Sukses

Korea Selatan Pamer Rudal Balistik Kuno yang Ditembakkan Korea Utara, Ada Jejak Rusia

Rudal Balistik yang ditembakkan Korea Utara ke wilayah Korel Selatan pada 2 November lalu, dipamerkan di Seoul, Rabu (9/11/2022).

Liputan6.com, Seoul - Rudal yang ditembakkan Pyongyang di atas perbatasan maritim antar-Korea pekan lalu, tampaknya rudal yang telah dikembangkan oleh Soviet pada 1960-an.

Otoritas militer Korea Selatan memamerkan kepada publik, Rabu, 9 November 2022, puing-puing rudal yang mereka kumpulkan selama akhir pekan di Laut Timur Korsel. Beberapa hari setelah Korea Utara menembakkannya di atas Garis Batas Utara (Northern Limit Line atau NLL).

Di hari "pameran" itu, Pyongyang juga menembakkan rudal balistik lagi ke Laut Timur sekitar pukul 15.31. Pihak berwenang setempat mengatakan analisis peluncuran itu sedang berlangsung.

Mengutip dari laman Korea JoongAng Daiy, Minggu (13/11/2022), rudal yang diamankan Korea Selatan di Laut Timur termasuk di antara tiga rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan Pyongyang pada 2 November pagi dari Wonsan, Provinsi Kangwon, Korea Utara.

Salah satu rudal itu mendarat di perairan internasional di selatan NLL, pertama kali rudal balistik Korea Utara terbang ke selatan perbatasan maritim antar-Korea secara de facto.

Militer Korea Selatan mengatakan rudal itu mendarat 26 kilometer di selatan NLL, 57 kilometer di timur Sokcho dan 167 kilometer di barat daya Pulau Ulleung, Korea Selatan.

Saat itu, warga Ulleung didesak untuk berlindung di bawah tanah. Kapal penyelamat Angkatan Laut Korea Selatan Gwangyang menyisir perairan dari Jumat hingga Minggu (4-6 November 2022) menggunakan robot bawah air tak berawak. Robot itu mengambil puing-puing hampir 1,7 kilometer di bawah permukaan laut pada Minggu, kata pejabat militer setempat kepada wartawan.

 

2 dari 4 halaman

Diduga Rudal dari Soviet

Puing-puing yang dipamerkan Korsel itu panjangnya 3 meter dengan lebar 2 meter, terdiri dari empat sayap utama rudal, tangki bahan bakar cair, mesin, dan nosel, menurut analisis awal dari Agency for Defense Development.

Di puing-puing itu terdapat tulisan-tulisan berbahasa Rusia, tapi tidak ada kata-kata dalam bahasa Korea.

Pejabat militer Korea Selatan mengatakan, rudal itu tampaknya berjenis rudal surface-to-air (permukaan ke udara) SA-5 atau yang disebut Soviet sebagai S200, yang pertama kali digunakan pada 1966.

Korea Utara diyakini telah mengimpornya dari Uni Soviet pada 1987. Sebuah sumber militer setempat mengatakan rudal itu ditembakkan dari sudut rendah, yang menunjukkan bahwa Korea Utara sengaja menembakkannya melintasi NLL.

Sementara rudal itu ditembakkan sekitar 190 kilometer, otoritas militer Korea Selatan percaya kemampuannya mencapai 300 kilometer ketika ditembakkan dari sudut yang tepat.

 

3 dari 4 halaman

Tembakkan Rudal Kuno, Kurang Presisi

Akan tetapi, rudal itu sudah ketinggalan zaman dan kurang presisi, kata pejabat militer Seoul. Ia juga menyebutkan bahwa Korea Utara mungkin menembakkan rudal yang sudah ketinggalan zaman ke Selatan dengan tujuan mencegah bocornya informasi tentang rudalnya yang lebih canggih.

"Rudal biasanya berguna untuk menganalisis kemajuan teknologi negara yang menembakkannya," kata Kwon Yong-soo, mantan profesor di Korea National Defense University. "Dengan kasus SA-5, itu tidak sepadan."

Sebuah sumber pemerintah Korea Selatan mengatakan Pyongyang mungkin telah menembakkan rudal usang untuk menghemat biaya perawatan.

"Begitu [sebuah negara] mulai memproduksi massal rudal yang mampu membawa senjata nuklir taktis, mereka perlu membakar stok rudal lama mereka untuk menghemat perawatan," kata sumber itu. "Jadi ada kemungkinan besar bahwa Korea Utara akan menembakkan kombinasi rudal lama dan baru ini untuk meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.”

4 dari 4 halaman

Korea Utara Tembak Rudal Balistik Lagi ke Arah Laut Jepang, Korsel Waspada

Korea Utara semakin sering meluncurkan uji coba rudal. Beberapa hari lalu, Korut menembakkan rudal balistik jarak pendek ke arah perairan di lepas pantai timurnya pada Rabu (9/11/2022), menurut Joint Chiefs of Staff (JCS) atau Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.

Mengutip CNN, rudal Korut itu ditembakkan pada pukul 15.31 waktu setempat dari daerah Sukchon di Provinsi Pyongan Selatan, menurut JCS. Selain itu disebutkan bahwa militer Korea Selatan telah memperkuat pengawasannya dan bekerja sama erat dengan Amerika Serikat.

Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan rudal itu terbang sekitar 250 kilometer (sekitar 155 mil) "pada ketinggian yang sangat rendah sekitar 50 kilometer (sekitar 31 mil) atau kurang," dan mendarat di Laut Timur, juga dikenal sebagai Laut Jepang.

Menhan Yasukazu Hamada menambahkan bahwa pihak berwenang masih memeriksa rincian lebih lanjut mengenai orbit rudal, dan mengutuk peluncuran itu sebagai ancaman "perdamaian dan keamanan negara kita, kawasan dan komunitas internasional."

 

Penulis: Safinatun Nikmah