Sukses

China Longgarkan Pembatasan COVID-19, Waktu Karantina Turis Dipangkas Jadi 5 Hari

Pelonggaran pembatasan terkait COVID-19 dilakukan oleh China. tanda pelonggaran terbatas dari kebijakan nol-COVID yang ketat.

Liputan6.com, Beijing - Pelonggaran pembatasan terkait COVID-19 dilakukan oleh China. Negara tersebut dilaporkan telah mengurangi jumlah waktu karantina yang harus dihabiskan para pelancong yang memasuki negara itu.

Selain itu, mengutip CNN, Sabtu (12/11/2022), China juga menghapus pembatasan besar pada penerbangan internasional sebagai tanda pelonggaran terbatas dari kebijakan nol-COVID yang ketat.

Pelonggaran langkah-langkah itu akan membuat pihak berwenang membatalkan apa yang disebut mekanisme circuit breaker (pemutus sirkuit), di mana penerbangan tujuan China ditangguhkan jika sebuah maskapai ditemukan membawa sejumlah penumpang yang dites hasilnya positif COVID-19 saat mendarat.

Penumpang internasional yang masuk dan harus mengikuti persyaratan tes pra-keberangkatan jumlahnya dikurangi dari dua kali menjadi satu kali, dan waktu karantina terpusat wajib mereka pada saat kedatangan dipotong dari tujuh hari menjadi lima hari diikuti dengan tiga hari isolasi rumah.

Pelancong internasional yang tidak memiliki alamat tetap di China masih perlu melakukan karantina total selama delapan hari di hotel.

Langkah-langkah baru itu diumumkan Jumat 11 November 2022, setelah pertemuan badan pembuat keputusan tertinggi Partai Komunis yang berkuasa. Di mana para pemimpin berjanji untuk mempertahankan protokol COVID sambil menekankan perlunya meminimalkan gangguan ekonomi dan sosial.

Namun, pengumuman yang telah lama ditunggu-tunggu itu tidak secara eksplisit menyebutkan kapan perubahan itu akan berlaku.

China adalah ekonomi utama terakhir yang mematuhi kebijakan nol-COVID, menggunakan aturan lockdown cepat, pengujian massal, pelacakan kontak ekstensif, dan karantina untuk membasmi infeksi segera setelah mereka muncul.

Pendekatan toleransi nol telah menghadapi tantangan yang semakin meningkat dari varian baru Virus Corona yang sangat mudah menular, dan biaya ekonomi dan sosialnya yang besar telah menarik reaksi publik yang meningkat.

 

 

2 dari 4 halaman

Respons Positif

Pasar merespons secara positif perubahan karena pembatasan COVID-19 membuat investor internasional gelisah. Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 7% tepat setelah istirahat siang waktu setempat, sementara Indeks Shanghai Composite China daratan naik 2,5%.

Di bawah pedoman baru, orang yang diidentifikasi sebagai kontak dekat dengan kasus COVID-19 juga akan mempersingkat karantina di fasilitas terpusat yang dioperasikan pemerintah, turun dari tujuh hari ditambah tiga hari lagi di rumah, menjadi lima hari dan tiga hari di rumah.

Selain itu, pejabat kesehatan pemerintah tidak lagi diwajibkan untuk melaporkan kontak dekat sekunder dalam banyak situasi.

3 dari 4 halaman

China Tangkap 7 Warga yang Tak Taat Aturan Nol COVID-19

Sebelumnya, polisi di China mengatakan bahwa tujuh orang telah ditangkap akibat bentrokan antara warga dan pihak berwenang.

Sejumlah orang ini ditahan lantaran melanggar aturan nol-COVID-19 yang ditetapkan oleh pemerintah China.

Warga terlibat bentrokan ketika China melaporkan kasus baru secara nasional, dengan 2.230 kasus dilaporkan pada Selasa kemarin di pusat manufaktur dan teknologi selatan Guangzhou.

Meskipun jumlah kasus COVID-19 tetap relatif rendah, China tanpa henti mengejar kebijakan karantina, lockdowb, dan pengujian wajib harian.

Sebuah rilis berita dari departemen kepolisian di Kota Shandong Linyi mengatakan, pihak keamanan akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang “secara ilegal melanggar hak-hak hukum perlindungan pribadi warga negara.”

Langkah-langkah anti-pandemi telah memicu reaksi balik di seluruh negeri, membentuk tantangan yang jarang terlihat bagi otoritas Partai Komunis.

Sejauh ini belum jelas siapa yang ditangkap setelah bentrokan itu. Berita penangkapan muncul di media sosial Selasa pagi, tetapi dihapus oleh sensor negara sebelum tengah hari.

Pemimpin China Xi Jinping telah menjadikan kebijakan "nol-COVID" sebagai ciri pemerintahannya.

China melaporkan perdagangannya menyusut pada Oktober karena permintaan global melemah dan kontrol anti-virus membebani belanja konsumen domestik.

Ekspor turun 0,3% dari tahun sebelumnya, turun dari pertumbuhan September 5,7%. Impor turun 0,7%, dibandingkan dengan ekspansi 0,3% bulan sebelumnya.

Spekulasi tentang kemungkinan relaksasi pasar "nol-COVID" mengguncang pasar, tetapi pemerintah telah merahasiakan rencananya, termasuk kemungkinan mengimpor vaksin asing.

Pekan lalu, akses ke zona industri tempat pabrik yang memproduksi iPhone Apple ditangguhkan selama satu minggu menyusul lonjakan infeksi di Zhengzhou.

Apple pada Minggu mengumumkan bahwa pelanggan harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan model iPhone terbaru, dan mengatakan pabrik Foxconn di kota Zhengzhou, China tengah, "beroperasi dengan kapasitas yang berkurang secara signifikan."

4 dari 4 halaman

Warga Beijing Mulai Khawatir Soal Kebijakan Nol COVID-19

Kemunculan kembali COVID-19 yang meningkat kasusnya di China telah mendorong pihak berwenang meningkatkan langkah-langkah untuk menanggulangi wabah. Ini memicu kekhawatiran di kalangan warga ibu kota, Beijing, sementara lebih banyak lagi tes dilakukan pada Senin (7/11).

China mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa negara tersebut akan mempertahankan pendekatan “pembersihan dinamis” terhadap kasus-kasus COVID-19 begitu mereka muncul.

Ini tidak memberi banyak indikasi bahwa China akan melonggarkan strategi nol-COVID nya yang telah berlaku selama pandemi hampir tiga tahun ini, dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (8/11/2022).

Warga Beijing Chang Jiang (45), mengatakan, ia pernah memiliki lima perusahaan, tetapi sekarang hanya dua yang tersisa di ibu kota. Warga Beijing lainnya mengatakan kekasihnya telah tiga kali membatalkan rencana untuk mengunjunginya dalam setahun ini karena pembatasan terkait COVID-19.

China pada hari Senin melaporkan 5.496 kasus penularan COVID-19 lokal baru, yang tertinggi sejak 2 Mei, ketika Shanghai, kota terbesar di negara itu dikenai lockdown di tengah perebakan terburuk wabah di sana.

Saham China menguat pekan lalu dengan kenaikan mingguan terbesar dalam kurun dua tahun lebih, karena para investor memasukkan satu triliun dolar ke pasar dengan harapan akan membuka kembali ekonomi terbesar kedua dunia itu.

Tetapi otoritas kesehatan China memadamkan spekulasi itu pada hari Sabtu dengan menegaskan bahwa mereka akan tetap mempertahankan kebijakan nol COVID yang ketat.