Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini Program Pertukaran Pemuda Australia Indonesia atau Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) memasuki 40 tahun.
"AIYEP adalah pengalaman yang mengubah hidup, yang telah menginspirasi banyak peserta muda untuk belajar lebih banyak hal tentang kedua negara kita," ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM dalam keterangan tertulisnya yang dimuat Sabtu (5/11/2022).
Baca Juga
"AIYEP terus memupuk rasa saling pengertian di antara masyarakat kita, mengembangkan hubungan dekat dan persahabatan yang langgeng," kata Duta Besar Williams.
Advertisement
Gubernur-Jenderal Australia adalah Pembina AIYEP dan memperingati hari jadi pada bulan lalu dengan perayaan di kediaman resminya.
"Program Pertukaran Pemuda Australia-Indonesia adalah salah satu program pendidikan dan pengembangan internasional yang hebat," kata Jenderal (Purn) David Hurley AC DSC.
"Warga kita lah yang menjadi inti dari hubungan Australia-Indonesia yang erat dan berkelanjutan,” kata Gubernur-Jenderal.
Program ini memiliki hampir sebanyak 1.300 alumni AIYEP di Australia dan Indonesia, yang telah sukses berkarir di kedua negara. Pendaftaran dibuka setiap tahun untuk para peserta yang berusia antara 21 hingga 25 tahun.
AIYEP adalah program yang mendukung pertukaran sosial, profesional dan budaya bagi pemuda di Indonesia danAustralia.
AIYEP merupakan program Australia-Indonesia Institute (AII), dengan dukungan dari Pemerintah Australia, dan djalankan dengan kemitraan bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia.
Australia-Indonesia Gandeng Tangan Ciptakan Inovasi Baru untuk Atasi Limbah Plastik di Indo-Pasifik
Bicara soal kerja sama Indonesia-Australia, sebelumnya terjalin juga perihal penanganan sampah plastik.
Berbagai inovasi baru mulai dari solusi pertanian bebas-plastik, hingga teknologi yang mengubah mata pencarian pemulung di Indonesia, adalah sejumlah usaha rintisan berkelanjutan yang tampil dalam "Demo Day", sebagai bagian dari Road to G20 Summit di Bali.
Inovasi-inovasi ini merupakan hasil karya dari Plastic Innovation Hub Indonesia, sebuah kemitraan antara badan sains nasional Australia, CSIRO, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia (Kedaireka) dan Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia (NPAP).
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM, mengatakan kegiatan Demo Day merupakan bagian dari upaya kolaborasi yang telah berjalan untuk mendukung inovasi dalam memecahkan masalah bilateral di bidang lingkungan.
"Kebersihan laut dan perairan kita berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran negara kita. Baik Indonesia dan Australia adalah negara kepulauan yang memiliki keprihatinan yang sama terhadap dampak polusi plastik di laut," kata Duta Besar Williams.
Counsellor CSIRO dan juga Direktur untuk ASEAN, Amelia Fyfield mengatakan "Demo Day" merupakan bagian dari pendekatan secara menyeluruh yang lebih besar untuk menangani sampah plastik di kawasan.
"Mendukung para inovator untuk menerjemahkan teknologi canggih ke dalam solusi nyata adalah penting untuk memecahkan isu global ini, maka sangat menggembirakan dapat bekerja sama dengan mitra kami untuk melatih generasi penerus penggagas perubahan di Indonesia dan Australia," kata Fyfield.
"Kami bangga dapat bekerja secara bilateral karena pada akhirnya, plastik tidak mengenal batas - saat kita menyadari hal ini merupakan isu bersama antara tetangga, dengan begitu kita dapat menemukan solusi jangka Panjang.”
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia, Profesor Nizam, mengatakan bahwa program pelatihan wirausaha Indonesia merupakan bagian dari tujuan utama pemerintah untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia hingga 70 % pada tahun 2025.
"Peran usaha rintisan dalam memajukan inovasi dan pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia menjadi semakinpenting. Usaha rintisan ini memiliki semangat untuk terus tumbuh dan menemukan solusi baru yang akanmenguntungkan seluruh masyarakat," kata Profesor Nizam.
Upaya penting dalam mendukung usaha rintisan yang berkelanjutan ini adalah bagian dari misi CSIRO untuk mengakhiri sampah plastik, dan bekerja untuk mengurangi 80 % sampah plastik yang merusak lingkungan pada tahun 2030.
Advertisement
Lewat Australian Volunteers, Sukarelawan Australia Siap Bantu Pembangunan Indonesia
Bicara soal Australia, sebelumnya program Australian Volunteers kembali terlaksana di Indonesia. Sebelumnya sempat beralih ke kegiatan sukarelawan jarak jauh selama pandemi COVID-19.
"Saya senang melihat sukarelawan Australia memiliki keinginan untuk bertukar pengetahuan dan keterampilan dengan organisasi, masyarakat, dan komunitas lokal di Indonesia," ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams PSM seperti tertuang dalam keterangan tertulis dari Kedubes Australia di Jakarta yang dikutip Rabu (2/8/2022).
"Program Australian Volunteers adalah bagian penting dari program kerja sama pembangunan Pemerintah Australia yang telah berjalan lama," kata Duta Besar Williams.
Program Australian Volunteers merupakan kontributor aktif program pembangunan Australia di Indonesia - mendukung prioritas pembangunan Indonesia sejak tahun 1951.
Australia bangga menjadi negara mitra sukarelawan internasional terbesar di Indonesia.
Sukarelawan Australia di Indonesia melakukan sejumlah kegiatan bekerja sama dengan berbagai organisasi Indonesia baik di sektor swasta maupun publik.
Waktu penugasan untuk para sukarelawan ini dapat berkisar dari beberapa bulan hingga dua tahun.
Sukarelawan Australia yang datang ke Indonesia umumnya berasal dari berbagai kelompok usia dan latar belakang profesional, untuk bekerja di berbagai bidang mulai dari kesehatan, pendidikan, lingkungan, olahraga, seni, dan proyek masyarakat.
Sebelum pandemi, pada 2018-2019, terdapat 155 program penugasan Australian Volunteers di Indonesia. Para sukarelawan bekerja sama dengan organisasi mitra di seluruh nusantara, yang di antaranya terletak di Bali, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Lombok, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Kedubes Australia Resmikan Pojok Baca Anak di Perpustakaan Taman Ismal Marzuki
Sebelumnya, Kedutaan Besar Australia telah meresmikan sebuah pojok baca untuk anak atau Australian Reading Corner di Perpustakaan Jakarta Cikini, tepatnya di Taman Ismail Marzuki (TIM).
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams, menyatakan harapannya atas pembukaan pojok baca tersebut.
"Saya bangga Australian Reading Corner merupakan proyek pertama di bawah program International Book Corner Perpustakaan Jakarta Cikini."
"Saya harap dengan dibukanya Australian Reading Corner dapat memperdalam pengetahuan tentang keragaman budaya.
Pembukaan pojok baca tersebut merupakan kerja sama antara Kedubes Australia dengan Perpustakaan Jakarta, yang harapannya bisa menjadi wadah bagi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan untuk mengeksplorasi beragam jenis buku anak karya penulis Australia.
Selain itu, pengunjung perpustakaan juga dapat membaca dan menikmati informasi tentang mode, arsitektur, seni dan pariwisata Australia.
Dalam peresmian tersebut, hadir pula seorang penulis sekaligus ilustrator asal Australia bernama Jasmine Seymour.
Dengan mengundang siswa-siswi SD dari SDN Kebon Jeruk 10 dan SD Al-Izhar, ia melakukan sejumlah kegiatan seperti mendongeng dan menggambar bersama anak-anak. Selain itu, ia juga mengadakan kelas menulis kreatif di Jakarta dan Surabaya.
Advertisement