Liputan6.com, Washington D.C - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Rabu (2/11) menawarkan hadiah hingga lima juta dolar dan berupaya mendapatkan informasi untuk menyudahi piranti keuangan yang digunakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ilegal yang mendukung proliferasi senjata, pencucian uang dan operasi dunia maya tertentu yang dilakukan Korea Utara.
Departemen Luar Negeri Amerika akhir pekan ini juga berencana memanggil individu-individu tertentu yang menghindari sanksi Amerika dan PBB dengan secara diam-diam mengirim BBM ke Korea Utara.
Baca Juga
Upaya Amerika untuk memberantas kegiatan terlarang Korea Utara ini terjadi di tengah penembakan rudal Pyongyang yang belum pernah terjadi sebelumnya dan meningkatnya ancaman nuklir, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (3/11/2022).
Advertisement
Militer Korea Utara Rabu pagi mengatakan pihaknya menembakkan tiga rudal ke arah wilayah Korea Selatan.
Para pejabat Amerika juga menyampaikan keprihatinan mendalam tentang proliferasi senjata Korea Utara. Juru bicara Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Amerika memiliki informasi yang mengindikasikan Korea Utara telah secara diam-diam memasok sejumlah peluru artileri kepada Rusia untuk perangnya di Ukraina.
Di Pyongyang, Kementerian Luar Negeri Korea Utara Senin lalu (31/10) menuntut Amerika dan Korea Selatan untuk menghentikan latihan militer berskala besar, menyebutnya sebagai provokasi yang dapat memicu “tindakan lanjutan yang lebih kuat dari” Korea Utara.
“DPRK (Korea Utara) tahu betul bahwa latihan militer yang kami lakukan murni bersifat defensif,” balas juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Ned Price Selasa (1/11).
Uji Coba Nuklir Korea Utara
Ia mengacu pada Korea Utara. Ia juga mengingatkan biaya dan konsekuensi besar jika Korea Utara melanjutkan uji coba nuklir ketujuhnya.
Sebuah sumber diplomatik yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada VOA bahwa Korea Selatan, bersama dengan Amerika, memiliki “kemampuan penuh” untuk “menghapus” Korea Utara dari peta jika Pyongyang melancarkan serangan terhadap Seoul.
Dia mengatakan Korea Selatan saat ini tidak memiliki rencana untuk meminta Amerika menyebarkan kembali senjata nuklir taktis yang ditarik Washington dari Seoul pada awal 1990-an.
Program “Rewards for Justice” yang dikelola oleh dinas keamanan diplomatik Departemen Luar Negeri Amerika ini sejak tahun 1984 telah membayar lebih dari 250 juta dolar kepada lebih dari 125 orang yang memberikan informasi yang telah membantu mengatasi ancaman terhadap keamanan nasional AS.
Advertisement
Korea Utara Luncurkan 23 Misil dalam Sehari, Korea Selatan Balik Serang
Korea Utara dan Selatan telah menembakkan sejumlah rudal ke perairan dekat pantai masing-masing wilayahnya. Ini pun memperlihatkan peningkatan permusuhan yang nyata.
Korea Utara meluncurkan sebagian besar misilnya dalam satu hari - setidaknya 23 misil - termasuk yang mendarat kurang dari 60 km (37 mil) dari kota Sokcho di Selatan.
Dilansir BBC, Kamis (3/11/2022), Seoul menanggapi dengan pesawat tempur menembakkan tiga rudal udara-ke-darat di atas garis demarkasi maritim yang disengketakan. Kemudian Pyongyang menembakkan enam rudal lagi dan rentetan 100 peluru artileri.
Korea Utara mengatakan peluncuran itu sebagai tanggapan atas latihan militer skala besar yang saat ini diadakan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang disebutnya "agresif dan provokatif".
Pada hari Selasa, Pyongyang memperingatkan mereka akan membayar "harga paling mengerikan dalam sejarah" jika mereka melanjutkan latihan militer bersama mereka, yang dipandang sebagai ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dan rekannya dari Korea Selatan, Park Jin, mengutuk "peluncuran rudal balistik" Korea Utara.Korea Utara telah menguji rekor jumlah rudal tahun ini karena ketegangan meningkat.
Meskipun sanksi melumpuhkan, Pyongyang telah melakukan enam uji coba nuklir antara tahun 2006 dan 2017, dan dikabarkan akan merencanakan yang ketujuh. Pihaknya terus meningkatkan kemampuan militernya - yang melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa - untuk mengancam tetangganya dan bahkan berpotensi membawa daratan AS dalam jangkauan serangan.
Saling Kirim Serangan
Aksi saling kirim serangan rudal dimulai dengan peluncuran rudal oleh Pyongyang ke perairan dekat Korea Selatan, memicu sirene serangan udara di Ulleung, sebuah pulau yang dikendalikan oleh Seoul.
Warga di sana disuruh mengungsi ke tempat penampungan bawah tanah.
Satu rudal balistik melintasi Garis Batas Utara (NLL), perbatasan maritim yang disengketakan antara Korea.Itu mendarat di luar perairan teritorial Korea Selatan tetapi itu adalah yang paling dekat dengan rudal Korea Utara.
Advertisement