Liputan6.com, Prey Roka: Sekilas Bou Meng tampak biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa dari pria berusia senja ini. Padahal, beberapa tahun silam, dia menjadi seorang di antara tujuh korban kekerasan Khmer Merah yang berhasil lolos dari maut. Baru-baru ini, Bou Meng meninggalkan desanya. Ia bertolak ke Phnom Penh untuk menemui para penegak hukum di ibu kota Kamboja. Bou Meng bertekad menghabiskan sisa hidupnya untuk menyeret para penyiksanya ke meja hijau.
Menurut Bou Meng, selain ingin menunjukkan bahwa dirinya masih hidup, ia juga ingin mengutarakan keinginannya untuk menjadi saksi pengadilan atas sejumlah gembong Khmer Merah yang belum lama ini tertangkap. Ia juga berniat meralat pemberitaan sebuah surat kabar yang menyatakan bahwa dirinya telah meninggal dunia karena usia lanjut.
Kesaksian Bou Meng memang akan sangat berarti. Sebab, ia adalah seorang dari 10.491 warga Kamboja yang ditahan di Kamp Penyiksaan S-21 Phnom Penh pada masa kekuasaan rezim Ultra Maoist. Dari jumlah itu hanya tujuh orang yang berhasil selamat. Sisanya dieksekusi mati di sebuah area yang saat ini disebut The Killing Field.(ULF/Idr)
Menurut Bou Meng, selain ingin menunjukkan bahwa dirinya masih hidup, ia juga ingin mengutarakan keinginannya untuk menjadi saksi pengadilan atas sejumlah gembong Khmer Merah yang belum lama ini tertangkap. Ia juga berniat meralat pemberitaan sebuah surat kabar yang menyatakan bahwa dirinya telah meninggal dunia karena usia lanjut.
Kesaksian Bou Meng memang akan sangat berarti. Sebab, ia adalah seorang dari 10.491 warga Kamboja yang ditahan di Kamp Penyiksaan S-21 Phnom Penh pada masa kekuasaan rezim Ultra Maoist. Dari jumlah itu hanya tujuh orang yang berhasil selamat. Sisanya dieksekusi mati di sebuah area yang saat ini disebut The Killing Field.(ULF/Idr)