Sukses

Kematian Anak-anak Akibat Ginjal Akut Membayangi Industri Farmasi India

Kasus puluhan anak di Gambia meninggal dunia setelah mengonsumsi sirup obat batuk buatan India kini tengah jadi sorotan. Tragedi itu menambah masalah yang dihadapi oleh sektor farmasi India.

New Delhi - Kasus puluhan anak di Gambia meninggal dunia setelah mengonsumsi sirup obat batuk buatan India kini tengah jadi sorotan. Tragedi itu menambah masalah yang dihadapi oleh sektor farmasi India.

Mengutip DW Indonesia, Sabtu (29/1022), kasus kematian sekitar 70 anak belum lama ini di Gambia menyeret produsen obat India, setelah dilaporkan kondisi anak-anak tersebut memburuk setelah mereka diberi obat batuk sirup yang diproduksi di India. Sirop tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals India dan diekspor ke negara Afrika dengan empat merek berbeda.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa produk tersebut "terkontaminasi" dan memicu gejala termasuk "sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian."

Maiden Pharmaceuticals menanggapi tuduhan itu dengan mengatakan bahwa mereka "dengan tekun mengikuti protokol otoritas kesehatan" dalam proses produksi. Mereka merasa terkejut dan sangat sedih dengan insiden tersebut.

Sebuah panel khusus yang dibentuk oleh pemerintah India belum lama mempresentasikan temuannya tentang tragedi itu. Namun, skandal itu telah menimbulkan pertanyaan tentang industri farmasi India.

India adalah produsen vaksin terkemuka di dunia dan juga merupakan produsen obat generik terbesar — produk farmasi yang lebih murah dibuat agar sesuai dengan obat bermerek dalam kualitas dan kinerja serta keamanan. Lebih dari 20% pasokan obat generik global sudah berasal dari India.

 

2 dari 4 halaman

Ribuan Obat Gagal Uji Keamanan

Sebuah laporan oleh Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) menemukan bahwa 20% dari semua produk farmasi yang dijual di pasar India adalah palsu. Catatan resmi pemerintah mengungkapkan bahwa antara 2007 dan 2020, lebih dari 7.500 obat yang diambil sampelnya hanya di tiga dari 28 negara bagian India dan tiga wilayah persatuan telah gagal dalam tes kualitas.

Pada tahun 2018, Organisasi Pengawasan Standar Obat Pusat mengidentifikasi sekitar 4,5% dari semua obat generik di pasar India di bawah standar. Selain itu, hanya seperempat dari 12.000 unit manufaktur di India yang memenuhi praktik manufaktur yang baik dari WHO.

"Pengawas obat di India kekurangan sumber daya," catat Nakul Pasricha, Presiden dan CEO Pharma Secure India, yang bekerja dengan pembuat farmasi terkemuka untuk melacak dan memverifikasi rantai pasokan mereka dan memastikan keaslian obat.

"Kita perlu memperkuat sistem kita itu," katanya kepada DW. "Jika ekspor kita berada di bawah bayang-bayang karena insiden profil tinggi seperti itu, jelas tidak baik untuk reputasi industri farmasi India."

 

3 dari 4 halaman

Jurus Pemerintah Antisipasi Lonjakan Kasus Gangguan Ginjal Akut Anak

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden dr. Brian Sri Prahastuti mengatakan, pemerintah memperkuat surveillans untuk mengantisipasi lonjakan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak.

Menurut dia, akurasi dan keterpaduan data terkait kasus GGAPA akan didapatkan melalui metode surveillans. Dengan begitu, kebijakan penanganan yang dirumuskan berbasis bukti serta memberikan rasa aman dan perlindungan kepada masyarakat.

"Kami melihat masih ada potensi banyak kasus yang belum terdata dengan baik. Agar ini tidak menjadi fenomena “gunung es”, maka kegiatan surveilans diperkuat," kata dr. Brian dikutip dari siaran persnya, Rabu (26/10/2022).

Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat. Sehingga dapat dilakukan penanggulangan dan tindakan efektif.

Brian menegaskan, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat penanganan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak. Salah satunya, dengan melakukan pembelian antidotum (penawar racun) Fomipizole dari Singapura dan Australia dalam jumlah besar.

Dia menyampaikan dalam penanganan kasus yang dilakukan Kementerian Kesehatan bersama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasien yang mendapatkan terapi antidotum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Brian juga memastikan, bahwa penanganan kasus GGAPA dilakukan secara holistik dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah telah mengupayakan semua pilihan kebijakan tetap berpijak pada perlindungan masyarakat.

"Mulai dari tindakan preventif seperti penguatan sosialisasi kepada keluarga, hingga tindakan kuratif seperti hemodialisa (cuci darah) dan pemberian antidotum," jelas dia.

 

4 dari 4 halaman

Ini Daftar 156 Obat Sirup Aman, Boleh Diresepkan Nakes

Kementerian Kesehatan RI mengatakan para tenaga kesehatan (nakes) sudah bisa meresepkan 156 obat sirup yang aman ke masyarakat umum. Daftar obat sirup tersebut sudah sesuai dengan rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

“Jenis obat yang boleh digunakan sesuai dengan rekomendasi Badan POM (BPOM)," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dokter Mohammad Syahril.

Total 156 obat sirup aman ini mengacu pada pengumuman dari BPOM RI pada Minggu, 23 Okober 2022. BPOM mengatakan ada 133 jenis obat sirup pada lampiran 1 dan 23 merk obat pada lampiran 2A yang bisa digunakan.

Obat ini dipastikan tidak menggunakan pelarut Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin/Gliserol, dan aman sepanjang digunakan sesuai aturan pakai, tegas Syahril.

Berikut daftar 156 obat sirup aman, boleh diresepkan nakes:

Nama Produk – Bentuk Sediaan – Pemilik Izin Edar – Kegunaan

1. Aficitrin – Sirup – Afifarma – Obat Cacing.

2. Alerfed – Sirup – Guardian Pharmatama – Obat Flu.

3. Alergon – Sirup – Konimex – Obat Alergi.

4. Amoxicillin Trihydrate – Drops – Meprofarm – Antibiotika.

5. Amoxsan – Drops – Caprifarmindo Laboratories – Antibiotika.

6. Asterol – Sirup – Meprofarm – Obat Asma.

7. Avamys – Suspensi – Glaxo Wellcome Indonesia – Obat Alergi.

8. Avamys – Suspensi – Glaxo Wellcome Indonesia – Obat Alergi.

9. B–Dex – Sirup – Nulab Pharmaceutical Indonesia – Obat Alergi.

10. Bdm – Sirup – Nulab Pharmaceutical Indonesia – Obat Alergi.

Selengkapnya di sini...