnya, diplomat top China yang bertugas di Rusia memberikan pujian tinggi terhadap hubungan Tiongkok dan Rusia. Kepercayaan politik kedua negara dinilai semakin mendalam.

Sentimen itu diungkap oleh Charge d'Affaires China di Rusia, Sun Weidong.

"Relasi China-Rusia telah bergerak menuju era baru perkembangan yang cepat selama 10 tahun terakhir. Pada zaman kooperasi dan kemitraan strategis komprehensif ini, kami tak hanya mampu mempertahankan level tinggi (kerja sama) di bawah tuntunan kepala negara kami, tetapi juga memperdalamnya," ujar Sun Weidong, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Kamis (27/10).

"Level kepercayaan politik di antara negara kita leih tinggi dari sebelum-sebelumnya," lanjut Sun Weidong.

Ia juga mencatat bahwa Beijing dan Moskow secara persisten menggenjot interaksi ekonomi, dagang, serta budaya. Pihak China turut mengapresiasi dukungan Rusia kepada China terkait isu Taiwan dan pelanggaran HAM Xinjiang.

Sementara, China menyebut telah bersikap "secara objektif" terkait invasi Rusia di Ukraina.

"Negara kita selalu mendukung satu sama lain dalam berbagai isu terkait kepentingan mereka, secara erat berkooperasi di panggung internasional. Rusia telah mengadvokasi posisi-posisi China pada sejumlah isu terkait Taiwan, Hong Kong, dan Xinjiang. China pada gilirannya telah secara objektif dan imparsial menilai masalah-masalah yang Rusia hadapi terkait Ukraina," ujar Sun Weidong.

Diplomat China itu tidak secara eksplisit menyebut China membela Rusia, tetapi ia berkata China bersikap kritis pada kebijakan unilateral dan hegemoni Barat yang disebut menjadi penyebab krisis.

Selain hubungan diplomasi, Sun Weidong memuji kerja sama infrastruktur Rusia-China dalam hal energi nuklir, pesawat, mesin roket, hingga navigasi satelit. Pembayaran antara kedua negara juga dilakukan dengan mata uang nasional. Ia yakin hubungan kedua negara akan terus awet.

"Hubungan-hubungan ini tanpa diragukan lagi stabil dan mengarah pada masa depan," ujar diplomat China itu.

3 dari 4 halaman

Rusia Gelar Latihan Nuklir Tahunan, Ini Respons Gedung Putih

Rusia telah memberi tahu Amerika Serikat bahwa latihan nuklir tahunannya telah dimulai, dan akan mencakup peluncuran rudal berkemampuan nuklir mulai Rabu 26 Oktober 2022, menurut dua pejabat AS.

Latihan tahunan ini digambarkan oleh para pejabat AS sebagai agenda "rutin", yang semakin memperjelas retorika Rusia soal peningkatan penggunaan senjata nuklir di Ukraina, dikutip dari cbsnews.com, Rabu (26/10). 

Latihan nuklir bernama "Grom" atau bermakna Guntur ini, melibatkan manuver skala besar kekuatan nuklir strategis, termasuk peluncuran rudal langsung, kata seorang pejabat senior militer awal bulan ini.

"Rusia mematuhi kewajiban pengendalian senjata dan komitmen transparansinya dengan membuat pemberitahuan itu,” kata sekretaris pers Pentagon Brig.

Jenderal Patrick Ryder mengatakan kepada wartawan bahwa AS telah diberitahu tentang latihan tahunan tersebut.

Latihan Rusia itu bertepatan dengan latihan nuklir NATO bernama "Steadfast Noon."

Latihan NATO tahun ini diselenggarakan oleh Belgia, berlangsung dari 17 Oktober hingga 30 Oktober 2022 dan melibatkan 14 negara.

Mesin pembawa bom jarak jauh B-52 AS ikut dalam latihan itu, terbang dari Pangkalan Udara Minot di Dakota Utara. Latihan ini juga mencakup jet tempur generasi keempat dan kelima, tetapi tidak ada senjata langsung yang akan digunakan.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa latihan NATO dimaksudkan untuk memastikan kemampuan pencegahan nuklir NATO "tetap aman, terjamin dan efektif."

Stoltenberg mengatakan, NATO akan "memantau" latihan Rusia dan "akan tetap waspada paling tidak mengingat ancaman nuklir terselubung dan retorika nuklir berbahaya yang telah kita lihat dari pihak Rusia."

Terakhir kali Rusia mengadakan latihan nuklir pada Februari 2022, tepat sebelum invasinya ke Ukraina.

4 dari 4 halaman

AS Tolak Klaim Rusia yang Tuduh Ukraina Sebarkan Radioaktif

Amerika Serikat mengatakan pihaknya menolak klaim bahwa Ukraina bersiap meledakkan sebuah bom kotor.

Rusia berkukuh atas tuduhannya bahwa Ukraina mungkin tengah bersiap meledakkan apa yang disebut sebagai bom kotor, yang menyebarkan bahan radioaktif, meskipun Ukraina, AS, Inggris dan Prancis telah membantah klaim tersebut.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Senin (24/10) mengatakan AS “khawatir tuduhan palsu ini dapat digunakan sebagai dalih Rusia untuk eskalasi lebih lanjut. Dan kami telah dengan jelas mengutarakan kekhawatiran tersebut.”

Lebih lanjut, militer Rusia mengatakan pihaknya telah menyiapkan pasukan untuk menghadapi kemungkinan penggunaan bom kotor oleh Ukraina dalam sebuah serangan yang nantinya akan mengambinghitamkan Rusia. Klaim itu juga telah ditolak keras oleh AS dan sekutunya, dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (26/10/2022).

Ukraina telah menolak klaim Moskow sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari rencana Rusia sendiri untuk meledakkan bom kotor. Sekutu-sekutu Ukraina juga menolak klaim Rusia yang dianggap “terang-terangan keliru.”

Video Terkini