Sukses

Vladimir Putin Dukung Jelajah Antartika dan Arktik

Di tengah invasi ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin dukung penjelajahan ke kutub utara dan selatan.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung penjelajahan di Arktik di Kutub Utara dan Antartika di Kutub Selatan. Putin terutama ingin ada proyek eksplorasi di Antartika. 

Ide itu ia ungkap dalam forum internasional Days of the Arctic and Antarctic yang digelar di Moskow pada 10 hingga 11 November. 

"Negara kita telah secara konsisten memprioritaskan pembangunan yang harmonis serta komprehensif di wilayah Arktika, dan membangun kehadiran ilmiah di Antartika. Kita mencoba memperkuat kerja sama internasional di wilayah-wilayah tersebut di planet ini," ujar Presiden Rusia Vladimir Putin seperti dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Jumat (11/11/2022).

Tahun ini, Presiden Rusia itu mencatat bahwa ada perkembangan baru untuk kerja sama Arktik. Pada September 2022, ada ekspedisi North Pole 41 yang menggunakan platform es yang self-propelled (swagerak).

"Proyek teknologi tinggi itu memungkinkan untuk melaksanakan observasi setahun penuh di lingkungan alam di kawasan tersebut dan menyediakan syarat-syarat untuk pekerjaan kompleks dan berani dari para penjelajah polar," ucap Presiden Putin.

Ia juga ingin supaya proyek tersebut memantam permafrost di lingkungan, serta mendukung pembangunan berkelanjutan di kota-kota utara Rusia. Selanjutnya, Presiden Putin ingin ada penjelajahan serupa di Antartika. 

Stasiun Vostok yang berlokasi di Tanah Putri Elizabeth, Antartika, dijadikan contoh oleh Vladimir Putin.

"Tentunya, banyak dari pekerjaan kita yang akan berlanjut di Antartika. Contohnya, stasiun musin dingin kompleks Vostok yang akan memberikan ilmuwan-ilmuwan kita sebuah peluang hebat untuk melancarkan penelitian skala penuh, berdasarkan fasilitas-fasilitas modern," ujar Presiden Vladimir Putin. 

2 dari 4 halaman

Vladimir Putin Tak ke G20 Bali

Beralih ke G20 Bali, Kedutaan besar Moskow di Indonesia telah mengonfirmasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi G20 atau KTT G20 yang akan berlangsung di Bali pada pekan depan. Tepatnya 15-16 November 2022.

"Saya dapat memastikan bahwa (Menlu) Sergey Lavrov akan memimpin delegasi Rusia ke G20. Program Presiden Putin masih dalam proses, ia dapat berpartisipasi secara virtual," kata Yulia Tomskaya, kepala protokol kedutaan kepada AFP Kamis 9 November 2022.

Ketidakhadiran Vladimir Putin juga ditegaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan.

"Putin tidak hadir, karena tadi sudah menyampaikan, dia mengirim Menteri Luar Negeri untuk datang, saya kira itu paling tinggi dan kita menghormati itu," kata Luhut Binsar Pandjaitan kepada awak media di Bali, Kamis (10/11).

Dengan kata lain, dapat dipastikan bahwa Menteri Luar Negeri (Menlu) Sergey Lavrov yang bakal hadir di KTT G20 memimpin delegasi Rusia.

Luhut mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah melakukan komunikasi yang baik. Diharapkan, komunikasi tersebut bisa menurunkan tensi Ukraina dan Rusia.

"Tapi, Presiden sudah menyampaikan beliau sudah berkomunikasi dan kita berharap komunikasi bagus itu bisa menurunkan tensi Ukraina dan Rusia," kata Luhut Binsar Pandjaitan.

 

3 dari 4 halaman

Pengamat: Vladimir Putin Takut Dibunuh

Pengamat politik Sergey Markov mengungkap alasan Presiden Vladimir Putin batal datang, yakni karena faktor malu dan takut dibunuh. Ada kemungkinan pemimpin Rusia itu ditarget oleh negara-negara Barat.

"Ada kemungkinan besar upaya pembunuhan kepada Putin dari petugas khusus dari AS, Inggris, dan Ukraina," ujar Sergey Markov seperti dilaporkan The Independent, dikutip Jumat (11/11).

Isu lainnya adalah potensi Presiden Putin dipermalukan oleh aktivis. Markov yakin ada orang-orang Barat yang merencanakan hal demikian.

"Contoh lain, ada aktivis sosial disabilitas yang menabrak Putin hingga jatuh, seakan-akan kecelakaan. Dan semua media dunia akan menerbitkan foto dengan caption 'Presiden Rusia bertekuk lutut,'" ujar Markov.

Ada pula masalah kekalahan Rusia di Kherson. Pasukan Rusia baru-baru ini dipukul mundur dari Kherson. Wilayah tersebut dianeksasi Rusia melalui referendum yang tidak diakui oleh PBB.

Vladimir Putin pun disebut merasa takut, dan Rusia bisa ditekan agar menyerah secara halus.

"Setelah kekalahan di Kherson, status Rusia sebagai negara besar bisa dipertanyakan," jelas Markov. "Mereka akan memberikan tekanan, dan menuntut kapitulasi halus."

Meski Presiden Putin tidak datang ke G20 Bali, pemimpin dunia seperti Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping akan hadir.

4 dari 4 halaman

Tanpa Putin dan Zelensky, Luhut hingga Sri Mulyani Optimistis KTT G20 Tetap Sukses

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengabarkan, akan ada 17 kepala negara yang bakal hadir dalam KTT G20, termasuk di antaranya Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dan Presiden China Xi Jinping. Menurut Jokowi, konfirmasi kehadiran yang mencapai 17 negara itu terbilang cukup tinggi.

"Saya kira dalam posisi normal tuh biasanya 17-18 (orang). Ini posisi yang tidak normal, dunia sangat sulit, semua negara sangat sulit. Kalau kehadirannya sampai sejumlah itu saya kira sudah sangat bagus," kata Jokowi, dikutip Jumat (11/10/2022).

Senada dengan Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia akan menjadi perhatian dunia dalam penyelenggaraan KTT G20 di Bali. Itu tidak terlepas dari performa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang konsisten naik.

"Dari segi recognition, Indonesia akan menjadi perhatian dunia. Kita juga akan memegang keketuaan ASEAN. Jadi ini tentu akan membuat Indonesia semakin diperhitungkan," ujar Menko Airlangga melalui keterangan tertulisnya.

Optimisme senada sempat dilontarkan Menko Luhut, yang menyebut mandat Presidensi G20 bakal mengukuhkan pengaruh Indonesia di tingkat global.

"Menurut pandangan saya, penyerahan tuan rumah G20 kepada Indonesia menyiratkan bahwa kita tengah meningkatkan pengakuan, pengaruh, dan power secara global. Mereka (negara anggota G20 lain) juga menanti peningkatan peran kita di tingkat regional maupun global," ucapnya.

Luhut bersaksi, para pemimpin dunia telah semakin mengakui posisi Indonesia, khususnya pasca berhasil mengontrol penyebaran pandemi Covid-19 yang marak terjadi di berbagai negara.

"Itu bakal mendongkrak kepercayaan diri bangsa kita bahwa kita dapat menangani masalah yang begitu kompleks melalui disiplin dan kolaborasi. Tidak ada yang tidak bisa kita selesaikan bersama," serunya.