Sukses

Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia Sentuh 635,1 Juta, Lonjakan Infeksi Lokal China Capai 1.747

Dunia tercatat menghadapi total 635.161.231 kasus COVID-19 hari ini, dengan penambahan 19,8 juta dalam sebulan terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia tercatat menghadapi total 635.161.231 kasus COVID-19 hari ini, Senin 14 November 2022.

Selain itu, jumlah vaksinasi COVID-19 sedunia sudah berada di angka 12,8 miliar penerima.

Dikutip dari laman Johns Hopkins University (JHU) gisanddata.maps.arcgis.com, Senin (14/11/20220 dalam 28 hari terakhir ada 19,8 juta kasus penularan dan 78,130 kematian terkait COVID-19 secara global.

Jerman saat ini menjadi negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak di dunia, sebesar 1,4 juta dalam sebulan terakhir. Secara total, negara itu menghadapi 36 juta kasus dan 155.588 kematian.

Kasus COVID-19 terbesar selanjutnya berada di Jepang, sebanyak 1,3 juta juta, diikuti oleh Korea Selatan sebesar 1 juta kasus dan 825 kematian bertambah.

Selanjutnya ada Amerika Serikat yang melihat penambahan 1.057.632 kasus dalam sebulan terakhir, dengan kasus secara keseluruhan yang nyaris menyentuh 1 miliar. 

Kemudian Prancis, yang berada di posisi terbanyak untuk penambahan kasus COVID-19, mencatat 907.225 penularan dan 1.855 kematian dalam sebulan terakhir. 

Adapun China yang dalam beberapa waktu terakhir melaporkan lonjakan kasus COVID-19 di berbagai wilayahnya. 

Laman Johns Hopkins University mencatat, China dalam sebulan terakhir melihat penambahan 254.653 kasus COVID-19 dan 249 pasien meninggal.

Sementara itu, Melansir laman Xinhua, China pada Minggu 13 November melaporkan 1.747 kasus COVID-19 yang merupakan penularan lokal, menurut keterangan dari Komisi Kesehatan Nasional negara itu.

Secara keseluruhan, negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengindentifikasi 14.325 kasus COVID-19.

Sebanyak 580 pasien COVID-19 di China telah dipulangkan dari rumah sakit setelah pemulihan pada Minggu 13 November, dengan total 255.147 pemulangan pasien sejauh ini.

Kabar baiknya, China tidak melaporkan kasus kematian terkait COVID-19, dengan total jumlah kematian sejauh ini di angka 5.226 jiwa.

2 dari 4 halaman

China Longgarkan Pembatasan COVID-19, Waktu Karantina Turis Dipangkas Jadi 5 Hari

Pelonggaran pembatasan terkait COVID-19 dilakukan oleh China. Negara tersebut dilaporkan telah mengurangi jumlah waktu karantina yang harus dihabiskan para pelancong yang memasuki negara itu.

Selain itu, mengutip CNN, Sabtu (12/11/2022), China juga menghapus pembatasan besar pada penerbangan internasional sebagai tanda pelonggaran terbatas dari kebijakan nol-COVID yang ketat.

Pelonggaran langkah-langkah itu akan membuat pihak berwenang membatalkan apa yang disebut mekanisme circuit breaker (pemutus sirkuit), di mana penerbangan tujuan China ditangguhkan jika sebuah maskapai ditemukan membawa sejumlah penumpang yang dites hasilnya positif COVID-19 saat mendarat.

Penumpang internasional yang masuk dan harus mengikuti persyaratan tes pra-keberangkatan jumlahnya dikurangi dari dua kali menjadi satu kali, dan waktu karantina terpusat wajib mereka pada saat kedatangan dipotong dari tujuh hari menjadi lima hari diikuti dengan tiga hari isolasi rumah.

Pelancong internasional yang tidak memiliki alamat tetap di China masih perlu melakukan karantina total selama delapan hari di hotel.

Langkah-langkah baru itu diumumkan Jumat 11 November 2022, setelah pertemuan badan pembuat keputusan tertinggi Partai Komunis yang berkuasa. Di mana para pemimpin berjanji untuk mempertahankan protokol COVID sambil menekankan perlunya meminimalkan gangguan ekonomi dan sosial.

Namun, pengumuman yang telah lama ditunggu-tunggu itu tidak secara eksplisit menyebutkan kapan perubahan itu akan berlaku.

China adalah ekonomi utama terakhir yang mematuhi kebijakan nol-COVID, menggunakan aturan lockdown cepat, pengujian massal, pelacakan kontak ekstensif, dan karantina untuk membasmi infeksi segera setelah mereka muncul.

Pendekatan toleransi nol telah menghadapi tantangan yang semakin meningkat dari varian baru Virus Corona yang sangat mudah menular, dan biaya ekonomi dan sosialnya yang besar telah menarik reaksi publik yang meningkat.

3 dari 4 halaman

WHO: Angka Kematian Karena COVID-19 Turun 90 %, Waspada Varian Baru Virus Corona

WHO mengatakan kematian karena COVID secara global turun 90 persen dibandingkan sembilan bulan lalu.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan walau angka tersebut merupakan berita yang menggembirakan, dia mengatakan tetap harus waspada karena varian baru Virus Corona COVID-19 terus muncul.

Menurutnya, minggu lalu kematian karena COVID-19 yang dilaporkan ke WHO berjumlah 9.400 orang.

Di bulan Februari tahun ini, katanya, angka kematian mingguan yang dilaporkan adalah 75 ribu orang.

"Kita sudah mencapai banyak kemajuan dan ini tentu saja memberikan rasa optimis," katanya dalam jumpa pers virtual dari kantor pusat WHO di Jenewa seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (10/11/2022).

"Tetapi kami menyerukan kepada seluruh pemerintahan, komunitas, dan individu untuk tetap waspada. Hampir 10 ribu orang meninggal seminggu, yang artinya 10 ribu terlalu banyak untuk penyakit yang bisa dicegah dan ditangani."

Dirjen WHO tersebut mengatakan angka testing masih rendah secara global, kesenjangan vaksinasi antara negara kaya dan miskin masih besar, dan varian baru terus muncul.

Sementara itu WHO mengatakan angka kasus baru sepanjang minggu lalu berjumlah sekitar 2,1 juta kasus, menurun 15 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Jumlah kematian turun 10 persen dibandigkan pekan sebelumnya.

Secara keseluruhan menurut WHO sudah ada 629 juta kasus dan 6,5 juta orang meninggal selama pandemi.

4 dari 4 halaman

WHO: Usai COVID-19, Kasus Tuberkulosis Meningkat di Dunia

Jumlah kasus tuberkulosis (TB) meningkat dari tahun 2019 hingga 2021, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kemunduran ini terjadi karena pandemi COVID-19 mengganggu akses ke pengobatan dan tes, kata WHO.

"Untuk pertama kalinya dalam kurun hampir dua dekade, WHO melaporkan kenaikan jumlah orang yang jatuh sakit karena TB dan tuberkulosis yang kebal obat, serta peningkatan kematian terkait TB,” kata Tereza Kasaeva, direktur program TB global WHO, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (29/10/2022).

Sebuah laporan WHO yang dilansir hari Kamis menyatakan bahwa lebih dari 10 juta orang mengidap TB pada tahun 2021, naik 4,5 persen dari tahun 2020.

Sekitar 450 ribu kasus merupakan individu yang terinfeksi jenis TB kebal obat, suatu kenaikan 3 persen dari 2020 hingga 2021. Sebagian besar kasus itu dilaporkan di India, Indonesia, Myanmar dan Filipina.

Pandemi COVID-19"terus berdampak merusak terhadap akses ke diagnosis dan pengobatan TB," kata WHO. Pembatasan COVID-19, seperti lockdown dan menjaga jarak fisik, menyebabkan semakin sedikit orang yang didiagnosis dan mendapatkan pengobatan yang diperlukan.