Liputan6.com, Bali - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo resmi ketuk palu untuk membuka KTT G20 Bali atau G20 Summit di Bali, Selasa (15/11/2022). Presiden Jokowi menyampaikan pesan kerja sama dan anti-perang dalam sambutannya.Â
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tampak duduk di sebelah Presiden Jokowi. Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping juga hadir di ruangan.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Jokowi mengajak agar negara-negara bisa menyisihkan perbedaan mereka untuk berkolaborasi dan menghasilkan suatu kebijakan nyata. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak pulau, suku, dan bahasa daerah disebut memahami pentingnya dialog.Â
"Sebagai negara demokrasi, Indonesia menyadari pentingnya dialog untuk menemukan perbedaan. Dan semangat yang sama harus ditunjukkan G20," ujar Presiden Jokowi kepada para pemimpin negara G20.
"We have no other option. Paradigm of collaboration is badly needed to save to world (kita tidak punya pilihan lain. Paradigma kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia)," ujar Presiden Jokowi.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi meminta agar dunia menghormati Piagam PBB. Jokowi berkata menghormati hukum internasional adalah bentuk dari tanggung jawab.Â
"We have responsibility not only for our people, but also for people of the world. Being responsible means respecting international laws and principles of the UN charter (Kita punya tanggung jawab tidak hanya kepada rakyat kita, tetapi juga rakyat dunia. Bertanggung jawab berarti menghormati hukum-hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB)," tegas Jokowi.Â
Sesi pembukaan Presiden Jokowi cukup singkat. Setelahnya, ada dialog tertutup antar kepala negara, dan Presiden Jokowi meminta kepada awak media untuk tidak meliput.
Â
Daftar Anggota G20, Indonesia Satu-Satunya Negara di ASEAN
 KTT G20 Bali menjadi harapan besar dalam penyelesaian krisis global yang terjadi. Sejarahnya, G20 sendiri didirikan oleh 19 negara dan 1 lembaga (Uni Eropa) untuk menyelesaikan krisis ekonomi pada 1997-1999.
Forum G20 dibentuk pada tahun 1999 melalui pertemuan para menteri keuangan negara-negara anggotanya. Sementara pertemuan tingkat presiden diadakan pertama kali pada 14-15 November 2008, dan diadakan setiap tahun setelah itu.Â
Mengutip dari laman resmi G20, Senin (14/11/2022), anggota G20 terdiri dari, Australia, Argentina, Brasil, Kanada, RRT (China), Jerman, Prancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Arab Saudi, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Selain itu, juga terdapat negara-negara lain yang diundang sebagai tamu, menyesuaikan dengan penyelesaian masalah yang dibahas.
Indonesia menjadi bagian G20 sejak forum dibentuk pada 1999. Saat itu, Indonesia tengah bangkit dari krisis ekonomi 1998, dikutip dari laman Kementerian Keuangan RI.
Pada pertemuan perdana, Indonesia hadir sebagai perwakilan dari kelompok negara berkembang, kawasan Asia Tenggara, dunia Islam. Dalam tahap pemulihan krisis itu, Indonesia dinilai memiliki ukuran dan potensi ekonomi yang besar di kawasan Asia Tenggara, yang disebut sebagai emerging economy.
Advertisement
Jokowi: Presidensi G20 Kali Ini Terberat
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mendorong agar perundingan kerja sama Indonesia–Uni Eropa melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dapat mengalami kemajuan yang signifikan.
Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula Von Der Leyen di The Apurva Kempinski Bali, Senin (14/11/2022).Â
"Perundingan ke-12 sudah dijadwalkan di akhir 2022. Saya berharap perundingan akan mengalami kemajuan termasuk untuk isu pengadaan barang pemerintah, UKM dan pajak ekspor," kata Jokowi dalam pengantarnya, dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Senin (14/11/2022).
Sebagai Ketua ASEAN tahun 2023, Jokowi juga menginginkan agar kerja sama ASEAN dan Uni Eropa makin meningkat.
Salah satu fokus keketuaan Indonesia, kata dia, adalah mengisi kerja sama konkret di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengungkap kondisi dunia yang sulit saat ini. Menurutnya, Presidensi G20 kali ini menjadi yang terberat dalam sejarah.
"Iya presidensi kali ini memang terberat dalam sejarah G20," ujar eks Wali Kota Solo itu.
Selain itu, dia juga meminta Komisi Eropa dan G7 dapat memberikan dukungan dan fleksibilitas di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Hal ini agar KTT G20 bisa menghasilkan deklarasi.
"Saya ingin hasil kerja konkret G20 yang ditunggu dunia tetap dapat dihasilkan. Sekali lagi dukungan Yang Mulia akan sangat dihargai," jelas Jokowi.