Sukses

Selain Itaewon, Ini 4 Tragedi Perayaan Halloween Berujung Korban Jiwa

Korban tewas dalam insiden Halloween di Itaewon, Korea Selatan bertambah menjadi 151 orang.

Liputan6.com, Itaewon - Korban tewas dalam insiden Halloween di Itaewon, Korea Selatan bertambah menjadi 151 orang, demikian laporan dari BBC.

Korban tewas termasuk 19 warga negara asing, kata layanan darurat, namun belum mengonfirmasi dari negara mana saja. 

Dikutip dari laman BBC, Minggu (30/10/2022) kala itu, terjadi kerumunan besar manusia yang berkumpul di Itaewon.

Wilayah ini memang dikenal sebagai area dengan kehidupan malamnya yang populer.

Sebagian besar korban adalah remaja dan orang dewasa berusia 20-an, kata petugas pemadam kebakaran yang membantu proses penyelamatan.

Laporan lain mengatakan, aksi himpit mengimpit ini dimulai di gang sempit ketika orang-orang di kerumunan jatuh. Ini adalah acara Halloween tanpa masker pertama di luar ruangan sejak pandemi.

Bukan hanya tragedi Itaewon, Korea Selatan ada sejumlah kisah nyata terkait Halloween yang malah menjadi malapetaka. Memakan korban hingga hilang tak ditemukan hingga hari ini.

Seperti dikutip dari laman RD.com, Minggu (30/10/2022) berikut 4 kejadian nyata di hari Halloween yang berujung malapetaka:

2 dari 5 halaman

1. Tempat yang salah di waktu yang salah

Pada tahun 1992, seorang pelajar valuta asing Jepang berusia 16 tahun di Baton Rouge, Louisiana, membayar harga tertinggi setelah secara tidak sengaja membunyikan bel pintu yang salah dalam perjalanannya ke pesta Halloween, lapor Japan Today.

Yoshihiro Hattori tidak terbiasa dengan lingkungan itu, ketika dia dan seorang temannya tiba di rumah Rodney Peairs, seorang tetangga di dekatnya yang membuka pintu dengan membawa pistol Magnum.

Meskipun Hattori diduga berkata, "kami di sini untuk pesta," Peairs mengklaim bahwa dia mengkhawatirkan nyawanya dan memerintahkan siswa untuk "Diam!".

Ketika Hattori salah memahami perintah itu dan terus mendekat, Peairs menembaknya. Setelah diinterogasi, pelaku ditangkap namun kemudian dibebaskan dari tuduhan pembunuhan. Tidak diketahui jenis kostum Halloween yang dikenakan Hattori sehingga menimbulkan reaksi seperti itu.

3 dari 5 halaman

2. Akhir yang mematikan

Pada hari Halloween tahun 1963, Indiana State Fair mengadakan pameran seluncur es "Holidays on Ice" yang dihadiri ratusan orang.

Grand finale bukanlah yang diharapkan siapa pun: Tanpa sepengetahuan penyelenggara di Indiana State Fairgrounds Coliseum, gas propana telah bocor dari tangki terdekat ke dalam ruangan yang berventilasi buruk.

Selama aksi terakhir yang disebut "Mardis Gras," gas propana terbakar, menyebabkan ledakan mengerikan yang mendorong penonton dari kursi mereka.

Korban tewas adalah 74, dan 400 orang lainnya luka-luka.

4 dari 5 halaman

3. Sebuah lelucon

Tradisi melempar telur ke orang-orang pada Halloween paling sering dilakukan, sebab ini adalah lelucon yang tidak berbahaya atau paling buruk. Namun, ternyata itu bisa mematikan.

Itulah yang terjadi pada Karl Jackson, petugas entri data berusia 21 tahun di Morgan Stanley, yang biasanya tidak pernah meninggalkan rumah pada Halloween, karena menurutnya itu berbahaya.

Nahas, pada 31 Oktober 1995, ketakutan terburuknya menjadi kenyataan, lapor New York Times.

Jackson telah memutuskan untuk menjemput putra pacarnya dari pesta. Di tengah perjalanan, sekelompok remaja melempari mobilnya dengan telur, sehingga Jackson keluar untuk menghadapi mereka. Tapi ketika dia kembali ke mobil, salah satu orang iseng menarik pistol dan menembak kepalanya dengan fatal.

5 dari 5 halaman

4. Hilang tanpa jejak

Sampai hari ini, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Hyun Jong "Cindy" Song, seorang siswa pascasarjana berusia 39 tahun di Penn State Univesity yang menghilang tanpa jejak setelah meninggalkan pesta Halloween tengah malam pada tahun 2001.

Song sempat mampir ke teman temannya pulang pada dini hari, masih mengenakan kostum kelinci, dan menerima tumpangan pulang sekitar pukul 04:00.

Sedikit mabuk, dia berhasil masuk ke dalam rumahnya dan meletakkan barang-barangnya, termasuk ransel dan ponsel.

Dia bahkan sempat melepaskan bulu mata palsunya. Tapi Song sendiri tidak pernah terlihat lagi setelah itu. Penyelidik tidak menemukan bukti 'permainan curang' dan tidak ada aktivitas di kartu kredit atau ponselnya. Kasus itu akhirnya membeku dan tak terpecahkan.